"Tunggu!! teriak suara dari arah belakang," yang tidak lain adalah Dika.
"Dika, sini aku bantu bawa jusnya?" ujar Sari.
"Tidak perlu!!!" menepis tangan Sari dengan kasar.
Sontak membuat Sari merasa kesal, diperlakukan seperti itu didepan umum, belum lagi, Dika yang tiada hentinya marah - marah dengan nada yang keras dan kasar, sekan tidak perduli dengan semua mata yang memandang kearah mereka. Sari hanya memaku seperti patung mendengar semua makian Dika, karena Sari merasa tidak salah apapun, kenapa Dika semarah itu.
"Kamu kenapa lagi sih? cape Aku, kalau kamu terus -terusan marah seenaknya, tanpa melihat sekitar," wajah Sari mulai kesal.
"Diam!!! tidak usah membela diri," bentak Dika.
"Terserah!" lakukan saja semaumu, yang jelas, kamu sudah keterlaluan, Dika. balas Sari, sambil menarik tangan wina untuk pergi dari hadapan Dika.
"Aku bilang tunggu!" jangan pergi, kamu! teriak Dika.
Sari sudah masa bodoh dengan Dika, mau teriak sekencang apapun Dika, atau marah - marah sesuka jidatnya, bagi Sari, ini merupakan hal yang sangat memalukan, didepan semua orang, Dika seenaknya saja membentak Sari, membuat Sari merasa kehilangan muka didepan semua orang yang ada disitu.
Sari terus berjalan dengan menggandeng tangan Wina, untuk secepat mungkin pergi dari hadapan Dika, Sari hanya berusaha menghindari pertengkaran berlanjut, karena berada ditempat umum dan menghormati Naura yang sedang berulangtahun, jangan sampai jadi kacau karena pertengkaran mereka.
Dika yang diperlakukan seperti itu merasa bahwa Sari sudah tidak menghargainya.
"Pranggg."
Semua mata memandang kearah suara tersebut termasuk Sari dan Wina, menghentikan langkahnya dan menoleh kearah suara, yang seperti gelas pecah dilempar.
"Wanita jalang sialan!" kurang apa aku selama ini, kamu sengaja buat aku semakin marah. "Aku sudah mencoba sabar dan menahan emosiku, kamu malah asik mesra - mesra, dengan cowok lain, pantes akhir - akhir ini kamu berubah," dasar pelacur!
Mendengar Dika yang terus - terusan memojokan Sari, menghina dan memaki sesuka mulutnya, membuat Sari, kembali menghampiri Dika, berjalan meninggalkan Wina untuk menuju Dika, dengan wajah memerah karena malu, kesal dan muak dengan kelakuan Dika, tanpa Sari tahu, apa salahnya.
"Plakkkk."
Tanpa sepatah katapun, Sari langsung menapar Dika, lalu bergegas pergi melangkah menuju luar dengan hati yang sakit dan kecewa atas tindakan yang Dika lakukan, yang sudah di luar batas.
Dika yang diperlakukan seperti itu semakin memuncak kemarahannya, saat Sari sedang berjalan melangkah ke luar, dika bergegas menyusul dan langsung menarik tangan Sari ke belakang, sontak membuat sari hampir terjatuh.
"Setelah apa yang kamu lakukan," kamu mau pergi begitu saja, jangan harap! dasar wanita licik, sok suci aslinya kayak tai, cuihhhh dika meludah kesamping merasa jijik dengan Sari.
"Cukup Dika!" dari tadi aku diam karena aku masih menghargai hubungan kita dan Naura, tapi kamu terus saja bersikap seenaknya dan memojokanku, aku salah apa, hah! apakah tamparanku tidak membuatmu berfikir, kenapa aku sampai berani menggunakan tangan, oh iya, aku lupa kalau orang seperti kamu, mana mau mikir, kebanyakan pakai ego bukan otak jadinya tidak tahu malu dan tidak bisa bersikap rasional, bisa kebawa gila aku lama - lama dekat orang seperti kamu, harusnya kamu, tanya baik - baik, siapa Adrian.
