Namun, Riko masih menyalahkan dirinya sendiri karena tidak melindungi adiknya.Mereka semua hanya bisa menunggu di luar ruang operasi.Saat ini, ketegangan di Keluarga Hinandar juga belum berhenti.Liane sudah tahu kalau ruang kerjanya sudah jadi kapal pecah dan semua dokumennya hilang."Kenapa bisa begini?"Sekretaris hanya bisa menatap ruang kerja yang berantakan dengan bingung, "Kenapa bisa begini? Apa kedua bocah itu yang melakukannya?"Liane juga menduga hal yang sama.Liane langsung memeriksa komputernya karena di sana lebih banyak dokumen penting.Dari tampilan fisik, komputernya baik-baik saja. Benar juga, si kembar hanya anak-anak, mereka mungkin bisa membuat ruang kerja jadi kapal pecah, tapi pasti tidak mengerti cara otak-atik komputer.Liane merasa lega dan menyalakan komputernya.Biasanya komputernya langsung menyala, tapi kali ini butuh waktu yang cukup lama.Apalagi tampilan layar terlihat aneh dan tiba-tiba muncullah foto hitam putih Liane di layar komputernya.Di sana
Liane hanya bisa menatap kalimat umpatan yang terpampang di layar komputernya dan membatin.Kalau dia menemukan putrinya, dia pasti akan memperlakukan putrinya dengan baik dan tidak akan membiarkan putrinya diperlakukan tidak adil atau menderita....Marshanda dan Syena kembali ke kamar bersama.Syena menatap perban yang membebat tangannya, tatapannya pun terlihat sangat dingin, "Bocah sialan itu berani menggigitku!""Nona Syena, jangan marah. Menurutku mereka nggak akan bisa sombong lama-lama," sahut Marshanda.Syena mengangguk, "Kalau kamu bisa menyingkirkan Reina dan kedua bocah kurang ajar itu, aku pasti akan memberimu hadiah yang bagus.""Tanpa perintahmu pun aku pasti akan melakukan hal yang sama. Aku lebih membenci Reina daripada kamu!" Setelah itu, Marshanda kembali teringat kejadian di ruang kerja tadi, "Cuma kenapa kau merasa kayaknya Liane membenciku ya?""Mana mungkin? Di matanya, kamu adalah putri kandungnya dan dia lebih menyayangimu dari pada aku. Kamu nggak usah ambil p
Padahal jelas-jelas Syena-lah yang menampar Riki, tapi Liane malah mengkambinghitamkan seorang pengawal. Konyol.Maxime perlahan mengepalkan tinjunya dan tatapannya terlihat sangat dingin, "Pergi!"Satpam itu buru-buru mundur."Oke, oke, aku akan pergi."Sekarang tidak ada orang luar.Jovan pun mengumpat, "Keluarga Hinandar ini benar-benar mengira mereka penguasa segalanya ya? Benar-benar nggak tahu malu!"Alana juga sangat marah, "Sayang sekali putrinya menikah dengan Keluarga Sunandar."Karena dengan begini, sebenarnya ini masalah internal antar saudara ipar."Morgan ini punya mata nggak sih? Masa mau sama wanita yang mukul anak kecil?" umpat Jovan.Sebenarnya marah-marah di sini tidak ada gunanya.Akhirnya pintu ruang operasi terbuka.Dokter keluar dengan ekspresi sedih.Reina buru-buru berdiri dan berjalan mengampiri, "Dokter, bagaimana kondisi anakku sekarang?""Dia selamat, tapi sel darah putih di tubuhnya menyebar terlalu cepat. Kalau memungkinkan, dia harus menjalani operasi se
