Cinta yang sesungguhnya adalah mereka yang tak berkata tapi bertindak.
Dan bukan melepaskan, tetapi mengikhlaskan.Ingatannya berputar pada kejadian di hari itu, Salsa memejamkan matanya sesaat. Suara klakson kereta api melebihi kerasnya klakson truk maupun bus, yakni berfrekuensi sebesar 400-700 HzV. Anehnya kenapa saat Salsa akan melintasi perlintasan kereta api tersebut, seakan dia tiba-tiba tuli tak mendengar suara apapun, atau mungkin karena Salsa sedang panik waktu itu mengingat Gio yang berlumur darah
Suara petir berkecamuk diiringi derasnya air hujan yang turun. Sesaat cahaya petir itu menyinari gelapnya langit malam dengan gumpalan awan hitam yang menutupi bintang dan juga bulan. Bantingan barang serta isak tangis dan juga jeritan menjadi satu dikala itu, di sebuah rumah yang begitu megah dan mewah. "Kamu bener-bener tega!" jerit Aleta pada suaminya. "Kenapa? Saya tidak cinta sama kamu!" ucap Juna sang suami. "Terus selama ini apa? Hah!" "Saya tidak pernah cinta sama kamu!" Lantas apa selama ini? Mereka sudah memiliki dua anak tetapi suaminya itu berkata tidak mencintainya, yah hanya karena seorang wanita yang kini tengah berdiri di samping lelaki tersebut. Tersenyum senang menonton pertengkaran antara mereka. Dulu mereka menikah karena perjodohan konyol yang dilakukan kedua orang tuanya. Memang sesuatu yang dipak
Ntah hari yang buruk atau hari yang sangat istimewa, karena pada hari itu Tuhan mempertemukan kita. ---___Happy Reading___ Suara TV yang cukup keras mengisi kekosongan ruang keluarga. Seseorang kini tengah asik bermain ponsel sambil rebahan pada sofa dengan bungkus camilan yang berserakan di sekitar meja membuat sang Kakak geleng-geleng kepala melihat kelakuan Adik semata wayangnya itu. Selalu seperti itu setiap kali menonton TV malah jadi TV yang menonton dirinya. Arkan Adelard Putra itulah namanya, lelaki yang kerap disapa Arkan itu melihat Salsa berjalan melewatinya tanpa menegur. "Mau ke mana Kak?" tanya Arkan penasaran karena Salsa berjalan menuju pintu teras sepertinya akan keluar. &n
Hujan turun begitu deras mengguyur jalanan ibu kota Jakarta yang tetap ramai. Terlihat dua insan tengah berteduh pada sebuah halte yang cukup sepi, hanya ada beberapa orang di sebrang halte lainnya yang juga sedang berteduh. Suara derasnya hujan serta kendaraan yang terus berlalu lalang bercampur dengan kilatan cahaya petir membuat mereka sedikit khawatir jika hujan akan semakin deras. Dia lelaki yang bernama Giorgio Edward Robertson, kini tengah menengadahkan tangannya mengikuti gadis yang berada di sampingnya yang juga melakukan hal tersebut.Terbesit sebuah rasa yang sudah lama dia pendam Gio memberanikan diri untuk memberi tahu gadis tersebut. "Diva!" panggilnya cukup kencang agar terdengar jelas. Gadis yang berada di sampingnya itu menoleh dengan mengangkat sebelah alisnya, Gio diam beberapa saat membuat gadis yang dipanggil Diva itu kembali menyibukkan diri dengan
Jangan terlalu benci dengan seseorangSiapa tau nanti, orang yang kamu benciAdalah orang yang paling kamuTakuti kepergiannya. Bel pertanda istirahat sudah berbunyi, Siswa Siswi SMA Erlangga berhamburan keluar kelas yang tak lain adalah menuju kantin, seperti halnya kedua orang yang tadi sedang menjalankan hukumannya pun sudah tidak ada entah ke mana yang pastinya mereka juga bergegas ke kantin. SMA Erlangga, sekolah yang dihuni oleh murid-murid bertalenta, disiplin dan yang pasti pintar. Kebanyakan yang bersekolah di SMA Erlangga ini adalah orang-orang yang memiliki kapasitas otak yang sangat besar.Mereka yang masuk sekolah ini harus melakukan berbagai tes, banyak anak-anak dari keluarga berada yang mendaftar di sini, namun banyak juga yang tidak lolos seleksi. Setelah membersihkan diri dan berganti seragam Salsa m