Dika semakin emosi, karena ucapan Sari, emosi yang sudah membutakan logikanya, Dika menarik tangan Sari dengan kasar dan melayangkan tangannya akan menampar Sari.
Prakkk." suara tangan menangkis tangan Dika dan mendorong Dika kebelakang membuat Dika hampir terjatuh."
Untung Adrian cepat menangkis tangan Dika, telat sedikit saja, pasti tamparan Dika, sudah mengenai wajah sari.
"Kamu tidak ada yang terluka, kan?"
"Tidak Bang," terimakasih Bang Adrian, Sari mau pulang saja, Sari udah males disini.
Sari melambaikan tangan nya ke Wina untuk mengajaknya keluar dan pulang.
"Mau jadi pahlawan lu bro, gara - gara lu, gw dan sari bertengkar, gara - gara lu, sari jadi berubah sama gw."
"Sabar bro? kamu itu, salah paham." "Jangan bertindak terlalu jauh, karena kamu sendri nanti, yang akan menyesal."
Adrian masih bersikap sabar dan menahan emosinya, yang sebenarnya sudah meluap - luap dari tadi, karena Dika sudah memperlakukan Sari seburuk itu, didepan umum, Adrian masih menghargai Sari, karena Adrian tahu Dika kekasih Sari, yang pernah dua bulan lalu memperlihatkan foto mereka berdua saat chatingan, awalnya adrian berfikir bahwa pertengkaran antara pasangan itu hal yang wajar, selama tidak bersikap kasar apalagi sampai memukul, Adrian hanya mengamati dari jauh dan tidak ingin ikut campur, tapi melihat apa yang terjadi membuat Adrian akhirnya ikut campur.
"Ahhhh! peduli setan, lu siapa berani ceramahi gw! hardik dika."
Dika langsung menyerang Adrian dan mengepalkan tangannya untuk memukul, Sari yang belum terlalu jauh, niatnya ingin buru - buru pergi, mendengar perdebatan antara Dika dan Adrian membuatnya kembali menghampiri keduanya, tepat saat Dika melayangkan tinjunya, Sari dengan cepat menarik Adrian ke belakang, sehingga pukulan Dika hanya mengenai angin.
"Kamu kembali untuk menyelamatkan pahlawanmu ini hah! jangan - jangan, dia benar selingkuhanmu, jawab?" bentak Dika dengan mata yang melotot.
"Kamu mau tahu jawabannya! mulai sekarang kita putus, jangan ganggu hidupku lagi," ucap Sari dengan tegas.
Mendengar apa yang di ucapkan Sari, membuat Dika langsung terdiam mematung, diamnya dika bukan karena menyadari atas semua tindakannya, tetapi merasa seperti tidak percaya, karena Sari yang selama ini Dika kenal adlah wanita sabar dan selalu mengalah, tapi sekarang Sari berubah, ucapan sari yang meminta putus secara sepihak membuatnya terasa hancur dan terluka, membuat Dika berasumsi sendiri bahwa sari lebih membela laki - laki itu daripada dirinya.
Naura yang memperhatikan dari jauh, bergegas menghampiri Dika, karena bagaimanapun Dika adalah sepupunya, mencoba untuk menenangkan Dika agar tidak bertindak terlampau jauh.
"Dika..." sudahlah, kamu yang sabar ya. "harusnya kamu bisa lebih bersikap tenang dan selesaikan semuanya secara baik - baik, lebih baik biarkan Sari sendiri dulu, besok temui Sari dan bicarakan baik - baik, mungkin Sari berkata seperti itu karena sesang emosi," bujuk Naura."
Dika hanya menoleh ke arah Naura tanpa mengucapkan sepatah katapun, berusaha menerima, apa yang Naura katakan, sekarang bagi Dika seakan dunianya telah hancur, begitu sakit yang Dika rasakan, Dika merasa bahwa sari sudah benar - benar tidak mencintainya lagi, sehingga sari berubah dan memutuskan Dika begitu saja.
