"Kenalin ... namaku Jansen!" ujar General Manager baru di kantor tempatku bekerja.
"Claudia," ujarku.
Jansen memang tampan di usianya yang kelihatan masih muda.
Mungkin seumuran denganku, tapi bisa juga beberapa tahun di atasku.
Siapapun bisa suka dengan Jansen, tapi tidak dengan diriku.
Tujuanku hanyalah kerja keras agar bisa menanjak karirku di kantor.
Pertemuan dengan Jansen juga biasa-biasa saja antara atasan dan bawahan.
Tidak ada yang istimewa yanag akan mengarah ke hubungan yang tidak pantas.
Perkenalan singkat yang setahuku juga tidak berlanjut kemana-mana.
Jadi aku heran kalau wanita kejam ini menyebutku Pelakor.
*****
DUUAARR ....
Suara guntur yang keras mirip ledakan menyadarkan Claudia dari pingsannya.
"Sudah berapa lama aku tidak sadarkan diri? Kenapa aku sulit sekali menggerakkan badanku ini?" pikir Claudia.
Claudia mencoba melihat ke arah luar.
Hari masih gelap, berarti masih dini hari.
"Beruntung aku tidak pingsan lama, dan dibantu bangun oleh suara guntur yang sangat keras ini," ujar Claudia bersyukur masih ada waktu dan kesempatan untuk pergi dari gedung kosong ini.
Hujan turun lagi dengan derasnya, tapi Claudia tidak ingin lagi menunda kepergiannya dari gedung kosong ini.
Badannya sangat lemas, tapi dipaksakannya untuk tetap bisa bergerak meslipun dia harus menggesekkan tubuhnya ke lantai bangunan ini untuk bergerak ke arah luar.
*****
"Claudia, kamu dipanggil Pak Bos!" ujar teman kantorku, Janet saat melewati meja kerjaku.
"Buat apa Pak Bos memanggilku?" tanyaku padanya.
"Aku tidak tahu! kamu tanya sendiri saja sama Pak Bos!" ujar Janet dengan nada sinis.
Janet setahuku sering berusaha mendekati Jansen, atasanku di kantor.
Tapi tidak ada tanggapan apa-apa dari Jansen, yang membuat sikapnya sangat sinis saat dia disuruh Jansen untuk memanggilku ke kantor atasanku itu.
Aku segera beranjak dari meja kerjaku menuju ruangan Pak Bos alias Jansen ini.
Sejak Jansen bergabung di perusahaan tempatku bekerja ini, baru kali ini Jansen memanggilku ke kantornya.
"Ada apa ya? Apa aku membuat kesalahan besar?" tanyaku kepada diriku sendiri.
Sambil berpikir, tanpa sadar aku sudah berada di dalam ruangan atasanku tepat di hadapannya, tapi aku tetap dalam mode berpikir. Bahkan aku lupa mengetuk pintu kantornya terlebih dahulu untuk diijinkan masuk.
"Sudah selesai mikirnya?" tanya Pak Bos yang berada tepat di hadapanku, membuatku terkejut.
"Maaf Pak!" ujarku singkat.
"Kamu tahu kenapa dipanggil kemari?" tanya Jansen, atasanku ini.
"Tidak tahu, Pak! Kalau aku melakukan kesalahan, mohon segera diberitahukan kepadaku, Pak biar bisa segera keperbaiki!" ujarku dengan tegas.
"Kamu tidak melakukan kesalahan!" ujar Jansen.
*****
"Setahuku, aku memang tidak melakukan kesalahan apapun! Atas dasar apa wanita kejam itu memanggilku Pelakor dan menuduhku telah berselingkuh dengan kekasihnya atau suaminya ini!"
Claudia berusaha merayap dengan cepat, karena sudah banyak waktu yang terbuang karena pingsannya tadi.
