Alexa sudah tiba di kantor Wear Me Clothing. Di sana, Alexa disambut oleh Sisi sebagai salah satu kru yang bertugas pada pemotretan hari ini
“Selamat sore, Mbak Alexa! Saya Sisi salah satu kru yang bertugas hari ini.” Sisi menyapa Alexa ramah.
“Halo,salam kenal, Mbak Sisi!” Alexa tersenyum ramah.
Alexa menjabat tangan Sisi, lalu Sisi memberikan pengarahan kepada Alexa. Setelah memastikan Alexa paham, Sisi mempersilahkan Alexa untuk bersiap-siap. Sementara itu, di ruangan lain Danish sedang marah-marah tidak jelas.
“Aduh, bajunya jelek banget!” Danish menatap Sisi dengan tatapan sadisnya segalak setan.
“Eh, Mas Lio! Emang begini kali. Ya udah deh, Mas Lio pilih aja pakaian yang dirasa cocok. Saya gak akan berkomentar lagi.” Sisi hanya menunduk pasrah.
“Hmmm, Ya udah, gue pilih dulu! Awas, loe jangan komentar atau gue gak mau ikut pemotretan!” Danish semakin sadis memberikan ancaman kepada Sisi.
Danish marah-marah karena pakaian yang dipilihkannya untuk pemotretan dirasa kurang cocok. Danish memainkan ponselnya untuk mengecek katalog Wear Me Clothing untuk melihat pakaian lainnya sambil meminum segelas es cappuccino favoritnya. Tidak lama kemudian, Danish kembali berteriak kepada pada Sisi.
“Sisi! Mana model ceweknya?” kata Danish dengan nada tinggi.
“Soal itu Mas Lio. Belum ada,nih!” kata Sisi dengan tampang sedih.
“Ya ampun! Makanya cari model itu yang bener! Jangan sampe cewek yang dipilih itu cewek yang engga fashionable dan fotonya cantik karena pake filter. Masa dia dateng mau photoshoot dengan santainya pake daster sama sandal jepit!” Danish sudah kesal maksimal.
“Aduh, saya kurang tau. Model ceweknya dipilih sama Mas Dudu.” Sisi berusaha membela diri.
Danish mengoceh panjang lebar layaknya Ibu-Ibu yang marah-marah karena tidak terima jika harga sembako mengalami kenaikkan di pasar. Sisi hanya berusaha tersenyum mendengar ocehan Danish, walau sebenarnya sudah sangat kesal dan ingin memukul Danish.
“Oh ya, tadi nama modelnya siapa?” Danish berusaha mengingatnya.
“Tuti, Mas, namanya Tuti! Model cewek yang pake daster sama sandal jepit itu, kan? Orangnya udah saya suruh pulang aja dan gak boleh ikut seleksi lagi. Sudah saya blokir juga nomornya!” Sisi merinding mengingat kejadian tersebut.
“Nah, iya dia Tuti,” kata Danish.
Danish tidak menghiraukan lagi Sisi dan menggelengkan kepalanya kesal. Danish sudah sengaja datang lebih awal ke lokasi ini, namun photoshoot belum dapat dimulai karena belum mendapatkan model perempuannya.
Sisi bingung dengan kelakuan Lio alias Danish Adelio sekarang. Sisi langsung berpikir cara mendapatkan model perempuan pengganti sekarang. Mata Sisi langsung tertuju kepada Alexa yang sedang bercermin.
“Mbak Alexa!” Sisi memanggil Alexa dengan sopan.
“Iya? Ada yang bisa saya bantu, Kak Sisi?” Alexa ikut bertanya sopan.
“Hari ini Mbak Alexa pemotretan sama Mas Lio, ya!” kata Sisi.
Alexa mengangguk walaupun belum mengerti arti ucapan Sisi. Alexa memutuskan untuk tidak banyak bertanya dan hanya mengekor di belakang Sisi yang membawanya ke sebuah ruangan. Alexa tambah bingung ketika melihat seorang pria yang sedang sibuk memainkan ponselnya dan di sebelahnya terdapat es cappuccino dan martabak manis. Alexa langsung menduga pria tersebut adalah sang model, namun hobi mengonsumsi makanan manis.
Alexa menatap seksama pria tersebut. Pria tersebut sepertinya layak mendapatkan nilai sempurna untuk urusan ketampanan dan kegagahan.