Naura menjelaskan kepada Dika siapa Adrian, karena Naura tahu Kalau adrian adalah sepupunya Sari, mendengar penjelasan Naura, membuat Dika merasa lemas dan menyesal, karena sudah bertindak keterlaluan, tanpa memberi Sari kesempatan untuk menjelaskan terlebih dahulu, yang pada akhirnya Dika yang rugi, karena sudah membuat orang yang dicintainya malu di depan semua orang, nasi sudah jadi bubur, karena api cemburu akhirnya membakar diri Dika sendiri.
Terkadang, setiap manusia tidak akan pernah menyadari kesalahannya sendiri, karena itu lah sifat sejati manusia, dominan lebih kepada merasa diri adalah korban tanpa sadar dirinya sendirilah salah, pepatah lama memang benar, bahwa saat kita menunjuk dengan satu jari ke arah orang didepan kita, sebenarnya yang empat jari menunjuk ke arah diri sendiri.
Sementara, Sari dan Wina sudah berada diparkiran mobil, diantar oleh Adrian, Sari sudah tidak perduli dengan acara ulang tahun Naura, sebenarnya tidak enak juga pergi begitu saja tanpa berpamitan kepada Naura, bukan karena Naura adalah sepupunya Dika, bukan itu masalahnya, tapi Sari memang sudah benar - benar ingin pulang, sudah terlanjur malu dan muak dengan Dika.
"Kamu langsung pulang ya." Abang nunggu teman Abang dulu disini, barusan dia sedang pamit ke Naura, Wina tolong jaga Sari, ya? hibur dia, ungkap Dika.
"Iya Bang...siappp," tenang saja Wina nginep kok dirumah Sari jadi Sari tidak akan sendirian.
"Terimakasih Wina," ya sudah hati - hati di jalannya.
"Iya Bang," jawab Wina dan Sari.
"Sari, hiraukan saja ucapan Dika," laki - laki seperti dia tidak pantas kamu tangisi, kabarin kalau sudah sampai rumah.
"iya Bang, makasih ya Bang, jangan lupa kalau sudah kelar kerjaan kantor abang , sempatin main ke rumah, ayah dan bunda pasti senang Bang Adrian mampir.
"Iya Sari, in sya Allah, pasti Abang kerumah, ya sudah cepetan pulang, inget jangan bersedih, nanti cantiknya ilang, hehehehe, hibur Adrian.
Pagi nya dirumah Sari, pintu kamar Sari dibuka oleh wanita paruhbaya yang tidak lain adalah ibunya Sari, melangkah menuju jendela dan membukakan tirai jendela agar matahari pagi masuk ke dalam kamar.Sari dan Wina menarik selimut menghalangi dengan kompak, menghalangi matanya, yang terasa silau oleh cahaya matahari yang masuk kamarnya."Anak gadis Bunda yang cantik - cantik, ayo bangun, sayang." menarik selimut yang menutupi wajah mereka."Bunda..." ini kan hari libur, Sari masih ngantuk."Ayo bangun, sayang," sekarang sudah jam tujuh, kita joging biar sehat, anak gadis Bunda, masa masih muda loyo begini, semangat dong, sayang. "Bunda, tunggu kalian di meja makan ya, kita sarapan dulu sebelum jogging."Wina bangun duluan dan menarik Sari untuk bangkit dari tempat tidurnya."Permatasari Nugraha! ayo bangun?""Bentar lagi ya..." mata susah sekali di ajak kompromi ini."Ya udah ga usah bangun! pokoknya, aku tidak akan mengin
