"Apapun akan aku lakukan untuk bisa bersamamu, bahkan melawan dunia jika harus - M.B. Sogen "
...Mike meraih handphonenya - memeriksa beberapa pesan w******p yang masuk. Beberapa pesan hanya berupa broadcast renungan harian Katolik. Ada juga pesan grup yang hanya ucapan selamat pagi.
Tapi jarinya seketika berhenti pada sebuah pesan dari Mega. Tidak biasanya pagi-pagi sekali Mega sudah mengirim pesan. Mike mengkliknya - ia tertegun melihatnya. Benarkah ini ?
SENJA
Ada yang berbeda
Pada senja yang temaramSemilir angin membelai mesraAku mematung - tatapanku hampaPada baris-baris awan yang saling mengejar di udaraAda yang aneh
Aku jelas merasakannyaAku yakin aku tak salahYa, aku telah jatuh cintaPada lelaki yang mengisi hari-harikuBermalam-malam lalu masih tiada
Masih hampa disinidi hati kecilkuNamun kini tiba-tiba mencekik leherkuCinta; rasa itu datang tiba-tibaAku tahu aku salah
Aku tahu kamu marah, tak sukaharusnya ia tiadaTapi aku manusia biasaTak kuasa menghalau magisnya; aku sungguh telah jatuh cinta padamuPada senja yang temaram - Mega
Mike terpaku. Tertegun dan menatap kosong isi pesan berupa puisi dari Mega. Tubuhnya tiba-tiba mengejang.
Tak satu pun kata yang keluar dari mulutnya. Mengumpat dalam hati pun ia tak sanggup melakukannya. Mega benar-benar jatuh cinta pada Mike. Mega telah dengan berani mengungkapkan isi hatinya bahwa ia benar-benar jatuh cinta pada Mike.
Dengan cepat Mike memencet tombol home pada layar handphone - langsung kembali ke tampilan menu utama sehingga dengan jelas menampakkan foto ibu dan almarhum ayahnya. Ia meletakkan handphonenya ke atas meja lalu pergi ke kamar mandi untuk mencuci muka.
Mike sebenarnya jarang mandi pagi kalau hanya berada di kost saja, kecuali jika ia berangkat kerja pagi. Kalau tidak kemana-mana, mencuci muka sudah cukup baginya.
Ia kembali ke meja, mencoba meraih handphonenya tapi gerakan tangannya berhenti seketika. Handphonenya kembali berdering. Sebuah panggilan masuk dari Mega.
Pikiran Mike seketika berkecamuk. Ia bingung, mau mengabaikan telepon dari Mega seolah-olah tak mendengarnya, atau ia dengan cepat mendorong tombol merah dan menggesernya ke atas untuk menolak panggilan dari Mega tersebut.
"Tidak. Aku tidak boleh menolak panggilan ini. Aku biarkan saja berdering - nadanya kubiarkan memecah keheningan kamar kostku," batin Mike.
Mike membiarkan handphonenya berdering di atas meja hingga panggilannya berhenti sendiri. Ia lalu berjalan menuju kamar mandi lagi, mengambil handuk yang ia gantung di depan pintu kamar mandi semalam.
Ia sendiri bingung dengan sikapnya yang tiba-tiba ingin mandi padahal hari ini ia tidak kemana-mana. Padahal Mike sudah berencana mempelajari ulang ilmu-ilmu kuliah yang telah ia dapatkan.
Handphone berdering lagi ketika ia sedang mandi. Persetan. Mike membiarkannya. Toh ia sedang mandi. Palingan Mega lagi yang menelpon, gumamnya dalam hati.
Mike dengan cepat menyelesaikan mandinya. Tapi ia sendiri masih bingung dengan apa yang ia lakukan. Pokoknya mandi saja. Pikiran Mike tiba-tiba tertuju pada Mega lagi.
Mungkin saja Mega menelpon memintanya menemuinya. Ahh, apa-apaan. Tidak mungkin. Mike mulai bergulat dengan pikirannya sendiri. Ini kan masih liburan. Ada perlu apa mau ajak ketemuan?
Tapi tunggu, puisi itu. Ya, dia pasti tahu aku sudah membaca puisi yang mewakili isi hatinya itu. Apakah dia menelpon hanya untuk menanyakan kenapa aku tak membalasnya?
Mike lagi-lagi bergulat dengan pikirannya sendiri di dalam hatinya.
*****
Mike sudah rapi - mengenakan kaos oblong berwarna hitam, celana pendek yang panjang hanya sampai lutut; warnanya pun masih hitam juga.