“Mas Lio, ini model perempuannya.” Sisi menatap Danish lalu memberikan isyarat kepada Alexa untuk memperkenalkan dirinya kepada Danish.
Danish seketika meletakkan ponselnya dan menatap Alexa. Untungnya, Danish tidak memberikan tatapan sinis seperti pemain antagonis dalam sebuah sinetron.
“Ya sudah, ayo mulai pemotretan sekarang! Gue gak punya banyak waktu!” kata Danish.
“Mas Lio udah pilih bajunya?” Sisi menatap Danish dengan ragu dan takut kalau Danish kembali marah.
“Pake yang tadi aja ,deh!” kata Danish pelan.
Sisi hanya mengangguk kemudian mempersilahkan Danish untuk bersiap-siap. Danish sama sekali tidak protes lagi sekarang. Danish memang aneh. Sisi berpikir mungkin tadi Danish marah-marah karena telah menunggu terlalu lama dan model perempuan yang bernama Tuti tidak sesuai dengan ekspektasinya. Beberapa saat kemudian, sesi pemotretan pun dimulai.
“Satu … dua … tiga …” Fotografer memberikan aba-aba kepada Danish dan Alexa.
Alexa mengambil beberapa pose dan masih canggung pada pemotretan perdananya. Danish beberapa kali menatap Alexa dan memberikan kritik tajam kalau Alexa melakukan kesalahan. Namun, Danish ternyata bisa bersikap sabar kepada Alexa hari ini.
Setelah semuanya selesai, Sisi tersenyum dan mengucapkan terima kasih kepada Danish dan Alexa. Sisi mengacungkan kedua jempolnya, kemudian pergi meninggalkan Danish dan Alexa berdua.
Alexa tersenyum karena Sisi memujinya kalau Alexa sebenarnya memiliki bakat yang perlu dikembangkan. Alexa melirik jam tangannya dan memutuskan untuk pulang, namun tiba-tiba Danish memanggilnya.
“Hai!” Danish menyapa Alexa dengan suara maskulinnya.
“Iya! Anda manggil saya?” tanya Alexa polos.
Alexa membalikkan badannya dan jantungya berdebar kencang saat melihat Danish berjalan ke arahnya. Alexa menatap Danish dari ujung rambut ke ujung kaki.
“Iya, gue manggil loe. Manggil siapa lagi coba?” Danish melipat kedua tangannya.
“Iya, ada yang bisa dibantu?” Alexa merasa canggung.
“Nama loe siapa?” tanya Danish pelan.
“Alexandra Adrienne Amora.” Alexa menjawab pertanyaan Danish sambil menunduk.
“Kenalin, gue Lio.. Empat hari yang lalu gue baru merayakan ulang tahun gue. Salam kenal!” Danish menyelesaikan kalimatnya.
Danish tersenyum dan menjabat tangan Alexa. Sekali lagi Alexa bersumpah bahwa Danish adalah pria paling tampan yang pernah ditemuinya di muka bumi ini.
“Loe pasti masih sekolah, ya? Kelihatan masih muda,” kata Danish.
“Hmm, iya. Enaknya aku manggil Kakak atau Mas?” tanya Alexa sopan.
“Panggil Kakak sebagai wujud penghormatan!” kata Danish.
“Oke, Kak Lio! Salam kenal. Maaf kalau aku belum pintar foto-foto.” Alexa menunduk malu.
“Tidak apa-apa. Makasih udah bantuin gue!” kata Danish pelan.
Alexa bermaksud berpamitan pulang pada Danish sekarang. Saat Alexa ingin membalikkan badannya, Danish menepuk pundak Alexa dan menyerahkan ponselnya kepada Alexa.
“Gue minta nomor ponsel loe,” kata Danish.
“Baik, Kak!” kata Alexa canggung.
Alexa memasukkan nomor ponselnya di Iphone milik Danish. Alexa kemudian fokus pada aroma parfum yang dikenakan pria tampan bertubuh tegap yang sedang berdiri di hadapannya. Sepertinya, aroma parfum tersebut mengingatkan Alexa pada seseorang. Setelah menuliskan nomor ponselnya, Alexa menyerahkan kembali ponsel Danish.
“Sekarang, gue missed call, ya! Simpan nomor gue!” kata Danish.
“Oke, Kak!” Alexa tersenyum sambil mengangguk sopan.