Singkat cerita, Sari dan Wina telah siap - siap untuk pergi ke Gramedia, untuk mencari buku sebagai bahan materi tambahan proposal sidang, sekalian jalan - jalan refresh otak dan makan sore di mall, Wina yang memang sudah meminta ijin kepada orang tuanya, dari saat acara ulang tahun Naura, untuk menginap di rumah Sari beberapa hari, karena Sari maupun Wina kadang saling menginap, dan orangtua mereka sudah sama - sama tahu dan sudah seperti keluarga.Saat mereka tiba di mall, mereka tidak langsung ke Gramedia, padahal rencana awalnya adalah ke gramedia dulu, baru jalan - jalan, itu semua karena mata mereka sudah tertuju lebih dulu ke arah butik di dekat pintu masuk, jiwa wanita mereka sudah meronta melihat pakaian - pakaian yang begitu bagus, tanpa berfikir dua kali mereka langsung masuk ke butik athenajaya yang memang terkenal di mall itu dengan model - model pakaian yang berkualitas bagus dan kekinian.Sari dan Wina sibuk memilih - milih baju mana yang akan mereka bel
Sari dan Wina bangun kesiangan, merekapun tergesa - gesa untuk mandi bergantian, efek semalem bergadang, membuat mereka sampai lelap tidur dan tidak mendengar jam waker yang berdering berulang kali, untungnya Wina mendengar walau itupun sudah yang kesekian kalinya berdering.Di meja makan sudah disiapkan sarapan oleh ibunya Sari."Sayang, kenapa buru - buru makannya?""Iya, Bun, kesiangan Sari, bangunnya," mana sekarang ada janji dengan Dosen pembimbing."Kenapa gak bilang sama Bunda?" biar Bunda bangunin."Lupa, Bun, semalem serius ngerjain proposal sampai larut malam."Waktu sudah menunjukan pukul delapan tiga puluh, setelah buru - buru sarapan, Sari dan Wina bergegas menuju mobil, karena jam sembilan, mereka harus menemui Dosen pembimbing, untungnya diperjalanan tidak macet, sehingga mereka tepat waktu tiba dikampus.Sari dan Wina sudah berada di kelas, setelah mempersiapkan proposal sidang yang mereka susun, walaupun belum s
Setelah mengantarkan Wina pulang, Sari kembali kerumah, merebahkan badannya sejenak di tempat tidurnya, fikirannya menerawang mengingat Dika, walau bagaimanapun perlakuan Dika, Dika pernah memberi warna di hidupnya walau itu hanya sesaat.Dalam hatinya berbicara sendiri, kenapa malah mikirin Dika, harusnya aku bersyukur karena Tuhan telah membuka fikiranku bahwa Dika tidak pantas untukku, aku terlalu bodoh sudah percaya kebaikannya yang ternyata palsu, benar kata Bang Adrian aku tidak boleh bersedih apalagi sampai menangisi laki - laki seperti Dika.Malam semakin larut, hanya suara binatang malam yang meramaikan suasana di keheningan, saat ini waktu baru menunjukan pukul sembilan, setelah sejenak rehat dan mandi, Sari sendirian di teras belakang rumahnya, duduk di depan kolam ikan ditemani secangkir teh hangat dan cemilan kesukaannya, jemari indahnya sibuk memainkan game di handphonenya, sedang asiknya, tiba - tiba handphonenya beralih ke layar panggilan video call, te
Akhirnya mereka tiba di rumah nenek Ranti, neneknya Wina yang kini sudah berusia 65 tahun, nenek Ranti tinggal bertiga dengan Wenti yang adalah adik papahnya Wina, yang sudah menjanda. Suaminya telah meninggal karena sakit dan di karuniai satu anak laki - laki yang masih SD. Nenek Ranti walau sudah berumur, kondisi badannya masih bugar, karena nenek Ranti selalu menjaga pola makannya dan sering berolahraga.Malam semakin dingin, mengalahkan dinginnya Kota Bandung, itu karena kediaman Nenek Ranti memang dekat pegunungan, yang memang terkenal cuaca dinginnya, dengan kesejukan dan keindahan alamnya, sementara Sari dan Wina memilih beristirahat dikamar, agar besok bisa bangun pagi dan jalan - jalan berkeliling disetiap tempat yang bagus pemandangannya, yang tidak terlalu jauh dari kediaman nenek Ranti.Keesokan harinya, Wina dan Sari setelah sarapan meminta ijin kepada orangtua Wina dan nenek Ranti, untuk bersepeda, menikmati udara sejuk pagi hari dan keindahan alam