Aku hampir ingin menyerahKarena lelah menyimpan semuaLuka sendirian...~Salsabila Aurelia Dierja~Dugh!Tiba-tiba sebuah bola mendarat mulus di kepalanya, Salsa yang tidak tahu pun tidak bisa menghindar. Rasa sakit kembali menyerang kepalanya, tak kuat menahan beban tubuhnya sendiri. Hingga kemudian Salsa merasa ada yang menahan tubuhnya, ia membuka matanya perlahan buram hingga semuanya menjadi gelap.____________________Galih tidak sengaja menendang bola terlalu kencang sampai keluar lapangan dan mengenai Salsa. Sedangkan Gio yang baru saja kembali dari kamar mandi dan melihat Salsa yang hampir terjungkal kebelakang langsung menangkapnya. Terlihat Galih yang masih berada di tengah lapangan, dengan wajah panik dan ketakutannya melihat bahwa orang yang barusan terkena bola karena tendangannya adalah Salsa. Bisa-bisa habis dia jika Salsa
Lebih banyak menampakan senyum palsuDari pada menjelaskan apa yang sebenarnyaTerjadi, karena tidak semuanya yang bertanyaKenapa? itu dia peduli.~Salsabila Aurelia Dierja~Hari selasa, pagi yang sangat buruk bagi Kelas XI IPS 1. Karena harus mengumpulkan tugas pagi-pagi sekali sebelum jam pelajaran dimulai,Pak Agus sudah berpesan setiap kali ada tugas darinya mereka harus mengumpulkannya pagi-pagi sekali sebelum pelajaran berlangsung, tepatnya jam delapan sudah harus berada di mejanya, tekat satu detik pun nilainya akan terpotong seperti ini lah contoh guru yang pelit nilai.Telihat suasana kelas pagi ini yang begitu kacau, bekas guntingan kertas di mana-mana. Audrey dan Tania yang saling berebut buku yang sudah dipinjamnya dari Salsa. "Buku gue woy! jangan ngerusak lo pada, itu gue nulisnya capek bangett ...." Salsa langsung merebut buku tersebut."Sekreta
Jangan biarkan hatimu berlarut-larut dalam Kesedihan atas masalalu, atau kamuTidak akan pernah siap untuk menghadapi apa yang akan terjadi. ~Giorgio Edward Robertson~ Yang akan terjadi, terjadilahSepasrah itu aku sekarang. ~Salsabila Aurelia Dierja~ ✧;──0_0──; ✧ Kringg!! Bel istirahat pun berbunyi, Salsa kembali ke kelasnya yang diantar oleh Gio karena Salsa bosan jika terus-menerus berada di UKS dan rasa sakitnya pun sudah berkurang jadi memutuskan untuk kembali ke kelas, saat keluar dari UKS Salsa menemuka Gio yang tengah duduk di salah satu kursi yang berada di depan UKS. Gio pu
✧;── Happy Reading ──; ✧---"Assalamu'alaikum," ucap Gio saat memasuki rumahnya. "Waalaikumsalam," jawab Sri, Bundanya dari arah dapur. Gio langsung menghampiri Bundanya lalu mencium punggung tangannya."Ihh ... tangan Bunda bau bawang." Gio langsung menuju wastafel untuk mencuci tangannya."Lebay kamu," cibir Bunda."Angga sama Anggi mana?" tanya Bunda. Pasalnya dia tidak melihat kedua anaknya itu, biasanya jika pulang sekolah bareng dengan Gio."Bentar lagi juga nyampe Bund," jawab Gio."Assalamu'alaikum ... Anggi pulang!!!""Tuh kan." Seorang gadis memasuki rumah tersebut dengan teriakan khasnya. Diikuti seorang pria di belakangnya sambil menutup kedua telinganya dengan telapak tangan."Gak usah teriak-teriak nji