Share

AURAT

"Nora "

Terlihat raut kekecewaan di wajah Ersad. Dia pikir tadinya yang datang adalah Syma. tapi ternyata yang datang adalah Nora. adik Erika yang berarti adik iparnya sendiri.

"Apa yang kau lakukan disini Nora? bukankah seharusnya kau menyelesaikan pendidikan di luar negeri?" tanya Ersad, yang melampiaskan kekesalannya pada Nora.

"Kakak ipar, kenapa kau terlihat tidak senang melihatku ! aku datang hanya ingin melihat keadaan kak Erika yang masih sakit," ucap Nora dengan mengerucutkan bibirnya.

"Lalu apa yang kau lakukan disini? ini kantor, bukan rumah sakit !"

"Em ... ayolah kak, temani aku kerumah sakit," ucap Nora bergelayut manja padanya. Sementara Ersad malah begitu risih dengan tingkahnya yang selalu saja seperti itu.

"Maaf aku sibuk ! biar Kevin saja yang menemanimu," jawab Ersad selembut mungkin, namun bukan berarti dia melunak dengan gadis itu.

Nora sendiri hanya melirik Kevin sekilas dengan malas, lalu beralih lagi ke Ersad.

"Tidak mau ! yang kakak iparku kan kamu, bukan dia !"

"Ayolah Nora ... aku sedang kerja ! biarkan Kevin saja yang menemani," ucap Ersad yang mulai jengah. Lalu tatapannya beralih kearah Kevin. "Kevin, temani Nora kerumah sakit."

Kevin langsung mengangguk setuju dan membawa Nora pergi dari sana. Sementara Nora sendiri terlihat begitu kesal.

Ersad menghela nafasnya, ketika menyadari bahwa Nora sudah keluar dari ruangannya.

Entah apa yang membuat Nora selalu ingin dekat dengannya. Meski Nora adalah adik iparnya sendiri, namun tetap saja ada batasan antara mereka. Tapi Nora tidak memperdulikan hal itu.

Sampai akhirnya Ersad kembali mendengar langkah kaki yang begitu tergesa-gesa. Yang dia yakini bahwa itu adalah Nora yang kembali, dan akan memaksanya lagi. Matanya dengan malas menatap kearah pintu.

"Sudah kukatakan ..." suaranya terhenti ketika melihat siapa yang datang. Rupanya dugaannya salah. Bukan Nora yang datang, melainkan Syma.

Ersad terkejut. Matanya menatap nanar kearah wanita itu. Penampilan Syma terlihat kacau. Wajahnya semakin sembab, Ersad yakin bahwa Syma tida hentinya menagis.

"Assalamualaikum," ucap Syma dengan lirih. Tatapannya begitu kosong. Syma terlihat seperti mayat hidup.

"Wa'alaikum salam," saut Ersad yang terasa aneh saat mengucapkannya. Karena sudah lama sekali Ersad tidak mengatakan kalimat itu. Perasaan senang sekaligus khawatir bercampur aduk didalam benaknya.

"Maaf jika kedatanganku sedikit mengganggu. Aku hanya ...."

"Sebaiknya kau duduk dulu," ucap Ersad membuat Syma menghentikan ucapannya. Suara Syma yang terdengar serak membuat Ersad dengan cepat memberikan segelas air untuknya.

Syma menatap gelas itu sejenak, sebelum meneguknya sampai tandas.

"Jadi ... kau menyetujui tawaranku?" tanya Ersad langsung ke inti pembicaraan. Meski dia tahu sendiri, bahwa sudah pasti jawabannya adalah, Ya.

Syma mengangguk. Matanya terlihat sayu. Tatapannya yang kosong, seakan menandakan tidak adanya tanda-tanda kehidupan disana.

"Kau juga pasti sudah tahu apa yang aku inginkan, bukan?"

Syma mengangkat wajahnya. Memberanikan diri menatap pria yang saat ini berada dihadapannya. Tatapan Syma sendiri membuat Ersad merasa kikuk. "Aku tahu. Sekarang katakan padaku, kapan kau akan bertindak. Aku ingin secepatnya mengambil kembali anakku."

"Aku akan segera melakukannya. Kau hanya perlu duduk manis dirumah, dan datang ketika dipersidangan nanti.

Aku pastikan anakmu akan kembali."

"Baiklah ... aku setuju !"

Ketika tatapan Ersad sedikit beralih kebagian tubuh Syma. Dia baru menyadari bahwa pakaian wanita ini terlihat lembab. Dan membuat lekuk tubuhnya nyaris terlihat.

"Pakaianmu basah?"

"Sedikit.