Tiba-tiba handphone Mike berdering lagi. Mike melotot berusaha membaca tulisan di layar handphone.
"Ibuuuuu," teriaknya pelan lalu dengan cepat meraih handphone, menggeser tombol hijau dan dengan segera menjawab panggilan dari ibunya.
"Halo, Bu, " Mike dengan segera menyapa Ibunya di seberang lalu terdengar suara wanita setengah tua itu. Suaranya berat dan putus-putus, mungkin pengaruh signal di kampungnya yang masih belum sebagus daerah lainnya.
"Halo, nak," suara ibu dari seberang terdengar berat - agak kurang jelas tetapi Mike berusaha mendengarkan dengan baik.
"Maaf mengganggu waktumu nak. Ibu cuma mau mengabarimu bahwa Om Bram meninggal," kata ibu langsung to the point.
Sejenak Mike lalu berdiri mematung. Bayangan wajah lekaki yang disebutkan ibu muncul seketika dalam ingatannya.
Lelaki yang disebutkan ibunya itu ialah saudara kandung ibunya yang selama ini membantu ibunya mengurusi peternakan ayam peninggalan ayah Mike setelah ayahnya pergi untuk selamanya. Lelaki yang menggantikan peran ayah ketika Mike ditinggal pergi oleh ayahnya.
Namun kini Om Bram telah tiada. Dua sosok lelaki hebat dalam hidup Mike telah tiada lagi. Mike benar-benar hanya mempunyai seorang ibu saat ini. Tiada siapa-siapa lagi.
"Halo, nak," suara ibu tiba-tiba mengagetkannya.
"Kamu mendengarnya ?" Ibunya bertanya lagi setelah lama menunggu Mike merespon perkataan ibunya."Ya Bu. Aku mendengarnya," jawabnya cepat, berusaha menyembunyikan kesedihan yang ia rasakan saat ini pada ibunya.
"Sudah dulu ya, nak. Ibu hanya memberitahumu tentang itu saja. Jaga dirimu ya, nak. Doakan Om Bram semoga segala dosanya diampuni," kata ibu mengingatkan sebelum mengakhiri teleponnya.
Hati Mike berkecamuk tak karuan. Urusannya dengan Mega yang pagi-pagi sudah mengirimkan puisi ungkapan isi hatinya belum juga ia selesaikan, sekarang ia harus mendengar kabar duka meninggalnya om Bram.
Mike lalu tertunduk lesu. Kedua tangannya memegang dan meremas-remas rambutnya sendiri. Ia meraih handphonenya lagi, mencari foto om Bram yang tersimpan di galeri handphonenya, lalu menatap kosong pda wajah om Bram.
"Om, maaf Mike tidak bisa pulang. Semoga Tuhan mengampuni segala dosa Om. Beristirahatlah dalam damai Om," katanya lirih pada foto Om Bram.
Tanpa ia sadari air matanya menetes membasahi pipinya. Kini Mike telah kehilangan dua sosok ayah dalam hidupnya.
Laki-laki yang beberapa tahun terakhir ia anggap pengganti ayahnya, yang membantu ibunya mengurusi ternak peninggalan ayahnya kini telah berpulang.
Rasanya seperti ia ingin berhenti berjuang sendiri disini dan pulang ke kampung halaman, menghabiskan lebih banyak waktu bersama ibunya, membantu mengurusi semua keperluan usaha kecil peninggalan ayahnya. Rasanya tak tega meninggalkan ibunya yang kini benar-benar sendiri.
Mike mengusap rambutnya lalu mengatur posisi duduknya - ia bersila. Mike lalu memejamkan matanya, berusaha menenangkan pikiran dan melupakan semua masalah yang saat ini mengganggu pikirannya.
Mike lalu membuat tanda salib lalu berdoa sendirian memohon kepada Tuhan demi keselamatan arwah om Bram.
Semoga Tuhan mengampuni segala dosa dan kesalahan yang telah Om Bram lakukan selama masa hidupnya dan menyediakan surga terindah bagi Om Bram, doa Mike dalam hatinya.
Tanpa ia sadari, air matanya kembali menetes di kedua pipinya. Mike menangis.
"Kehilangan yang paling menyakitkan ialah ketika orang itu meninggalkan kita dan beralih dari dunia ini."