'Seperti kata kekasihmu ... aku tidak pernah melakukan kesalahan apapun, wanita kejam!" geram Claudia dalam hati.
Hujan masih deras dengan awan hitam yang masih menutupi langit, sehingga Claudia tidak tahu pasti apakah sudah pagi atau belum.
Lantai bawah bangunan ini lebih parah karena penuh puing-puing yang tajam dan kasar, membuat Claudia kesulitan bergerak karena puing-puing ini sangat sakit menggores tubuhnya.
Tanpa menyerah, gadis ini memaksakan diri bergerak lebih cepat yang mengakibatkan luka semakin parah di sekujur tubuhnya.
Tapi perjuangannya membawa hasil, dengan dirinya berada di area luar gedung kosong ini.
Sekeliling bangunan kosong ini ditumbuhi rumput yang cukup tinggi sehingga Claudia tidak tahu arah tujuannya hendak kemana.
'Bagaimana caranya aku menerobos padang ilalang belukar ini tanpa bisa berjalan sama sekali?"
Rasa putus asa mulai menghinggapi hati Claudia.
Sementara pagi sudah mau tiba, dia masih berada di bangunan kosong ini dengan tenaga yang sudah hampir habis.
Claudia harus menerobos hujan deras menuju tempat yang aman.
Semakin lama dia berada di dalam bangunan kosong ini, semakin rentan dia bertemu dengan wanita kejam dengan tiga pengawal mesumnya.
Claudia lalu menjatuhkan tubuhnya ke tanah berlumpur yang masih tergenang air hujan.
Air kotor berwarna kekuningan ini memercik ke wajahnya begitu dia berusaha bergerak dengan menggesekan tubuhnya ke tanah berlumpur ini menuju tempat yang lebih aman.
Berhasilkah Claudia meninggalkan bangunan kosong ini, sekaligus bebas dari wanita kejam ini?
"Aku kagum dengan hasil kerjamu! Jarang sekali yang bisa berprestasi hebat seperti dirimu, Claudia!" ujar Jansen kepadaku."Terima kasih, Pak! Tapi bapak tidak mungkin memanggilku kemari hanya untuk memuji hasil kerjaku saja kan?" tanyaku tanpa banyak basa basi dengannya."Benar sekali katamu! Kantor pusat akan mengirimkan seseorang untuk memberi semangat dan sedikit pelatihan ke cabang kantor ini yang baru buka di Manchester. Aku ingin kamu yang ke sana! Tapi jangan khawatir, aku akan menemanimu ke sana!" ujar Jansen."Kenapa tidak pilih karyawan laki-laki saja, Pak?" tanyaku.'Karyawan laki-laki tidak ada yang prestasinya sehebat dirimu, jadi kamu yang aku pilih! Kenapa? Kamu keberatan?" tanya Jansen kepadaku."Aku masih banyak kerjaan di kantor pusat ini. Aku hanya ingin menyelesaikan pekerjaanku secepat mungkin, agar bisa mengambil cuti untuk liburan panjang," ujarku."Aku akan memberikan cuti langsung kepadamu tanpa melalui prosedur kantor, apabila kamu mau menemaniku ke Manchest