Setelah Wina pulang, Sari bergegas memasuki kamarnya, setelah membersihkan diri, bersiap untuk tidur siang, lumayan lelah dan pegal kakinya karena perjalanan ketika kegunung batu jonggol.Sementara diruang keluarga, Bunda sambil menonton TV, sedang menikmati oleh - oleh yang dibawakan Sari, ditemani oleh si mbok, kita panggil saja Mbok Inah yang memang bekerja sudah lama dikelurga Sari, si mbok sudah dianggap seperti keluarga, karena sudah bekerja lama, semenjak orangtua Sari baru menikah, jadi tidak sungkan majikan dan pembantu seperti saudara, Bunda sendiri memperlakukan si mbok sopan dan selalu di ajak sebagai temn bicara, dikala tidak ada siapa - siapa dirumah.Tak terasa waktu sudah sore, Sari masih terbaring ditempat tidur.Bunda Sari, memanggil si mbok. "Mbok, tolong bangunkan Sari, tadi bilangnya, sore minta dibangunkan.""Iya, bu."Inah bergegas menuju kamar Sari, untuk membangunkan Sari, mengetuk pintu kamar Sari, karena tidak
Tak terasa Sari sudah menginap dua hari dirumah Wina, rencananya sore sekarang pulang kerumah, setelah berpamitan dengan kedua orangtua Wina, Sari bergegas untuk pulang diantar Wina sampai depan mobilnya, Sebenarnya Wina menahan Sari untuk pulang dulu, biar makan bareng keluarganya terlebih dahulu dan pulang nanti sehabis magrib saja, tapi Sari menolak karena Sari ingin segera pulang dan tidur sepuasnya.Dua hari ini memang Sari dan Wina kurang tidur karena mengerjakan proposal sampai larut malam, fikirnya juga tidak enak sama kedua orangtua Wina kalau Sari ingin tidur seharian, tempat ternyaman, ya kamarnya sendiri.Sari melajukan mobil toyota yarisnya menuju jalan besar, masih jauh untuk sampai rumahnya, mobilnya tiba - tiba mogok, berkali - kali Sari menstarer mobilnya tapi tidak mau menyala, Sari mencari tas miliknya, untuk mengambil HP dan menelpon Wina, agar Wina menyusulnya, tapi yang Sari cari ternyata tidak ada dimobilnya, padahal dompet dan HP nya ada d
Keesokan harinya, Sari bergegas untuk kekampus, setelah dua minggu ini mengerjakan proposalnya bersama Wina, setelah menelpon Wina dengan telephon rumahnya, karena HP dan dompetnya yang tertinggal dirumah Wina, untuk mengajaknya kekampus, sekalian untuk dibawakan HP dan dompetnya, Sari berpamitan kepada Bundanya. Sari pergi kekampus diantar pak husen supir keluarganya, karena mobilnya masih dibengkel dan baru beres diperbaiki siang sekarang, setibanya dikampus ternyata sudah ada Wina menunggunya diarea parkir kampus, yang sedang asik mendengarkan musik didalam mobilnya dengan mulutnya yang tak berhentinya mengunyah cemilan. Sari turun dari mobilnya menghampiri Wina. Tuuk...ttuuk..ttukk. Sari mengetuk kaca mobil Wina yang sedang asik sendiri, dari dalam mobil Wina tersenyum dan menurunkan kaca mobilnya. "Sorry, ada perlu apa, ya?" canda Wina. Sari yang tahu kalau Wina sedang ingin bercanda, membalasnya dengan bercanda juga. "Tol