Anya beranjak naik ranjang, di atasnya sudah ada Harshad yang terlelap dengan selimut menutup hampir seluruh tubuhnya. Dia menyeka badan Harshad, pasti tidak nyaman karena belum mengganti bajunya.
Pelayan datang membawa ultrasonik aromatherapi kesukaan Harshad, Anya yang terkejut membau aroma lavender ini, bunga kesukaannya juga.
“Mbak, tolong airnya diganti ya, udah dingin soalnya,” kata Anya pada pelayan yang ditugaskan menemani dirinya.
“Baik, nona.” Anya mengangguk, kembali menempelkan handuk kecil di kening Harshad, air hangat di handuk sedikit demi sedikit dingin.
Anya menyadari kalau tubuh Harshad menggigil, dia mencari remote AC, sepertinya dia harus mematikan AC tersebut. Kenapa dia merasa seperti menjadi ibu Harshad?
Ah, tapi ya sudahlah. Dia diberi kepercayaan ini oleh sekretaris Bryan dan kepala keamanan itu, dia harus bertanggung jawab. Anya melepaskan jas Harshad, masih ada ponsel di saku kanannya.
Dia l
Matahari menyapa mata Anya yang masih terpejam. Sekuat tenaga dia berusaha membukanya. Tak berselang lama dari bangunnya, alarm di kamar itu berbunyi. Ini hari ketiga Harshad sakit. Dia melirik bagian bawah tubuhnya karena merasa ada yang membebani perutnya. Dia selalu menemani tuan muda tersebut, sampai tidur dengan Harshad juga. Posisi Harshad tak berpindah sama sekali. Masih dengan posisi dia memeluk Anya tadi malam, hanya saja selimut yang mereka gunakan sudah menutupi tubuh Harshad sampai lehernya. “Jam lima,” gumam Anya. Dia bangkit dari berbaring setelah berusaha memindahkan tangan Harshad pelan-pelan. Anya bangun, dia menyentuh kening Harshad. Hangat, jadi panasnya sedikit menurun. Tidak masalah yang penting tidak sepanas kemarin. Dia takut kalau Harshad seperti kemarin lagi. Dia beranjak turun dari ranjang. Dia menutup kembali gorden yang terbuka meloloskan cahaya surya. Agar Harshad tidak terganggu tidurnya. Pintu kamar utama
Malam selalu punya rahasia tersendiri, dengan menampilkan keelokan sang kartika dan juga bermacam-macam bentuk bintang. Dunia bukan hanya tentang kebaikan, ada kejahatan dan kelicikan juga di dalamnya. Bryan duduk sembari membuka satu-persatu map di depannya. Berkali-kali alisnya bertaut karena menemukan sesuatu yang tidak beres dalam dokumen tersebut. Ruangan di depan Bryan kosong, dia ingat kalau Tuan Mudanya belum datang bekerja. “Selamat malam, tuan,” sapa Danu yang baru tiba. Bryan hanya mengangguk, memberi isyarat pada Danu untuk duduk di depannya. “Aku minta data perusahaan Bantara, Dan,” ucap Bryan. Danu sedikit bingung tapi tetap beranjak mengambil apa yang diminta Sekretaris Bryan tersebut. “Waaaah, ada yang nggak beres,” gumam Bryan. “Ini, tuan,” ucap Danu menyodorkan dokumen. “Coba kamu cek lagi, ada yang janggal nggak?” pinta Bryan. Dia meraih ponselnya sambil berdiri dari kursi kebesarannya. “Aku ke tuan muda dulu,” pamit Bryan.
Anya membereskan barang yang memang miliknya, dia diam-diam mengambil satu parfum yang biasanya dipakai Harshad kalau di rumah. Sepertinya untuk pakaian yang dibelikan Harshad tidak akan dia bawa keluar rumah ini.“Gue gak punya apa-apa deh keknya, cuma ini doang,” gumam Anya, tangannya meraih jaket yang dia pakai saat kabur dari orang suruhan ayahnya. Kemudian memasukkan parfum Harshad tadi ke dalam sakunya.“Ngapain pake baju itu?” tanya Harshad tiba-tiba. Anya menoleh terkejut, Harshad sudah berdiri di belakangnya dengan setelan jas kerjanya.“Astaga, kebiasaan banget dehh. Kalo jantung gue loncat dari tempatnya lu mau tanggung jawab?” tanya Anya.“Gue tanya, mau kemana lu? Jangan ngubah topik,” balas Harshad. Dia menangkap maksud Anya, mengajaknya bertempur seperti biasa agar mengalihkan perhatiannya.“Ehm, gue mau pulang, Shad. Kaga mungkinlah gue di sini terus-terusan.” Anya mendekat
Anya sudah menjalani aktivitas seperti biasa, dia membuka jendela kamarnya agar bisa menghirup udara pagi yang memenangkan. Dia selalu berhasil bangun pagi kalau di rumahnya sendiri. Karena tidak ada siapapun yang akan membangunkannya kalau kesiangan. Lima hari berlalu tanpa ada beban apapun, Anya berangkat ke restoran tempat kerjanya setelah menghabiskan sarapan. Seperti biasa, dia menguncir rambutnya agak tinggi agar tidak menghalangi penglihatannya. Perjalanan dari rumahnya menuju restoran sedikit melelahkan. Namun setelah di sana nanti semua akan terbayarkan karena melihat tamu-tamu restoran yang terus bertambah setiap harinya. “Mampus, gue bakalan telat nih, kena marah dah,” gerutunya. Dia baru naik taksi dan jalanan di depannya sudah macet tak karuan. Akhirnya Anya memilih turun dari taksi dan lari ke tempat kerjanya. Beruntung dia tidak perlu jauh larinya. Walaupun sampai di pintu belakang restoran dia harus mengambil nafas sepanjang panjangnya