Hujan turun dengan derasnya di sekitar gedung kosong ini, tapi pencarian yang dilakukan oleh tiga pengawal wanita sadis ini tidak berhenti.Mereka terus menyisir sekeliling gedung kosong untuk memastikan keberadaan Claudia."Sialan pelakor itu! Kemana dia pergi? Bikin susah saja!" seru Gilbert penuh kemarahan karena dipaksa wanita sadis itu untuk tetap melakukan pencarian di tengah hujan deras."Jangan mengeluh, Gilbert! Kalau kamu tahan sedikit saja nafsumu itu, tentu pelakor itu tidak akan lolos!" ejek Walter penuh kekesalan."Aku tidak mengeluh! Hanya saja Nona terlalu sadis, membiarkan kita kehujanan mencari pelakor itu, sementara dia diam saja di dalam mobilnya!" ujar Gilbert."Apa yang kamu lakukan, Gilbert?" tanya Albert yang penasaran."Aku tidak melakukan apa-apa!" elak Gilbert."Jangan sampai pelakor ini lolos! Dia tahu semua nama-nama kita!" ujar Albert."Bukannya kemarin kamu yang bela pelakor ini, Albert?" ejek Gilbert."Hei! Kalian! Cepat cari pelakor itu! Jangan hanya k
"Kalian sudah menemukan pelakor itu belum ? Lama banget kerjanya! Bahaya kalau sampai dia lolos!" seru wanita sadis ini dari balik kaca mobil.Wanita sadis bernama Christine ini rupanya tidak akan melepaskan Claudia begitu saja, seperti dugaan Claudia."Tidak ada tanda-tanda keberadaan gadis ini, Nona Christine!" sahut Walter."Kamu cari mati ya! Sudah berulang kali aku tekankan, jangan pernah menyebutkan namaku di depan umum seperti ini!" seru Christine penuh kemarahan."Maafin aku, Nona! Tidak akan terulang kembali!" sahut Walter dengan nada suara yang ketakutan."Cepat cari pelakor ini! Aku tidak mau tahu! Kalau kalian gagal menemukannya, akan aku hukum kalian!" ancam Christine."Baik, Nona!' seru Gilbert yang menjadi pemimpin dari tiga pengawal Christine ini."Aku tidak bisa berlama-lama lagi di sini! Cepat temukan dia sebelum aku meninggalkan gedung ini!""Kalian dengar kata Nona! Cepat cari pelakor brengsek itu!" perintah Gilbert kepada dua rekannya serta beberapa pengawal lainn
Claudia merasakan tubuhnya digotong oleh seseorang, tapi matanya tidak kuasa untuk hanya sekedar melihat siapa yang membawa tubuhnya ni."Mampuslah aku! Pasti orang-orang suruhan wanita sadis itu yang telah menemukanku! Akhirnya hidupku akan berakhir di tangan wanita kejam itu! Aku tidak terima!" jeritnya dalam hati.Tubuhnya terus dibawa menjauh dari bangunan kosong dan menjauh juga dari rumput ilalang yang banyak terdapat di sekitar bangunan kosong ini."Kenapa aku malahan menjauh dari bangunan kosong ini? Bukannya wanita sadis itu berada di dalam gedung kosong?" pikir Claudia."Gadis ini akan kita apakan?" Terdengar olehnya suara salah satu pria yang menggotongnya ini."Kita serahkan saja ke Master Wu! Biar Master yang menentukan nasib gadis ini!" ujar pria yang satu lagi."Kenapa gadis secantik ini bisa telanjang dan terluka parah di tengah rumput ilalang ya?" tanya pria yang memegang kedua tangannya, yang bernama Steven."Aku rasa gadis ini dibuang setelah disiksa dengan parah!"