Keesokan harinya, pagi-pagi sekali.Berita itu tersebar di seluruh dunia maya.Berita bahwa informasi bisnis Keluarga Hinandar bocor pun tersebar di semua platform utama.Awalnya, Liane meminta sekretarisnya untuk tidak membocorkan berita tersebut, tetapi tidak disangka semua orang tahu kabar ini keesokan harinya."Sebenarnya apa yang terjadi?"Sekretaris Liane juga tidak paham apa yang terjadi, dia menggeleng, "Semalam aku sudah menyuruh orang mengawasi internet dan nggak ada yang tahu kejadian ini kecuali kita.""Nana!"Liane menyalahkan segalanya pada Reina.Liane langsung menggebrak meja dengan penuh amarah, "Semalam aku memang merasa agak bersalah karena anaknya masuk rumah sakit, tapi sekarang sepertinya dia memang pantas mendapatkannya!""Ya, Reina ini memang sangat kurang ajar. Dulu dia berani merayu suami Nona Syena, sekarang dia mengincar Grup Yinandar," timpal sekretaris Liane.Liane benar-benar tidak tahan.Marshanda dan Syena yang sudah mencuri dengar dari luar pintu pun m
"Oke, akan kuurus." Liane membulatkan tekad.Syena dan Marshanda saling bertatapan dan akhirnya merasa lega.Jika Liane sudah turun tangan, Reina pasti mati.Liane hanya mau memberi pelajaran pada Reina agar dia tidak berani mengincar Keluarga Hinandar dan Syena lagi. Dia tidak pernah mengira putrinya akan mengincar nyawa Reina dan bayi Reina....Riko merasa puas dan bangga saat melihat mahakaryanya di internet. Meski dampak kejadian ini bagi Grup Yinandar tidak sefatal Perusahaan XS, Grup Yinandar tetap saja kesulitan mengatasinya.Liane sudah meminta orang menyelidiki pelakunya, tapi ternyata Riko menggunakan akun virtual luar negeri, sehingga Liane pun tidak punya pilihan lain selain tidak memperkarakan hal ini.Reina yang menjaga Riki di rumah sakit, tidak mengetahui hal ini.Sisil-lah yang meneleponnya untuk memberitahunya.Sekarang Reina tidak tertarik mengurusi urusan Grup Yinandar, dia fokus merawat Riki.Setelah melihat Riki tertidur, Reina pun bertanya pada Maxime, "Apa kita
Pagi ini Joanna pergi ke kediaman utama Keluarga Andara dan mendapat kabar kalau Riki kumat dan sedang dirawat di rumah sakit.Di depan Riki, Reina tidak bisa memberitahunya tentang kondisi Riki."Nggak apa-apa. Dokter bilang dia akan sembuh setelah beristirahat beberapa hari.""Syukurlah." Joanna berjalan ke sisi Riki dan berkata, "Cucuku sayang, kok kamu bisa kumat, kamu nggak minum obat tepat waktu?"Begitu melihat kehadiran Joanna, Riki pun langsung memanfaatkannya.Pertama, dia mengeluarkan Reina dari kamar dengan dalih butuh dibelikan makanan enak. Lalu, Riki memasang tampang teraniaya dan berujar dengan sedih, "Nenek, aku selalu patuh kok, tapi ...."Riki terdiam sesaat, buliran air matanya jatuh menuruni pipinya."Tapi ... aku ditindas seseorang.""Apa?" Joanna langsung kehilangan kesabaran, "Siapa yang menindasmu? Katakan pada Nenek, biar Nenek kasih orang itu pelajaran!"Joanna tidak menyangka ada seseorang yang berani menindas cucunya.Riki mengisap kembali ingusnya dan menj
"Iya, Bu," jawab Syena sambil menahan amarahnya.Joanna masih belum puas. "Sebentar lagi aku akan ke rumah Keluarga Yinandar, keluar dan temui aku.""Ya."Syena masih sedikit waspada terhadap ibu mertuanya.Kemudian, Joanna menelepon Liane.Liane pura-pura menganggap semua ini hanya salah paham dan memberi tahu Joanna bahwa pengawal-lah yang tidak sengaja melukai Riki.Joanna tidak menerima akal bulus Liane dan menyahut, "Bu Liane, kita adalah orang pintar, jangan main-main denganku. Sebaiknya kau urus baik-baik putrimu itu, atau aku yang akan menggantikanmu mengurusnya.Setelah selesai bicara, Joanna menutup telepon.Meski sudah marah-marah, dia tetap merasa tidak nyaman. Kalau kedua cucunya yang begitu patuh dan cerdas itu mati karena Syena, Joanna tidak akan sungkan membunuh Syena.Sesampainya di luar rumah kediaman Keluarga Yinandar.Syena mendatanginya di luar rumah.Joanna turun dari mobil dan berjalan ke arahnya."Bu." Syena menyapa dengan ragu.Namun, Syena tidak terlalu merasa
