Share

Bab 5

Rasa penasaran Tarina masih ia pendam sampai di rumahnya. Dia pikir Irani tidak mungkin memiliki banyak uang untuk belanja sebanyak itu.

Aditya bilang kemarin dia sudah mengurangi uang belanjanya menjadi setengahnya, darimana Irani mendapatkan uang untuk membeli barang-barang mahal?

"Mas, tadi aku itu ketemu sama mantan istri kamu, dia belanja barang-barang mahal. Darimana dia punya banyak uang?"

Baru saja Aditya datang ke apartemen Tarina, perempuan itu sudah langsung bertanya mengenai Irani.

"Ya mana aku tahu lah Rin," jawab Aditya singkat.

Tarina tidak percaya ekspresi Aditya hanya seperti itu. "Harusnya kamu tahu dong mas, kan sebelumnya kamu yang kasih dia uang belanja."

"Aku cuma kasih setengahnya aja seperti saran kamu, mana aku tahu dia belanja banyak dapat uang darimana."

Aditya menanggapi semua itu dengan santai. Padahal Tarina sudah geram dan panas melihat Irani bisa belanja banyak seperti dirinya.

"Apa jangan-jangan dia curi uang kamu?"

Aditya menatap Tarina yang masih saja penasaran dengan Irani. "Tadinya aku pikir juga gitu, dia akan ambil uang aku yang sengaja aku taruh di meja, tapi uangnya masih ada kok, dia ga ambil sepeserpun," ujar Aditya.

"Terus dapat uang darimana buat shopping banyak dan hampir ngalahin harga barang-barang aku?"

"Ya pasti dari uang belanja yang aku kasih lah Rin, udah lah ga usah dipikirin, itu juga uang belanja terakhir yang aku kasih ke dia. Besok juga uangnya aku kasih ke kamu," ujar Aditya mencoba membuat Tarina melupakan soal Irani.

Tarina merasa kesal dengan Aditya, dia pikir dirinya harus menyelidiki sendiri soal Irani.

"Pokoknya, setelah bercerai dari kamu, aku ga mau dia hidup bahagia apalagi bisa shopping-shopping ria kaya gitu mas."

"Ya apa masalahnya? Kalau dia mau shopping pakai uang dia sendiri ya biarin aja lah, yang penting kan bukan uang dari aku."

"Segampang itu kamu bilang mas?" tanya Tarina tidak percaya. "Aku benci sama mantan istri kamu itu, dia udah bikin semua teman-teman aku jadi memandang aku buruk karena nikah sama kamu sedangkan kamu masih sama dia," jelasnya.

"Mau gimana lagi? Itu kenyataannya, sekarang kan dia udah pergi, dan aku udah jadi milik kamu. Ga usah lah kamu dengerin temen-temen kamu itu."

Tarina semakin sungguh emosi dengan Aditya karena terlalu cuek pada masalahnya. Perempuan itu tetap menyimpan dendam pada Irani dan berniat akan membalaskannya suatu saat nanti.

Malam hari Tarina melihat postingan di I*******m dan F******k Irani. Foto antara Aditya, Irani dan Mishka. Foto-foto itu yang juga di screenshot oleh teman-teman Tarina lalu dikirimkan padanya dengan berbagai macam pertanyaan dan kekecewaan dari teman-temannya setelah mengetahui dirinya menikah dengan laki-laki yang sudah beristri.

'Kamu udah bercerai dengan mas Aditya mba, jadi kamu hapus foto-foto ini!' suruhnya pada Irani melalui W******p miliknya.

Mendapatkan pesan seperti itu dari Tarina, Irani merasa ingin tertawa saja. Mereka lalu saling berbicara melalui pesan aplikasi itu.

Irani:

'Kenapa ya? Memangnya ada yang salah dengan foto itu?'

Tarina:

'Iyalah. Laki-laki yang ada di foto itu sudah jadi milikku. Kamu udah ga ada hak lagi buat pajang suami orang di akunmu itu.'

Irani:

'Oh selamat ya atas pencapaiannya sebagai pelakor. Hadiahnya bisa kamu ambil di akhirat nanti. Tapi maaf, foto dan kenangan itu sah menjadi milikku karena di foto itu mas Aditya masih suamiku.'

Tarina:

'Memang ga tahu malu kamu mb, sekarang mas Aditya itu sudah pilih aku daripada kamu. Jadi hapus aja foto itu.'

Irani:

'Memangnya kamu siapa nyuruh-nyuruh aku ha? Cuma gara-gara foto aja kamu kepanasan begitu, bagaimana kalau aku keluarin semua momen bahagiaku sama mas Aditya dulu? Mau apa kamu? Dapat laki-laki sisa dari orang lain aja belagu.'

