Malam makin larut, meniggalkan kegelapan di bangunan kosong yang terlupakan ini.
Udara malam sangat tidak bersahabat bagi siapapun, terutama oleh wanita yang berada di bangunan kosong ini dalam keadaan telanjang, tanpa ada pakaian ataupun penutup badan yang bisa melindunginya dari dinginnya angin malam.
Tubuh wanita ini terikat pada sebuah kursi besi yang kaki kursinya dibor di lantai beton gedung kosong yang sudah terbengkalai ini.
Wanita ini tampak terkulai tidak sadarkan diri di tengah angin malam yang bertiup memasuki gedung yang dindingnya baru setengah jadi ini.
Brrr ...!
Tubuh Claudia menggigil begitu udara malam yang dingin bertiup ke arah tubuhnya yang polos tanpa pakaian sama sekali.Wanita ini langsung tersadar dari pingsannya karena derita yang tidak kuat ditanggungnya ini akibat siksaan wanita kejam yang mengunjunginya sebelumnya, juga perlakuan ketiga pengawal wanita ini yang telah menghancurkan hidupnya.
"Dasar laki-laki brengsek! Akan kubunuh mereka semua kalau aku berhasil meloloskan diri!" tegas Claudia dalam hatinya.Claudia yang semula berperangai lembut dan halus, kini telah berubah menjadi wanita yang penuh dendam dan kebencian akibat perbuataan wanita kejam beserta tiga pengawalnya, yang seakan membangkitkan iblis kegelapan yang ada di dalam dirinya.Tangannya masih mengenggam potongan kaca yang tadi digunakannya untuk menggesekkan bagian tajam kaca ke tali yang mengikatnya, tapi rasa kelelahan membuatnya tidak sadarkan diri hingga udara malam yang dingin menyadarkannya.
Brrr ...Claudia gemetar kedinginan sehingga tenaga untuk menggesekkan potongan kaca ke tali mengikatnya juga melemah."Aku harus semangat! Kalau sampai aku mati di sini sia-sia, hidupku tidak akan ada artinya! Wanita jahanam beserta tiga laki-laki bejat itu harus merasakan penderitaan yang sama, bahkan melebihi yang kualami!" tegasnya dalam hati memberi semangat dan harapan pada dirinya sendiri.Teringat balas dendamnya membuat Claudia bersemangat kembali untuk memotong tali yang mengikat tangannya ini, walaupun tangannya mulai terasa lemah dan merasakan ngilu yang tidak tertahankan.Sekarang ikatan tali menjadi sangat ketat karena kunjungan laki-laki bejat ini, yang kembali merusak kehormatannya."Aku tidak boleh menyerah! Kalau sampai wanita ini datang lagi, aku rasa nyawaku tidak akan tertolong lagi."Telapak tangan Claudia sudah berdarah dan lecet, karena potongan kaca yang tajam juga turut menggores telapak tangannya.Brrr ...Tubuh Claudia sudah tidak kuasa menahan dingin yang terus menerus menerpa tubuhnya.Wajahnya sudah pucat dan tubuhnya mulai kelihatan pucat, menunjukkan gejala hipothermia yang bisa saja membuat nyawanya melayang sebelum pagi tiba.Tubuh Claudia terasa membeku akibat dinginnya angin malam yang tidak kuat lagi ditanggung oleh tubuhnya ini.