"Di mana dia sekarang?" Reina bertanya dengan tergesa-gesa."Di rumah sakit jiwa swasta yang jaraknya lebih dari sepuluh kilometer dari sini," jawab Deron.Rumah sakit jiwa?Reina tahu bahwa ini adalah cara Liane untuk membalas dendam pada Raisa, "Apa ada cara untuk masuk dan menemuinya?""Aku sudah menyuap orang-orang di dalam. Kalau Anda mau menemuinya, Anda bisa berpura-pura menjadi suster atau dokter.""Baiklah, kalau begitu aku akan pergi ke sana malam ini.""Oke."Sekarang setelah Reina melihat Riki terluka, dia semakin merasa bahwa dia harus menjadi lebih kuat dan tidak bisa membuang waktu.Malamnya, Reina hendak berangkat setelah Riki tertidur.Tapi sebelum dia melangkah lebih jauh, Maxime berdiri di depannya, "Mau ke mana?"Reina tersedak, "Ah ... aku mau keluar jalan-jalan.""Aku temani.""Nggak perlu." Reina tahu belakangan ini Maxime sangat lelah dan kurang istirahat. "Kamu tidur aja dulu. Aku nggak pergi lama-lama kok."Maxime langsung memegangi pergelangan tangan Reina, "
Adrian samar-samar merasakan ada yang tidak beres. Dia meninggalkan pekerjaannya dan pulang ke rumah.Sesampainya di rumah, dia tidak melihat Hanna.Dengan cemas, dia mengambil ponselnya dan menghubungi Reina.Dia mendapatkan nomor Reina dari Hanna.Jika terjadi situasi khusus, di mana Adrian tidak bisa menghubunginya, dia bisa menghubungi Reina. Tidak disangka, situasi khusus ini benar-benar terjadi.Reina sedang bekerja dan tiba-tiba melihat ada panggilan dari nomor asing. Dia ragu-ragu cukup lama, tetapi tetap menjawabnya."Halo? Dengan siapa ini?""Aku Adrian, pacar Hanna. Apa ini dengan Nona Reina?" Adrian mengatakan siapa dia sebelum bertanya pada Reina.Reina sedikit bingung mengapa Adrian meneleponnya."Ya, ini aku, ada apa?" tanya Reina."Hanna nggak ada, jadi aku mau tanya, apa dia ada bersamamu?" tanya Adrian.Reina terkejut saat mendengar ini. Dia nggak di sini. Kenapa dia bisa hilang?""Aku juga nggak tahu. Perusahaan tempatnya bekerja meneleponku, katanya dia nggak masuk
Hanna sebenarnya pergi dari rumah bukan karena semata-mata ingin hidup bersama Adrian.Dia tidak tahan dengan suasana rumah yang menyesakkan.Orang tuanya selalu mendesaknya untuk menikah atau menceritakan betapa hebatnya anak-anak dari keluarga lain, bagaimana mereka memiliki cucu dan seterusnya.Sekarang, setelah pindah, tinggal bersama Adrian dan mulai bekerja dengan pekerjaan yang normal, dia merasa jauh lebih santai.Dia merebahkan diri dan kembali tidur, tidak tahu bahwa orang tuanya tidak bisa tidur.Malik menghentakkan kakinya dengan tidak sabar. "Lihatlah anak perempuanmu itu."Ines memutar bola matanya. "Jangan lupa kalau dia juga putrimu."Malik tersedak."Kita harus apa lagi sekarang? Kita nggak mungkin diam saja saat melihat putri kita dihancurkan sama Adrian," kata Malik.Ines menghela napas, tidak tahu harus berbuat apa."Kamu tahu sendiri kalau Hanna sangat keras kepala dan nggak akan mau mengubah keputusannya." Ines memandang ke luar pada malam yang gelap. "Apa kita ha