🌹Pembaca yang budiman. Terima kasih sudah membaca karyaku. Mohon dukungannya dengan komentar untuk perbaikan. Jagalah kesehatan, stay home dan patuhi setiap peraturan yang telah ditetapkan pemerintah selama masa pandemi ini.Tuhan memberkati.🌹
Hari yang melelahkan - Mike melaju, menarik kencang gas sepeda motornya. Kantuk dan lelah tak bisa ia tahan lagi. Mike ingin segera tiba di kostnya dan merebahkan tubuhnya. Persetan dengan mandi dan tubuh yang bau keringat. Memang baru kali ini Mike merasakan lelah yang amat sangat. Selama ini ia tak pernah terlambat tidur malam. Apalagi waktu tidur terhitung hanya satu setengah jam. Sama sekali belum pernah ia lakukan. Semenjak kepergian om Bram ia memang jadi susah tidur. Pikirannya selalu tertuju pada sosok perempuan setengah tua yang ia tinggalkan seorang diri di kampung - mengurus dirinya sendiri dan ayam-ayam di kandang, kira-kira dua ratus ekor. Ingin sekali rasanya ia pulang ke sana. Om Bram tidak lagi membantu ibu. Tak mungkin juga istri om Bram, tante Mery yang harus menggantikan posisi om Bram, suaminya. Tambah lagi mereka tidak mempunyai anak. Tante Mery kini tinggal sendirian. Rencananya, Tania, keponakan tante Mery yang akan tinggal bers
"Hujan tak selalu hanya meninggalkan genangan. Ada kenangan yang juga ia tinggalkan." ... Mike tiba dengan cepat di kost Mega. Tidak butuh waktu lama karena memang Mike sudah tahu di mana letak kost Mega berada. Ia menghentikan sepeda motornya, memastikan sudah terparkir dengan aman lalu melangkah masuk. Tapi ada yang aneh. Tidak ada tanda-tanda ada orang di dalam kost. Sejenak ia perhatikan rak sepatu yang diletakkan di luar. Tak ada satu pun sepatu atau sendal di sana. Mike mencoba mengetuk. Tak ada jawaban. Tiba-tiba terdengar bunyi gemuruh guntur yang diikuti kilat. Ada beberapa gadis keluar dari kamar kost masing-masing berlari menuju jemuran untuk mengangkat jemuran. Tak satupun dari mereka yang menyapa Mike seolah-olah tak menyadari ada orang yang berdiri disitu. Mike masih mematung. Pikirannya menerawang jauh. "Dimana Mega? Ini masih siang, dan hari ini masih libur. Pergi kemana dia?" Mike bergumam bertanya-tany
"Ketika Anda benar-benar jatuh cinta, berbohong pun seakan-akan bukan sebuah kesalahan"...Mike segera mengambil charger handphonenya untuk mengecas handphone Mega setelah mandi dan mengganti pakaiannya. Untung saja milik Mega bukan merk apple atau pun lainnya yang berbeda dari merk android.Mike menunggu sekitar dua menit pengisian battery handphone Mega lalu menghidupkannya.Dengan buru-buru ia mencari kontak keluarga Mega. Mike mencarinya satu per satu lalu tangannya berhenti bergerak ketika menemukan sebuah nama.Ingin segera memencet nama itu untuk langsung memanggil tapi ia menarik napas dalam-dalam, mencoba untuk tenang agar suaranya sebentar tidak kedengaran terengah-engah.Setelah ia pastikan semuanya aman, ia langsung memencet memanggil pada kontak yang bertuliskan Adikku Tania - nama yang sama dengan keponakan Tante Mery.Mike mendengar bunyi nada berdering sejenak sebelum ada suara gadis remaja menjawab.