Tidak masalah. Aku akan pulang sekarang juga," ucap Syma melangkah pergi. Namun tangan Ersad menghentikannya.

"Tidak.

Tunggu dulu .... kau bisa sakit jika seperti ini, aku masih menyimpan pakaian Erika disini. Tunggu sebentar !"

Ersad berjalan kearah kamar pribadinya yang ada diruangan tersebut. Dan mengambilkan pakaian yang cocok untuk Syma.

"Ini, pakailah. Kau bisa mengganti pakaian didalam," ucap Ersad menunjuk kamar pribadinya.

"Tidak perlu repot-repot. Aku akan pulang saja. Istrimu bisa marah jika tahu, bajunya aku pakai,"

"Kau juga wanitaku sekarang. Aku tidak ingin kau juga sakit-sakitan. Pakailah, aku tidak suka dibantah !"

Entah mengapa ucapan Ersad malah membuat perasaan Syma tersentuh. Selama pernikahannya dengan Revan. Tidak pernah sekalipun pria itu memperhatikannya, bahkan mengkhawatirkan keadaannya.

Dan sekarang ... dia malah mendapatkan perhatian disaat akan menjadi simpanan. Sungguh miris, lirihnya.

Syma mengambil baju itu tanpa penolakan lagi. Lalu berjalan menuju kamar yang diarahkan oleh Ersad.

Entah sebuah kebetulan atau apa. Pakaian Erika begitu pas ditubuhnya. Hanya saja bagian dada terasa sesak, karena ukuran milik Syma lebih besar dari Erika. Dan hal itu membuat lekukan ditubuh Syma terlihat jelas dan menggoda. Namun hal itu masih bisa ditutupi oleh jilbab panjang yang dia kenakan kembali. Meski masih lembab, namun Syma tidak punya pilihan lain, dari pada mempertontonkan lekuk tubuhnya.

Ketika Syma berjalan keluar. Ersad disibukan dengan pekerjaan tanpa menyadari bahwa Syma telah kembali mendekat kearahnya.

"Aku sudah selesai," ucap Syma memecah keheningan disana. Ersad menoleh kearahnya. Tatapan penuh arti dari pria itu membuat Syma merasa tidak nyaman. Sehingga Syma tidak memberanikan diri membalas tatapannya.

"Kenapa masih memakai jilbab lembab itu !" Ersad menyilangkan tangannya didada. Ada rasa jengkel didalam dirinya.

"Aku tidak punya pilihan. Anda hanya memberi baju tapi tidak dengan jilbab," saut Syma.

Ersad menghela nafasnya. Dia baru ingat bahwa Erika tidak pernah memakai jilbab sekalipun.

"Apa tidak bisa penutup kepalamu itu dilepaskan sehari saja ! itu akan membuatmu sakit."

"Tidak bisa.

Karena rambut adalah aurat."

"Astaga ... itu hanya rambut. Siapa yang akan tergoda hanya dengan melihat rambut? yang pentingkan hati baik. Banyak diluaran sana wanita berhijab, tapi kelakukannya masih sangat buruk. Banyak dari mereka mengenakan hijab hanya sebagai topeng untuk menutupi kelakukan mereka.

Sementara wanita yang tidak mengenakan hijab, malah banyak yang begitu baik," ucap Ersad menuangkan yang ada dipikirannya.

"Allah subhanahuata'ala memerintahkan kepada perempuan agar menutup auratnya. Dan itu wajib. Sedangkan akhlak baik itu adalah sebuah proses. Cukuplah ayat dari Al-Qur'an surat an-Nur/ayat 31, Sebagai buktinya bahwa perintah ini wajib.

Mana mungkin baik hatinya , padahal perintah Tuhannya saja ia menolak untuk mengikuti," jawab Syma enteng.

Ersad mengangkat bahunya. Tidak tertarik lagi untuk membahas perdebatan ini. Hanya saja sikap Syma jauh berbeda dengan istrinya, apalagi Nora yang selalu saja mempertontonkan kecantikannya dikhalayak ramai. Merasa begitu percaya diri dengan mengumbar auratnya.

"Lalu kau sendiri bagaimana? bukankah kau akan menjadi wanita simpananku, yang artinya bukan hanya melihat auratmu, tapi juga bisa dipastikan bahwa aku akan menyentuhmu !

Bagaimana pendapatmu mengenai hal itu?" tanya Ersad penuh selidik. Melihat perubahan dari raut wajah Syma.

Sementara Syma terhenyak mendengarnya. Yang dikatakan Ersad membuatnya sadar akan posisi dirinya. Namun Syma langsung menguasai emosinya dengan bersikap setenang mungkin.

to be continue....

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status