Dua perempuan bernama Clara dan Ara itu sedikit panik, mereka tidak tahu apa-apa dan menurut saja pada laki-laki bernama Danu yang mengajak mereka ke ruangan ini.Awalnya mereka menolak, tapi setelah Danu meyakinkan kalau dia bukan salah satu dari anak buah sekretaris Bryan, Clara dan Ara setuju. Apalagi Danu mengatakan kalau ini hanya makan siang. Tidak lebih dan tidak kurang.Seperti itulah Danu. Dia selalu berhasil menjadi anak emas untuk Harshad dan Bryan. Tidak pernah muncul di publik membuat nama Danu tidak terekspos, tapi sebenarnya memang itu rencana Harshad menyembunyikan Danu di balik punggungnya.Bryan tidak langsung masuk, dia melihat Danu berbicara dengan dua orang itu dari luar private room. Karena tiba-tiba Bryan mengingat pesan Harshad untuk tidak masuk dulu, dua perempuan itu pasti sudah mengenal Bryan. Tapi mereka tidak mengenal Danu.“Tuan muda,” panggil Bryan saat menyadari kedatangan Harshad. Dia mengangguk pada pemilik re
Perempuan yang berada di dalam ruangan private itu saling tatap. Mereka sudah memantapkan diri untuk bercerita masalah yang sebenarnya pada Harshad. Mereka tau siapa orang yang ada di depan mereka sekarang.Iya, tuan muda Harshad Alan Akandra. Seorang presiden direktur dari perusahaan raksasa bernama Akandra grup. Sebenarnya bukan karena Clara dan Ara tidak tahu siapa orang di depannya ini. Tapi karena kekejaman seseorang memaksa mereka untuk diam. Walaupun sebenarnya mereka tersiksa.Harshad memainkan sumpit yang ada di tangannya, dia memutar-mutar sumpit itu seperti sedang bermain pen spinning. Sesekali dia menusuk daging sapi di depannya sebelum dia potong menggunakan pisau.Danu pun juga begitu, dia diam mendengarkan perempuan bernama Clara tersebut bercerita. Hanya Harshad yang makan, mereka semua masih fokus. Ara dan Clara sesekali mengusap air matanya.“Ibu saya disandera, tuan. Dia tidak bisa melakukan apapun pada ibu saya kalau saya tidak m
Harshad ikut mendorong brangkar bersama para petugas medis, Harshad masih belum menyangka kalau Anya terbaring di sini dengan luka dari Arnold. Perempuan yang berhasil membuat ubun-ubun Harshad memanas ya hanya Anya, selama ini dia lebih sering menghindari perempuan. Walaupun dalam bisnisnya dia harus banyak bertemu dengan perempuan, tapi Anya lah yang paling Harshad terima keberadaannya.Harshad menyesal karena anak buahnya tadi terjengkang saat berusaha mengambil belati tajam di tangan Arnold. Arnold juga sempat menembak anak buahnya dengan pistol yang dibawa orang-orangnya. Arnold tidak membawa banyak anak buah karena mungkin dia tidak mengira kalau yang mengundang Clara dan Ara adalah Harshad dan Bryan.Sekali lagi Harshad menggenggam erat tangan Anya sebelum mereka terpisahkan oleh pintu intensive care unit. Harshad mengusap rambut Anya dengan tangannya yang juga terkena darah. Laki-laki yang mengenakan kemeja putih tersebut tersenyum kecut.“Mohon tu
Pagi hari di AK Medical Center, Harshad yang tadi malam tidur paling akhir sekarang sedang berada di kamar mandi membersihkan diri. Anya belum dipindahkan ke ruang rawat, om dan tante Harshad sudah tiba beberapa jam yang lalu.Mereka sudah menguruskan administrasi rumah sakit sebelum bertemu dengan Harshad. Sedangkan sekretaris Bryan, dia masih terlelap di sofa kamar VVIP itu. Dia sangat letih mungkin. Harshad tak membangunkan Bryan sama sekali dari tadi malam.Selain Bryan, ada Danu. Dia menjalankan tugasnya seperti biasa. Di jam-jam ini dia selalu standby di rumah Harshad. Jadi sekarang dia sudah dalam keadaan rapi dan berdiri tegak di belakang pintu.Ckleeek.“Mana Harshad?” tanya tantenya Harshad, beliau masuk begitu saja membuat Danu yang di belakang pintu terkejut.“Maaf, nyonya. Tuan muda sedang mandi,” jawab Danu. Perempuan bernama Angel tersebut mengangguk. Di tangannya menggantung beberapa tas yang sama.&ld