Perasaan Adrian campur aduk saat mendengar Hanna mengatakan itu."Hanna, kenapa kamu begini? Kembali ke Keluarga Sunandar dan tunggu aku selama setahun. Dalam waktu setahun, aku janji bakal melakukan sesuatu buat diriku sendiri biar orang tuamu merestui hubungan kita. Setelah itu, kita bisa tinggal bersama lagi."Dia tidak ingin Hanna terus menderita.Namun, Hanna menggelengkan kepalanya. "Nggak mau."Dia berdiri dan berjalan menghampiri Adrian."Kenapa kamu pikir aku menderita karena hidup begini? Aku nggak berpikir seperti itu. Aku benar-benar ingin bersamamu, aku nggak mau pergi begitu saja. Kamu mengerti?"Hanna memegang tangannya. "Kalau aku kembali sekarang, orang tuaku bakal minta aku pergi kencan buta. Setelah itu, mungkin mereka bakal maksa aku nikah. Kalau sudah begitu, apa kita masih punya kesempatan?""Lagi pula, kamu memulai semuanya dari nol. Nggak peduli apa yang kamu upayakan, kamu nggak akan bisa menyamai keluarga kami. Dalam waktu satu tahun, orang tuaku tetap nggak a
Hanna memeluk Adrian dengan erat dan menggigitnya dengan keras.Pria itu merasakan sakit dan langsung tersadar, lalu mendorong Hanna.Tiba-tiba terdorong olehnya, tubuh Hanna goyah dan dia jatuh ke arah punggung Adrian.Mata Adrian menegang saat melihat ini. Dia mengulurkan tangan untuk meraih tubuh Hanna, memeluk pinggangnya agar tidak jatuh ke lantai."Kamu nggak apa-apa?" tanya Adrian.Hanna melihat kekhawatiran di matanya dan sudut mulutnya terangkat naik, lalu dia menjawab, "Kamu benar-benar mau putus denganku? Lihat dirimu sekarang, kamu sekhawatir itu padaku."Tatapan Adrian sedikit bergetar, lalu melepaskan Hanna setelah dia bisa berdiri dengan benar."Aku cuma nggak mau kamu jatuh.""Benarkah?"Hanna melangkah ke hadapannya dan merangkul pinggang kecilnya."Kamu ngapain?" Darah di sekujur tubuh Adrian mendidih."Nggak, kok. Aku merasa kesal karena diusir sama kamu, padahal aku sudah memutuskan hubungan dengan orang tuaku dan mengorbankan banyak hal untukmu." Hanna memeluknya l
Tenggorokan Hanna sedikit sakit. Dia meremas piring makan di tangannya dan meletakkannya di atas meja."Kita sudah pacaran lama, apa kamu nggak merasa terlambat karena baru bilang kalau kita nggak cocok?" kata Hanna dengan mata merah.Adrian terdiam dan tidak mengatakan apa-apa.Hanna melanjutkan, "DI bagian mana kita nggak cocok? Bilang yang jelas. Kalau semuanya jelas, baru kita putus."Bibir tipis Adrian terkatup rapat. Setelah terdiam cukup lama, dia akhirnya menjawabnya."Kita punya pandangan yang berbeda, terutama soal nilai."Hanna mengira yang dimaksud Adrian adalah tindakan Hanna yang menghabiskan banyak uang dan memesan banyak makanan. Jadi, dia menjelaskan, "Alasanku menghabiskan banyak uang dan memesan banyak makanan karena aku nggak tahu kalau harganya mahal. Tapi, sekarang aku sudah ngerti."Dia menunjuk makanan yang dibawanya dari meja."Hari ini aku makan sama Sisil dan total tagihannya nggak sampai satu juta. Aku juga bawa pulang beberapa makanan yang nggak habis. Sela
Sisil ingin terus bekerja, tetapi Reina menyuruhnya pulang dan beristirahat.Dia sedang hamil dan akan menikah, jadi tentu saja dia perlu istirahat.Sisil merasa bosan dan pergi berbelanja dengan Hanna.Hari ini Hanna sedang libur, jadi dia meregangkan badannya dengan lelah. "Sisil, aku baru sadar kalau pekerjaan ini sangat melelahkan."Sejak mendapatkan pekerjaan, Hanna bangun jam tujuh pagi setiap hari, mulai bekerja jam delapan. Dia seharusnya sudah bisa pulang kerja jam lima sore, tetapi karena semua orang lembur, jadi dia juga harus tetap tinggal juga untuk lembur.Begitu lembur, dia pasti baru akan selesai sampai jam sembilan hingga jam sepuluh malam.Dia pulang ke rumah dan baru bisa mulai istirahat jam sebelas setelah mandi dan yang lain-lain. Dia tidak punya waktu yang cukup untuk istirahat."Bagaimana kalau begini saja, kebetulan aku mau nikah, jadi minta izin cuti. Mungkin kamu bisa bantu kerjaan Bos." Sisil menawarinya untuk menjadi asisten Reina.Hanna langsung menggelengk
