Share

Re : 3

“Cepat jalan!”. Seorang penjaga dengan pisau di tanganya mendorong kami untuk berjalan berjejer ke depan.

Hari ini adalah jadwal penjualan, kami sebagai budak akan berjejer rapi di tengah pasar. Menjajalkan diri kami mulai dari peringkat tertinggi hingga terendah. Seperti biasa siren menempati peringkat pertama dalam urutan di The Strary. Bukan berarti mereka menempati peringkat pertama di dunia ini, hanya saja tempat penjual belian ini belum cukup hebat untuk menculik peringkat satu dunia yaitu Roh. Aku pernah mendengar mereka pernah hampir menghancurkan satu desa, ketika mencoba mencuri seorang anak roh. Padahal yang mereka coba curi adalah roh hutan, roh terendah diantara roh lainya.

Aku melirik ke sebelah kiriku, six berada jauh dariku. Ada dua orang yang menjadi penghalang di antara kami.

“Tadi kau bilang ingin keluar dari sini? Kau yakin kau bisa melakukanya?. Atau jangan bilang kau ingin keluar dalam keadaan tak bernyawa?”. Aku berusaha memancing emosinya, aku harus memastikan apakah kita bisa menjadi tim yang bagus. Dari 5 anak disini, tidak ada satupun yang memiliki semangat untuk kabur. Mereka terlalu takut dengan para penjaga dan bully an anak anak dengan peringkat lebih tinggi. Dan aku tentu saja tidak ingin membuang waktuku untuk hal yang tidak berguna.

“Tentu saja dalam keadaan hidup! Aku tidak akan mati semudah itu”

“Oke”. Aku menepukkan kedua tanganku. Mungkin anak ini bisa membantuku keluar dari sini.

“Aku akan membantumu bertahan hidup”. Senyum manis terulas di wajahku.

Seorang pelanggan berjalan mendekatiku, wajahnya melihatku jijik. Dia menutup hidungnya rapat rapat.

“Hei..  kenapa kau jual barang tak layak seperti ini?”. Werewolf itu menunjuk ke arahku. Aku menunduk. Bajuku dipenuhi dengan kotoran, bahkan aku juga menempelkan beberapa kotoran itu ke rambutku. Dan wajahku sengaja kupukul dengan nampan makan yang terbuat dari besi, sehingga wajahku kini tertutupi dengan lebam di sana sini.

Seorang penjaga tergopoh gopoh mendekat, memastikan apa yang terjadi. Matanya terbelalak.

“Kau tahu aku punya indra penciuman yang kuat, kau sengaja ingin membunuhku?”. Hardiknya

“Maafkan kami atas pemandangan yang buruk ini, saya akan segera menariknya mundur”. Penjaga itu berkali kali menundukkan wajahnya, meminta maaf.

Dengan kasar ia menarik tali yang mengikat tanganku dan membawaku kembali ke kereta. Tamparan keras mengarah ke wajahku yang lebam.

“Ini sudah kesekian kalinya, kau membuat ulah. Berhenti merepotkanku!”. Dia menarik rambutku dan menghempaskanku ke dalam. Aku mengaduh pelan.

“Maafkan aku tuan, aku tidak akan mengulanginya lagi”. Aku meringkuk didepanya, memohon ampun.

Beast besar itu menarik rambutku lagi. “Three, jika kau berulah lagi. aku akan benar benar membunuhmu”

Aku mengangguk patuh. Debuman keras terdengar ketika penjaga itu menutup pintu kereta.

“Ah… akhirnya selesai juga”. Aku meregangkan tanganku kedepan. Cara ini selalu berhasil berapa kalipun aku melakukanya. Hal terpenting yang tidak boleh terluka adalah wajah, itu adalah peraturan tertulis yang harus dipatuhi siapapun. Bahkan penjaga sel sekalipun. Bayangkan saja siapa pelanggan diluar sana yang rela mengeluarkan uangnya hanya untuk budak jelek dengan luka lebam sepertiku? Hanya orang gila saja yang akan melakukanya.

Aku menyenderkan badanku ke dinding kereta. Walaupun aku sudah sering melakukanya tetap saja terasa sakit. Bagaimanapun juga aku makhluk hidup. Aku menyentuh ujung bibirku yang berdarah, penjaga itu memukulku sepenuh hati. Tentu saja ia tidak ingin melewatkan kesempatan untuk memukul wajah gadis yang selama ini membuat masalah.

BRAK.. tidak lama kemudian pintu kereta kembali terbuka. Beast besar dengan badan singa itu menyeret six.

“Sampah seperti kalian lebih baik diam disini!, dan kau three!”

Aku menunduk, berusaha menghindari pandanganya.

“Apa yang kau ajarkan pada anak baru ini? seingatku kemarin aku menemukan anak ras manusia yang tampan bukan si buruk rupa sepertinya”.

“Maafkan aku tuan”. Kataku lirih, memangnya apalagi yang bisa ku katakan?.

“Ini, kau urus anak ini”. Penjaga itu melemparkan six ke arahku.

BRAK..Pintu kereta kembali tertutup dengan kencang.

“Hei, menyingkirlah dariku. Kau berat”. Ucapku berbisik sambil mendorong six menjauh

“Apa apaan itu?”. Dia memandangku dengan tatapan aneh. “Kau seperti rubah”

Aku tertawa pelan. “Terimakasih atas pujianya”

“Tapi sungguh, wajahku benar benar sakit. Dia menamparku begitu melihat ke arahku”. Six memegang wajahnya. Darah mengalir dari wajahnya yang terluka.

“Itu salahmu, kau membuatnya murka. Lagian aku sudah menyuruhmu untuk memukul dengan nampan bukan mengoresnya dengan serpihan batu. Kau tahu luka dari goresan bisa membekas dari pada memar”

“Tunggu aku masih belum paham dengan semua ini. Kenapa kita harus sulit sulit keluar dari sana?, bukankah jika seseorang membeli kita, kita akan keluar dari sini dan menjadi budak?”

Aku menatapnya kagum, sepertinya dia di besarkan dilingkungan dengan tingkat positif yang tinggi.

“Kau tidak pernah berburuk sangka dengan orang lain ya?, bahkan kau mau mengikuti perintahku”

“Lalu apa maumu? Hanya kau satu satunya yang bisa diajak bicara di sana”. Six mendengus sebal.

Aku menyisir rambutku dengan tangan, membersihkan sisa sisa kotoran yang tadinya tertempel. “Well…Kita akan dimakan”.

Refleks Six yang tadinya sibuk dengan wajahnya menoleh ke arahku. “Apa maksudmu?”

Aku tertawa mengejek. “Kau pikir mengapa The Strary mau mencuri ras manusia jika hanya laku dijual sebagai budak hah?? Tentu saja kita di jual ke mereka yang membutuhkan daging segar”

“Kenapa? Kau mau menyerah?”. Tanyaku ke arahnya.

Six terlalu shock untuk menjawab pertanyaanku.

“Kau tahu di dunia ini tidak ada peraturan yang melarang kanibalisme. Lalu,apa yang kau harapkan?”

Hening, kami tenggelam dalam pikiran kami masing masing. Entah apa yang dipikirkannya, aku tidak ingin memikirkan kemungkinan terburuk.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status