Seminggu berlalu. Mike tetap menyibukkan dirinya dengan pekerjaannya di hari-hari libur - sesekali mengulangi pelajaran yang sudah ia dapatkan di semester pertama. Ia merasakan ada yang kurang. Ia tahu ini kesalahannya. Mengabaikan Mega membuatnya menyesal. Sesampainya Mega di kampung, tidak ada sekalipun kabar dari Mega untuknya. Mike menantikan kabar darinya seperti seseorang yang merindukan kabar dari kekasih hatinya yang pergi jauh. Terkadang Mike berpikir bahwa ia aneh. Ketika Mega ada di dekatnya, ia memperlakukannya layaknya sahabatnya, saudarinya. Kini, ketika Mega jauh ia merindukannya setengah mati. Ia merasakan ada yang ikut hilang. Ketika Mega berada di dekatnya, Mike sama sekali tidak membalas perasaannya. Mike kuat dengan egonya bahwa Mega hanya seorang sahabat baginya. Sama sekali tidak ada tumbuh rasa suka pada diri Mega. Mike berusaha menyibukkan dirinya dengan pekerjaannya. Pergi pagi pulang malam. Berharap sedikit melupakan sosok Me
Mike langsung merebahkan tubuhnya ketika ia telah tiba di kost. Pikirannya masih menerawang jauh memikirkan Tania, gadis yang ia temui barusan di taman, yang duduk sendirian di tempat biasa dia dan Mega selalu menghabiskan waktu berdua. Tatapan matanya yang tajam, sentuhan lembut tangannya kala menjabat tangan Mike dan juga tawanya ketika menyadari tingkah Mike yang aneh kala menawarinya tumpangan meski baru pertama kali bertemu, terkenang rapi dalam ingatan Mike. "Sepertinya malam ini aku tidak akan bisa tidur karena memikirkan Tania." Sejenak tak ada lagi bayangan Mega saat ini. Tambah lagi, Mega sama sekali belum menghubunginya. Mike mengetahui ide gilanya pun dari adiknya, Tania. Kini, sudah ada tiga gadis bernama Tania di hidupnya; keponakan Tante Mery, adik Mega, dan gadis yang baru saja ia temui dan kini telah mulai menghantui pikirannya. "Besok aku harus kesana lagi setelah pulang kerja," gumamnya nekat dalam hati. "Tapi kali ini
"Tak ada yang salah ketika jatuh cinta. Bahkan ketika anda tak jatuh cinta pada orang yang sedang berusaha mendapatkan cintamu tetapi pada orang lain" . . . Mike membisu setelah Tania sudah siap dan duduk di belakangnya. Jantungnya berdegup kencang. Ia tak tahu apa yang harus ia katakan untuk memulai percakapan. Tania duduk tepat di belakangnya dan dia hanya diam menatap fokus ke depan. Sesekali Mike memainkan rem, sengaja agar Tania bisa memberinya pelukan tiba-tiba. Entah apa yang merasukinya untuk melakukan ide gila itu. Hatinya semakin berdegup kencang tak karuan. Apa yang harus ia katakan untuk memulai percakapan dengan Tania? Mike berpikir keras - bertanya-tanya dalam hati. "Pelan-pelan saja. Aku sedang tidak buru-buru," kata Tania tiba-tiba membuyarkan pikiran Mike dan membuka percakapan. Mike tersenyum kecil, kebingungannya kini terjawab, Tania yang akhirnya lebih dahulu mengajak berbicara. "Maaf,
"Sungguh, tak ada satu pun lelaki yang menghendaki perkelahian antara dua gadis karena dirinya".... Di dalam kamar kost, Mike sedang gelisah - seperti orang yang akan gila memikirkan hutang yang tidak bisa lagi ia terbayarkan. Mike mondar-mandir tak jelas sendirian di dalam kamar. Pikirannya kacau. Sesekali menggaruk-garuk kepalanya, melirik handphone dan kembali berjalan mondar-mandir mengitari meja di dalam kamar kost hingga beberapa kali. Jika Anda pernah melihat seseekor binatang peliharaan yang dimasukkan ke dalam sebuah kurung, seperti itulah Mike saat ini. Hari ini ia tidak masuk kerja, besok ia akan masuk shift malam. Mike berharap hari ini ia akan menghabiskan waktunya bersama Tania. Berjalan-jalan mengelilingi Jakarta, mengunjungi beberapa taman, dan mungkin singgah ke beberapa tempat makan jika lapar. Bisa jadi juga mereka akan ke Ancol, membiarkan tubuh mereka terbakar oleh panas matahari yang menyengat, berjalan di
"Anda akan menjadi benar-benar gila ketika menyadari anda telah melakukan hal gila demi seseorang atas nama cinta" . . . Mike berusaha melupakan semua pikiran yang mengganggunya seharian - memikirkan Tania yang sama sekali tidak memberikan kabar padanya untuk bertemu, memikirkan Mega yang akan kembali dan memintanya untuk menjemputnya di bandara. Ia berusaha keras mencari cara agar ia bisa menyelesaikan persoalannya dengan Mega, menjelaskan bahwa ia tidak bisa menerima Mega untuk menjadi kekasihnya. Mike tahu ia melakukan ini bukan karena ia telah jatuh cinta pada Tania tapi karena ia memang tidak mau menjadikan Mega kekasihnya. Ia hanya ingin Mega akan mencintai dia sebagai sahabat, sebagai saudaranya. Memikirkan hal ini membuatnya kelelahan hingga tertidur. Mike lupa apa yang ia pikirkan terakhir sebelum akhirnya ia tertidur pulas. Benar-benar melelahkan dan membingungkan. Mike tersadar dari tidurnya lalu membuk