Reina agak terkejut saat mendengar Joanna mengatakan ini.Ternyata seluruh biaya rumah di sini ditanggung oleh Joanna seorang diri. Ini terlalu tidak adil."Tante, aku salah, jadi tolong jangan melampiaskan kekesalan Tante padaku."Melisha tidak bodoh. Dia tahu bahwa jika dia benar-benar menuruti perkataan Joanna dan benar-benar pisah keluarga, dia pasti harus mengurus rumah sendiri. Kalau itu terjadi, banyak hal yang akan membebaninya. Bukan hanya itu saja, uangnya mungkin juga akan habis.Joanna tersenyum tanpa beban. "Melisha, lebih baik bicarakan sama ayah mertuamu. Kalau kamu nggak bilang, aku tetap akan cari waktu buat mengatakannya."Mendengar ini, Melisha hanya bisa menganggukkan kepalanya."Baiklah."Joanna menoleh ke arah Reina dan berkata, "Nana, ayo masuk.""Ya."Reina mengangguk.Keduanya masuk ke dalam rumah bersama-sama, sementara Melisha memperhatikan kepergian keduanya dengan marah sekaligus iri.Kenapa Reina memiliki ibu mertua sebaik Joanna, sementara ayah mertuanya
Keluarga Sunandar sebenarnya tidak pernah memisah-misahkan anggota keluarga mereka yang sudah memiliki keluarga sendiri. Karena istri Aarav tidak ada, jadi semua urusan di dalam rumah diserahkan kepada Joanna.Jadi, para pelayan, sopir, pengasuh dan pekerja lainnya, mereka berada di bawah kendali Joanna.Melisha langsung marah saat mendengar sopir itu mengatakan akan mengantar Tommy setelah dia selesai mengantarkan Riki dan Riko.Sudut mulutnya tertarik, dia berpura-pura marah, "Tante Joanna nggak adil sekali. Aku sama Tommy juga bagian dari keluarga ini, kenapa dia minta sopir nganter cucu menantunya dulu? Lagi pula, sopir di rumah juga nggak cuma satu."Pengemudi itu mendengar hal ini dan langsung berkata kepada Melisha."Semua sopir lain ada keperluan hari ini, jadi hanya saya yang masuk. Kalau nggak, Nyonya Joanna nggak akan meminta saya mengantar Den Riki sama Den Riko dulu, baru mengantar Nyonya sama Den Tommy."Wajah Melisha menegang lagi.Dia kesal, tetapi tidak mungkin melampi
Ekspresi di wajah Morgan berubah saat mendengar Riko mengatakan bahwa Talitha adalah putrinya.Meskipun itu adalah perubahan suasana hati yang sangat kecil, Riko tetap menyadarinya."Riko, siapa yang bilang kalau aku ayah Talitha?" tanya Morgan.Riko menjawab, "Nggak dikasih tahu pun aku tahu."Dia berbicara ceplas-ceplos.Riki yang ada di sampingnya merasakan dengan jelas bahwa ada arus gelap di meja makan.Dia menundukkan kepalanya dan melanjutkan sarapan, tidak berani menatap keduanya.Dia sedikit bingung kenapa kakaknya sengaja berusaha membuat Om Morgan marah.Morgan baru akan mengatakan sesuatu, tiba-tiba Reina dan Maxime datang.Reina agak terkejut saat melihatnya. Namun, keterkejutan itu hilang dengan cepat dan dia pun duduk, makan bersama kedua anaknya.Maxime juga duduk, tepat di seberang Morgan.Morgan memperhatikan mereka untuk waktu yang lama sebelum mengalihkan pandangannya.Sarapan berlalu dalam keheningan.Setelah makan, Reina mengantar Riki dan Riko ke mobil untuk perg