"Paling tidak aku meninggal tidak di tangan wanita kejam itu! Siapa sebenarnya wanita itu? Kenapa wanita itu berlaku sangat kejam terhadapnya? Pasti ada yang aku lakukan yang membuat wanita ini begitu marah kepadaku sampai harus menyiksaku sampai mati. Apa aku ini memang pelakor seperti yang dikatakan oleh wanita itu?"Tangan Claudia terus bergerak ke kiri dan ke kanan berusaha terus menggerus tali yang sangat kuat dan tebal ini.Keputus asaan mulai melanda dirinya yang masih belum berhasil membebaskan tangannya dari ikatan yang kuat di kursi besi.Tenggorokannya mulai terasa kering lagi, dan terasa sakit sekali.Bibirnya mulai pecah-pecah menahan dehidrasi dan kedinginan yang melandanya.Mata Claudia mulai lelah dan hendak terpejam kembali."Tidak ...!!!"Teriakan Claudia dalam hatinya menyadarkan dirinya."Aku tidak boleh tidur! Kalau aku sampai tertidur, aku akan mati kedinginan. Wanita kejam itu pasti tertawa senang melihatku mati dalam keadaan telanjang! Sungguh sangat terhina sekali!" ujarnya dalam hati.Hujan yang mulai turun disertai petir yang menyambar-nyambar terlihat jelas oleh Claudia, yang sangat kelelahan."Aku harus tahu kesalahanku! Aku tidak boleh menyerah! Ayo ... semangat Claudia!"Claudia terus menyerukan semangat untuk dirinya sendiri.Brrr ... Brrr ... Brrr ...Rasa dingin makin menusuk tubuh dan tulangnya.Hipothermia mulai menyerangnya.Apalagi air hujan yang terbawa angin kencang masuk ke dalam gedung dan menerpa wajah dan tubuhnya.Kedinginan makin melandanya ... tapi air hujan juga mulai membasahi bibirnya yang kering, membuat matanya yang berkunang-kunag pusing mulai jelas kembali.Hanya perut kosongnya yang membuat dirinya mudah masuk angin, apalagi terus-terusan diterpa angin malam yang dingin."Sepertinya sudah pagi dini hari ... aku harus secepatnya memotong tali ini! Aku tidak tahu kapan wanita kejam itu akan mengunjungiku lagi!"Tangan Claudia bergerak makin cepat.Air hujan yang yang bisa mengisi dahaganya paling tidak telah membuat dirinya yang tengah menggigil kedinginan untuk terus bersemangat dan pantang menyerah.Akhirnya dia mulai merasakan tali pengikatnya akan putus oleh gesekan potongan kaca ini."Beberapa gesekan lagi,seharusnya tali ini sudah putus!"Claudia terus bersemangat tanpa menghiraukan rasa dingin menusuk tulang yang terus melandanya.Tali pengikat tangannya akhirnya putus juga."Horee ... aku berhasil!" teriaknya dalam hati.Claudia makin bertambah semangat untuk memotong tali pengikat kakinya juga, agar bisa lepas seluruhnya dari ikatan di kursi besi ini.Tapi, semangat Claudia tidak bisa diimbangi oleh kelelahan yang dirasakannya.Claudia langsung tidak sadarkan diri lagi saat berhasil membuka tali pengikat tangannya."Apa aku sudah mati? Syukurlah, aku sudah terbebas dari siksaan dan derita yang kualami!"Tubuh telanjang Claudia terkulai lemas kembali dengan posisi kepalanya menunduk, terduduk di atas kursi besi ini.Sebagian tubuhnya sudah membiru akibat hipothermia dan rasa dingin yang melandanya terus-terusan ini.Terpaan angin hujan membuat Claudia tersadar dari pingsannya dan mulai membuka matanya yang berat.Mata yang masih sembab dan bengkak sangat menyulitkan dirinya untuk membuka matanya."Semoga aku sudah tidak berada lagi di gedung yang terkutuk ini!" pikirnya.Harapan Claudia tinggal harapan saja.Saat matanya mulai bisa membuka kembali, ternyata dia masih berada di kursi besi dengan kaki t
