Ini pasti hanya kebetulan!Pasti!Jika memang Reina yang menyelamatkannya, kenapa Jovan tidak pernah mendengar Reina mengungkit soal itu?Lalu, jika memang Reina yang menyelamatkannya, perbuatan Jovan selama ini pada wanita itu ....Jovan pun menutup rekam medis Reina.Dia kembali ke kantornya dan hanya duduk termangu sepanjang malam.Keesokan paginya, Jovan menelepon Marshanda. "Marsha, ayo ketemu. Ada yang ingin kubicarakan."Di dalam ruangan privat sebuah restoran.Marshanda datang dengan pakaian yang tampak memukau.Pelayan pun menghampirinya dan mengambil mantelnya.Jovan langsung memperhatikan lengan putih Marshanda yang mulus tanpa bekas luka.Empat tahun lalu, Jovan mengalami kecelakaan mobil.Jovan yang tidak sadarkan diri dan berlumuran darah terjebak di dalam.Jovan diselamatkan oleh seorang gadis yang mengulurkan tangan melalui pecahan kaca jendela untuk membuka pintu secara paksa. Gadis itu benar-benar tidak peduli dengan risiko yang mungkin terjadi.Sewaktu mengulurkan ta
Tentu saja Marshanda tidak ingat.Namun, dia sangat pandai membaca tatapan orang. Marshanda menyambungkan benang merah akan sikap aneh Jovan hari ini, lalu bagaimana Jovan terus memperhatikan lengannya saat dia baru datang.Marshanda sontak menyadari sesuatu, dia pun berpura-pura bernostalgia bersama Jovan."Tentu saja aku ingat. Waktu itu aku takut banget melihatmu yang berlumuran darah.""Aku ingat waktu itu aku menarikmu keluar dari mobil yang akan meledak. Aku membuka pintu dengan paksa dan lenganku terluka.""Kamu tahu nggak, setelah lukaku sembuh, bekas luka di lenganku terlihat sangat mengerikan. Untunglah setelah itu aku menjalani operasi, jadi bekas lukanya memudar ...."Marshanda memang tahu betul tentang bekas luka di lengan itu.Karena hari itu dia melihat Reina dan bertanya apa yang terjadi ....Sebelumnya, Jovan pasti akan langsung percaya pada Marshanda, tetapi sekarang dia malah merasa ragu.Karena waktu itu, gadis yang menyelamatkannya berulang kali memberitahunya, "Ka
Jovan mengambil cangkir teh yang ada di atas meja, lalu menenggaknya habis dan berkata, "Sudahlah, Kak Max. Reina 'kan sudah meninggal."Begitu berkata seperti itu, Jovan sontak menyadari bahwa dia sedang membela wanita tuli itu ....Maxime tidak menyadari ada yang berbeda dari sikap Jovan hari ini, dia terus membaca rekam medis Reina.Tepat saat dia nyaris selesai membaca, ponselnya berdering.Maxime mengambil ponselnya, ternyata yang meneleponnya adalah Ekki. Asistennya berujar dari ujung telepon, "Pak Maxime, kami berhasil menemukan Revin pergi ke mana."Ekki pun mengirimkan alamatnya kepada Maxime.Maxime membukanya, ternyata Revin sedang berada di daerah terpencil bernama Kabupaten Sariang.Nama itu terdengar tidak asing, tetapi Maxime tidak ingat di mana dia pernah mendengarnya.Karena Maxime tidak kunjung bicara, Jovan pun bertanya, "Ada apa?"Maxime bangkit berdiri, lalu berkata, "Aku harus pergi. Telepon aku kalau ada apa-apa."Setelah itu, Maxime mengambil mantelnya dan langs
"Lyann kasihan juga, ya. Dia nggak punya anak perempuan, sementara bayi yang dia besarkan dengan susah payah juga sudah meninggal.""Ya, 'kan? Aku masih ingat Reina, benar-benar anak yang cerdas dan pintar. Kenapa dia pergi secepat ini?""Ternyata lahir dari keluarga kaya juga nggak enak, ya. Waktu terakhir kali ketemu Reina, dia tampak beda banget. Dia kelihatan sangat kurus kering, sudah seperti tulang dibalut kulit.""Lyann dan Reina selalu bilang suami Reina baik banget, tapi aku yakin mereka lagi bohong. Masa sudah menikah selama tiga tahun, tapi nggak pernah menemani Reina pulang ...."Ucapan mereka semua membuat tenggorokan Maxime terasa tercekat.Dia tidak bisa menunggu Lyann ataupun Reina lagi.Maxime pun bersandar di kursi kayu, lalu tidur dengan pulas. Dia baru tertidur selama beberapa saat ketika tiba-tiba terbangun.Dia bermimpi melihat Reina meninggal ....Begitu membuka mata, sekeliling Maxime terasa begitu sunyi dan gelap. Tidak ada Reina yang menemani.Saat ini, Maxime