Claudia yang digotong terus menerus oleh kedua orang ini mulai merasakan pusing di kepalanya.Rasa lapar dan haus yang dialaminya membuat sekujur tubuhnya lemas tidak bisa bergerak sama sekali.Gadis ini mulai bisa membuka matanya yang bengkak dan sembab, tapi dia belumbisa menggerakkan mulutnya untuk meminta pertolonga kedua orang yang dianggapnya telah menolongnya dari cengkraman wanita kejam."Hei! Lihat ... gadis ini sudah sadar!" teriak Thomas yang kebetulan melihat mata Cklaudia yang terbuka."Ayo kita turunkan di sini!" kata Steven yang menurunkan tubuh Claudia di atas rerumputan ."Kamu sudah sadar?' tanya Thomas.Claudia hanya bisa terdiam, bahkan mengangukan kepala saja dia tidak bisa.Tubuhnya seakan sudah mati rasa dan dia tidak bisa merasakan tubuhnya sama sekali."Hei ... kalau ditanya jawab! Jangan diam saja!" seru Steven penuh kemarahan.Claudia berusaha untuk hanya sekedar mengangukan kepala tapi dia benar-benar tidak bisa merasakan tubuhnya yang tampaknya sudah mati
BUUUKK! PLAAAK! Sebuah tendangan jarak dekat dan pukulan jarak jauh mengenai tubuh Steven yang hendak melakukan aksi bejatnya ini. Tubuh Steven langsung terpental jauh dengan luka dalam yang parah. Steven langsung muntah darah dengan tubuh telanjangnya yang tidak bisa bergerak. Tendangan dan pukulan ini juga menotok jalan darahnya yang membuatnya terdiam tanpa bisa bergerak sama sekali tapi dengan luka dalam yang sangat parah. "Master Wu, maafkan aku!" kata Thomas yang langsung bersujud di depan sosok kakek misterius yang berpakaian serba putih ini. BUUUK! Sebuah tendangan lagi dilakukan kakek misterius yang disebut Master Wu ini kepada Thomas tanpa ampun. Tapi tendangan ini hanya menyebabkan luka ringan pada Thomas. "Kalian tahu perbuatan kalian ini sangat hina dan keji! Bukannya menolong wanita yang sudah hampir sekarat ini, malahan kalian berusaha menodainya! Belum cukup penderitaan yang dirasakan wanita ini sehingga kalian harus menodainya lagi!" seru Master Wu dengan waj
Markas Master Wu lebih mirip bangunan yang terbengkalai juga, tapi berupa perumahan yang setengah jadi, sehingga bisa menjadi rumah persinggahan bagi anak-anak remaja yang tidak emmpunyai tempat tinggal.Tidak ada yang tahu asal usul Master Wu ini, yang tiba-tiba muncul dan menempati kompleks perumahan setengah jadi yang tidak dilanjutkan pembangunannya ini.Ada yang menduga kalau Master Wu ini bukan berasal dari jaman kini, melainkan dari jaman sewaktu dunia persilatan masih ada di negeri yang jauh dari kota London.Master Wu lebih mirip gelandangan daripada seorang master.Sebutan master diberikan oleh anak-anak remaja sekitar, karena hanya dengan seorang diri Master Wu berhasil mengusir anggota geng atau berandalan yang sering menganggu lingkungan mereka.Kemampuan ilmu bela diri Master Wu saat itu bahkan bisa membuatnya menghindari tembakan pistol dari anggota geng yang tidak senang diusir dari tempat mereka.Sejak saat itu, banyak anak-anak remaja yang mengikuti Master Wu, dengan
Kondisi Claudia perlahan-lahan mulai membaik.Master Wu benar-benar merawatnya dengan tekun sampai semua memar dan luka di seluruh tubuh Claudia perlahan-lahan mulai menghilang.Kakek misterius ini juga memberikannya baju-baju bekas yang entah didapatnya dari mana untuk dipakai Claudia."Setiap pagi kamu harus melatih energi chi yang terkandung di dalam tubuhmu agar bisa ditingkatkan untuk mempercepat pemulihan kondisimu seperti sedia kala!" perintah Master Wu."Baik, Master!" kata Claudia yang sudah bisa bangkit dari tempat tidurnya yang membuatnya tergeletak selama seminggu lebih."Nanti kalau tubuhmu sudah benar-benar pulih, baru aku ajarkan teknik pengolahan chi untuk dasar-dasar ilmu bela diri yang bisa kamu pelajari.""Terima kasih atas kebaikan hati Master Wu! Aku sangat berhutang budi!" kata Claudia sambil membungkuk memberi salam hormat."Sudah kewajibanku menolong orang yang kesusahan! Sebenarnya ada kejadiaan apa sehingga kamu mengalami siksaan yang sangat kejam ini? Kalau