Irani tidak akan menghapus foto itu sekarang. Dia ingin melihat Tarina geram padanya, setelah itu Irani pasti akan menghapusnya.

Lagipula dirinya juga tidak berniat untuk membagikan kenangan-kenangan bersama Aditya di akun media sosialnya setelah ini. Saat ini hanya untuk terakhir kalinya.

Malam hari Irani mengerjakan pekerjaannya sebagai copywriter setelah berhasil menidurkan Mishka di kamarnya.

Selama ini Irani banyak menerima klien dari luar negeri karena kemampuan berbahasa Inggrisnya sangat bagus. Pendapatan yang ia dapatkan juga tidak tanggung-tanggu karena dibayar dengan dollar atau kadang juga dengan Euro. Nilai uang itu cukup besar bila dirupiahkan.

Handphone Irani tiba-tiba berbunyi, menampilkan nama sang mantan suami. "Hallo," sapanya meskipun malas.

"Besok aku mau ketemu sama Mishka," pinta Aditya langsung.

"Setelah pulang sekolah," jawab Irani singkat.

Dia mengijinkan Aditya bertemu dengan Mishka namun setelah gadis kecil itu pulang dari sekolah.

"Ga perlu pulang sekolah, pagi-pagi kamu antar di kesini!" suruh Aditya.

Irani tentu tidak terima laki-laki itu menyuruhnya seenaknya. "Keputusanku tidak akan berubah, tidak ada yang boleh mengganggu jam belajar Mishka di sekolah termasuk kamu."

"Kamu ini apa-apaan sih? Jangan sok berkuasa atas Mishka ya. Aku ini ayahnya," ujar Aditya dengan nada tinggi.

"Aku juga ibunya," tegas Irani.

"Kemana kamu membawa Mishka? Ke rumah orang tuamu kan? Aku akan menjemput Mishka sekarang."

Irani tidak peduli, mau Aditya menjemput Mishka yang dikira ada di dirumah neneknya atau tidak, yang penting sekarang Mishka aman bersamanya.

Aditya tidak tahu kalau Irani tinggal di rumah barunya. Setahu Aditya Irani hanya berasal dari keluarga biasa jadi dia pikir Irani tidak akan pergi kemanapun selain kembali rumah orang tuanya.

"Kamu pikir aku akan tinggal di rumah orang tuaku Mas? Huh cari saja, cari aku dan Mishka di rumah orang tuaku kalau kamu pikir aku dan Mishka ada di sana," ujar Irani tidak akan memberitahukan keberadaannya dan Mishka sampai saatnya tiba.

Rumah yang Irani tempati saat ini memang baru saja ia beli beberapa bulan yang lalu saat tahu Aditya selingkuh.

Menyesali nasib karena perselingkuhan Aditya dan Tarina tidak akan ada gunanya bagi Irani. Perempuan itu memilih untuk langsung bersiap-siap untuk kehidupannya setelah ia bercerai dengan Aditya.

Irani sudah memutuskan bahwa akhir dari hubungan rumah tangga yang salah satunya melakukan pengkhianatan dalam bentuk perselingkuhan adalah perceraian. Tidak ada toleransi lagi baginya.

Pagi hari Irani berdiskusi dengan adik laki-lakinya, Abian. Mereka berdiskusi mengenai bisnis yang mereka berdua jalankan.

"Iya kakak pantau perkembangannya dari sini aja ya. Seperti biasa, kakak percaya sama kamu," ujar Irani.

Irani memang masih harus sibuk dengan urusan perceraiannya dengan Aditya.

Siang hari dia terpaksa harus bertemu dengan Aditya setelah Mishka pulang sekolah.

"Dengar, kamu ga usah perjuangin hak asuh Mishka, sudah jelas dia harus tinggal bersama aku," ujar Aditya memberitahu Irani.

Mendengar itu tentu saja Irani tidak terima. "Kamu ga bisa paksa Mishka," jawabnya.

"Siapa yang maksa Ra? Aku ini ayahnya dan aku bisa memberikan segalanya buat dia. Mishka akan hidup berkecukupan kalau dia tinggal bersamaku daripada sama kamu."

Sudah pasti Aditya mengira Irani tidak memiliki apapun dan tidak akan bisa memberikan yang terbaik untuk Mishka.

"Terserah kamu saja mas, aku akan tetap meminta hak asuh Mishka. Ibu kandungnya masih hidup, jadi Mishka tidak perlu tinggal dengan ayahnya yang tukang selingkuh apalagi serumah dengan ibu tiri," tegas Irani tidak terima.

"Selama aku masih hidup, dia lebih aman bersamaku," tambahnya lagi.

Bersambung.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status