Setiap harinya, Maxime hanya tidur, makan dan sibuk dengan pekerjaannya.Bahkan Jovan diminta untuk mengambil beberapa barang peninggalan Reina yang ada di rumah Revin.Jovan menyadari betul perubahan sikap Maxime.Sejak pulang, Maxime jadi makin pendiam. Pria itu seolah-olah sibuk dengan dunianya sendiri.Jovan akhirnya bertanya pada Ekki, "Kak Max lagi kenapa, sih?""Entahlah," jawab Ekki sambil menggelengkan kepalanya."Apa menurut Pak Jovan Pak Maxime sangat menyukai Reina?"Begitu mendengar pertanyaan itu, sebersit cahaya aneh berkilat dalam sorot pandangan Jovan."Mana aku tahu?"Setelah berkata seperti itu, dia pun masuk ke dalam mobil dan menyuruh sopirnya untuk mengemudikan mobil melaju dari situ.Jovan duduk bersandar di kursi, lalu memijat batang hidungnya.Jika memang Maxime menyukai Reina, kenapa pria itu begitu terburu-buru mengubah Grup Andara yang baru saja diakuisisi?Maxime pasti tahu betapa pentingnya Grup Andara bagi Reina. Itu 'kan perusahaan yang dibangun sendiri
Jovan mencengkeram kepalanya kuat-kuat sambil berteriak."Kenapa, Pak Jovan? Ada apa?" tanya asisten Jovan yang berada di sampingnya dengan kebingungan.Akal sehat Jovan pun kembali. Dia menatap asistennya."Aku mau tanya. Kalau ada orang yang menyelamatkanmu, tapi kamu nggak tahu dan menjadikan penyelamatmu itu bulan-bulanan, kenapa orang itu nggak memberitahumu kalau dia menyelamatkanmu? 'Kan dengan begitu kamu nggak akan menjadikan dia bulan-bulanan lagi!"Begitu mendengar pertanyaan itu, si asisten pun berpikir sejenak sebelum akhirnya menjawab, "Yah, sederhana saja. Pertama, mungkin dia menganggap aku sudah tahu siapa yang menyelamatkanku. Tapi, karena aku nggak bertanya apa-apa padanya, jadi orang itu menganggap aku bukanlah orang yang tahu balas budi. Itu sebabnya dia merasa nggak ada gunanya juga memberitahuku.""Kedua, orang itu mungkin berpikiran bahwa menyelamatkanku bukanlah perbuatan besar yang gimana-gimana, jadi nggak usah diumbar-umbar ...."Bukanlah perbuatan yang besa
Belum sempat Jovan selesai bicara.Para pengawal membawa masuk dan melempar seorang pria tua yang dipenuhi dengan luka.Jovan mengenalinya, dia adalah Pak Jeremy.Kemarin lusa, Maxime menyuruh orang untuk mencari ibu dan adik laki-laki Reina yang kabur ke luar negeri. Setelah itu, Maxime mengetahui bahwa pria tua inilah yang hendak dinikahkan dengan Reina dan bukan Revin!Itu sebabnya Maxime langsung menyuruh orang untuk menangkap pria tua itu.Akan tetapi, setelah disiksa sehari semalam, pria tua itu tetap tidak tahu di mana Reina.Maxime pun menatap Jeremy dengan saksama sambil bertanya, "Kamu masih berniat menikahi Reina?"Pria tua itu langsung bersujud sambil menahan sakit."Nggak, nggak, aku nggak berani lagi ...."Setelah itu, Jeremy diseret keluar.Akhir cerita hidupnya sudah jelas.Maxime pun menatap Jovan dengan ekspresi datar, lalu bertanya, "Barusan kamu membela Reina?"Tenggorokan Jovan sontak terasa tercekat, dia tidak berani mengatakan apa-apa."Menurutku, kamu nggak usah
Begitu mendengar percakapan para sekretaris, Ekki si asisten langsung menyela mereka.Bukannya dia usil, tetapi dia pintar menilai orang.Belakangan ini, selain bekerja, Maxime juga meminta orang-orang untuk mencari Reina dan menekan perusahaan Revin.Menurut Ekki, semua ini jelas bukan karena Maxime membenci Reina.Waktu terus berjalan, tetapi Maxime tidak pernah menyerah mencari Reina.Pada malam tahun baru, hujan turun dengan lebat.Sewaktu Reina masih hidup, dia pasti akan menemani Maxime menghabiskan malam tahun baru di rumah keluarga Maxime.Namun, berbeda dengan tahun ini, Maxime pulang ke rumah keluarganya seorang diri.Di saat semua orang lainnya sedang membicarakan kepergian Reina dengan senang, Maxime hanya duduk sendirian dan tidak mau diajak bicara. Auranya yang dingin membuat semua orang merasa enggan mendekatinya.Maxime pergi ke rumah keluarganya dan kembali ke Vila Magenta dengan tergesa-gesa.Hujan yang tebal terlihat di luar Vila Magenta, pemandangannya tampak sangat