"Kenalin ... namaku Jansen!" ujar General Manager baru di kantor tempatku bekerja."Claudia," ujarku.Jansen memang tampan di usianya yang kelihatan masih muda.Mungkin seumuran denganku, tapi bisa juga beberapa tahun di atasku.Siapapun bisa suka dengan Jansen, tapi tidak dengan diriku.Tujuanku hanyalah kerja keras agar bisa menanjak karirku di kantor.Pertemuan dengan Jansen juga biasa-biasa saja antara atasan dan bawahan.Tidak ada yang istimewa yanag akan mengarah ke hubungan yang tidak pantas.Perkenalan singkat yang setahuku juga tidak berlanjut kemana-mana.Jadi aku heran kalau wanita kejam ini menyebutku Pelakor.*****DUUAARR ....Suara guntur yang keras mirip ledakan menyadarkan Claudia dari pingsannya."Sudah berapa lama aku tidak sadarkan diri? Kenapa aku sulit sekali menggerakkan badanku ini?" pikir Claudia.Claudia mencoba melihat ke arah luar.Hari masih gelap, berarti masih dini hari."Beruntung aku tidak pingsan lama, dan dibantu bangun oleh suara guntur yang sangat
"Aku kagum dengan hasil kerjamu! Jarang sekali yang bisa berprestasi hebat seperti dirimu, Claudia!" ujar Jansen kepadaku."Terima kasih, Pak! Tapi bapak tidak mungkin memanggilku kemari hanya untuk memuji hasil kerjaku saja kan?" tanyaku tanpa banyak basa basi dengannya."Benar sekali katamu! Kantor pusat akan mengirimkan seseorang untuk memberi semangat dan sedikit pelatihan ke cabang kantor ini yang baru buka di Manchester. Aku ingin kamu yang ke sana! Tapi jangan khawatir, aku akan menemanimu ke sana!" ujar Jansen."Kenapa tidak pilih karyawan laki-laki saja, Pak?" tanyaku.'Karyawan laki-laki tidak ada yang prestasinya sehebat dirimu, jadi kamu yang aku pilih! Kenapa? Kamu keberatan?" tanya Jansen kepadaku."Aku masih banyak kerjaan di kantor pusat ini. Aku hanya ingin menyelesaikan pekerjaanku secepat mungkin, agar bisa mengambil cuti untuk liburan panjang," ujarku."Aku akan memberikan cuti langsung kepadamu tanpa melalui prosedur kantor, apabila kamu mau menemaniku ke Manchest
Hujan turun dengan derasnya di sekitar gedung kosong ini, tapi pencarian yang dilakukan oleh tiga pengawal wanita sadis ini tidak berhenti.Mereka terus menyisir sekeliling gedung kosong untuk memastikan keberadaan Claudia."Sialan pelakor itu! Kemana dia pergi? Bikin susah saja!" seru Gilbert penuh kemarahan karena dipaksa wanita sadis itu untuk tetap melakukan pencarian di tengah hujan deras."Jangan mengeluh, Gilbert! Kalau kamu tahan sedikit saja nafsumu itu, tentu pelakor itu tidak akan lolos!" ejek Walter penuh kekesalan."Aku tidak mengeluh! Hanya saja Nona terlalu sadis, membiarkan kita kehujanan mencari pelakor itu, sementara dia diam saja di dalam mobilnya!" ujar Gilbert."Apa yang kamu lakukan, Gilbert?" tanya Albert yang penasaran."Aku tidak melakukan apa-apa!" elak Gilbert."Jangan sampai pelakor ini lolos! Dia tahu semua nama-nama kita!" ujar Albert."Bukannya kemarin kamu yang bela pelakor ini, Albert?" ejek Gilbert."Hei! Kalian! Cepat cari pelakor itu! Jangan hanya k
"Kalian sudah menemukan pelakor itu belum ? Lama banget kerjanya! Bahaya kalau sampai dia lolos!" seru wanita sadis ini dari balik kaca mobil.Wanita sadis bernama Christine ini rupanya tidak akan melepaskan Claudia begitu saja, seperti dugaan Claudia."Tidak ada tanda-tanda keberadaan gadis ini, Nona Christine!" sahut Walter."Kamu cari mati ya! Sudah berulang kali aku tekankan, jangan pernah menyebutkan namaku di depan umum seperti ini!" seru Christine penuh kemarahan."Maafin aku, Nona! Tidak akan terulang kembali!" sahut Walter dengan nada suara yang ketakutan."Cepat cari pelakor ini! Aku tidak mau tahu! Kalau kalian gagal menemukannya, akan aku hukum kalian!" ancam Christine."Baik, Nona!' seru Gilbert yang menjadi pemimpin dari tiga pengawal Christine ini."Aku tidak bisa berlama-lama lagi di sini! Cepat temukan dia sebelum aku meninggalkan gedung ini!""Kalian dengar kata Nona! Cepat cari pelakor brengsek itu!" perintah Gilbert kepada dua rekannya serta beberapa pengawal lainn
Claudia merasakan tubuhnya digotong oleh seseorang, tapi matanya tidak kuasa untuk hanya sekedar melihat siapa yang membawa tubuhnya ni."Mampuslah aku! Pasti orang-orang suruhan wanita sadis itu yang telah menemukanku! Akhirnya hidupku akan berakhir di tangan wanita kejam itu! Aku tidak terima!" jeritnya dalam hati.Tubuhnya terus dibawa menjauh dari bangunan kosong dan menjauh juga dari rumput ilalang yang banyak terdapat di sekitar bangunan kosong ini."Kenapa aku malahan menjauh dari bangunan kosong ini? Bukannya wanita sadis itu berada di dalam gedung kosong?" pikir Claudia."Gadis ini akan kita apakan?" Terdengar olehnya suara salah satu pria yang menggotongnya ini."Kita serahkan saja ke Master Wu! Biar Master yang menentukan nasib gadis ini!" ujar pria yang satu lagi."Kenapa gadis secantik ini bisa telanjang dan terluka parah di tengah rumput ilalang ya?" tanya pria yang memegang kedua tangannya, yang bernama Steven."Aku rasa gadis ini dibuang setelah disiksa dengan parah!"
Claudia yang digotong terus menerus oleh kedua orang ini mulai merasakan pusing di kepalanya.Rasa lapar dan haus yang dialaminya membuat sekujur tubuhnya lemas tidak bisa bergerak sama sekali.Gadis ini mulai bisa membuka matanya yang bengkak dan sembab, tapi dia belumbisa menggerakkan mulutnya untuk meminta pertolonga kedua orang yang dianggapnya telah menolongnya dari cengkraman wanita kejam."Hei! Lihat ... gadis ini sudah sadar!" teriak Thomas yang kebetulan melihat mata Cklaudia yang terbuka."Ayo kita turunkan di sini!" kata Steven yang menurunkan tubuh Claudia di atas rerumputan ."Kamu sudah sadar?' tanya Thomas.Claudia hanya bisa terdiam, bahkan mengangukan kepala saja dia tidak bisa.Tubuhnya seakan sudah mati rasa dan dia tidak bisa merasakan tubuhnya sama sekali."Hei ... kalau ditanya jawab! Jangan diam saja!" seru Steven penuh kemarahan.Claudia berusaha untuk hanya sekedar mengangukan kepala tapi dia benar-benar tidak bisa merasakan tubuhnya yang tampaknya sudah mati
BUUUKK! PLAAAK! Sebuah tendangan jarak dekat dan pukulan jarak jauh mengenai tubuh Steven yang hendak melakukan aksi bejatnya ini. Tubuh Steven langsung terpental jauh dengan luka dalam yang parah. Steven langsung muntah darah dengan tubuh telanjangnya yang tidak bisa bergerak. Tendangan dan pukulan ini juga menotok jalan darahnya yang membuatnya terdiam tanpa bisa bergerak sama sekali tapi dengan luka dalam yang sangat parah. "Master Wu, maafkan aku!" kata Thomas yang langsung bersujud di depan sosok kakek misterius yang berpakaian serba putih ini. BUUUK! Sebuah tendangan lagi dilakukan kakek misterius yang disebut Master Wu ini kepada Thomas tanpa ampun. Tapi tendangan ini hanya menyebabkan luka ringan pada Thomas. "Kalian tahu perbuatan kalian ini sangat hina dan keji! Bukannya menolong wanita yang sudah hampir sekarat ini, malahan kalian berusaha menodainya! Belum cukup penderitaan yang dirasakan wanita ini sehingga kalian harus menodainya lagi!" seru Master Wu dengan waj