Alexa melihat ada panggilan tidak terjawab dari Danish. Alexa kembali mengangguk dan menyimpan nomor tersebut dengan nama Lio. Setelah merasa semuanya selesai untuk hari ini, Alexa memutuskan berpamitan pulang pada Danish. Namun, tiba-tiba otak Alexa kembali teringat pada pria misterius di lift dengan aroma parfum yang sama seperti Lio.
Mungkinkah Lio adalah pria misterius yang ditemuinya di lift? Alexa belum menemukan jawabannya, tetapi jantungnya kini berdebar sangat kencang.
Danish sedang duduk berhadapan dengan Lyra di sebuah restoran. Lyra adalah seorang gadis yang diduga kuat salah satu korban aksi playboy kelas lele Danish Adelio. Lyra menatap Danish dengan kesal dan tiba-tiba menamparnya.“Kamu jahat, Lio!” Lyra sudah tidak mampu menahan emosinya.“Loe bilang gue jahat? Eh, selama ini kita engga pacaran. Makanya, jangan kebanyakan halu, deh!” Danish terlihat santai.“Udah berapa cewek yang kamu deketin dan engga pernah dijadiin pacar. Dasar playboy kelas lele! Aku benci kamu, Lio!” Lyra benar-benar marah pada Danish.“Eh, gue terlalu tampan buat cewek biasa aja kayak loe! Terserah loe mau pergi atau apa, gue masih punya sejuta cewek lagi yang cinta mati sama gue,” kata Danish dengan santainya. Lyra sudah tidak mampu menahan emosinya lagi dan hendak kembali menampar pipi Danish. Danish masih nampak santai dan tidak menunjukkan sedikit pun rasa bersalahnya. Tiba-tiba, terdengar suara seorang gadis lagi bernama Kiara yang diduga kuat adalah
Alexa masih tidak mengerti dengan dirinya sendiri sekarang. Alexa selalu saja senyum-senyum sendiri saat terbayang aroma parfum yang dikenakan oleh Lio. Alexa juga menyadari bahwa Lio memiliki wajah yang sangat tampan dan layak dikategorikan sebagai pangeran. Lamunan Alexa terhenti saat Belle memanggilnya.“Ra, gimana pemotretannya kemarin?” tanya Belle.“Seru! Terus aku juga ketemu sama …” kata Alexa. Alexa belum sempat menyelesaikan kalimatnya dan memilih untuk diam sejenak. Belle menatap Alexa heran dan menyadari perubahan raut wajah Alexa.“Ketemu sama siapa, Ra?” tanya Belle penasaran.“Ah, engga-engga. Gak ketemu sama siapa-siapa,” kata Alexa. Belle masih menatap Alexa. Belle berpikir pasti Alexa sedang menyembunyikan sesuatu dan tidak ingin menceritakannya. Alexa nampak salah tingkah. Untungnya, Kayla datang membawa cireng yang dibelinya di kantin.“Nih, cireng. Kalian mau, kan?” Kayla menyimpan cirengnya di atas meja.“Mau, ya! Makasih banyak.” Alexa me
Alexa sudah tiba di kamarnya, lalu melemparkan barang-barangnya secara asal ke seluruh penjuru kamar. Jantung Alexa berdebar sangat kencang dan Alexa tidak tahu apa yang harus dilakukannya sekarang.“Omaygad, omaygad, omaygad! Aku harus gimana sekarang? Apa aku telepon aja, ya? Danish Adelio si manusia super tampan itu. Astaga!” Kedua pipi Alexa bersemu kemerahan. Alexa hendak langsung menekan nomor ponsel Danish, namun menghentikan aksinya sejenak. Danish memang yang terlebih dahulu meminta nomor ponsel Alexa, namun Danish tidak pernah menghubungi Alexa. Sepertinya, Danish meminta nomor ponsel Alexa hanya sebagai formalitas saja.“Tapi, dia gak pernah nelepon atau chat aku,” kata Alexa kecewa. Alexa menghela napasnya dan bermaksud untuk melupakan Danish. Namun, Danish tetap saja sangat tampan dan sayang untuk dilewatkan begitu saja. Ini adalah peluang paling menyenangkan dan sangat sayang sekali untuk dilewatkan begitu saja. Hitung-hitung iseng-iseng berhadiah
Alexa sudah tiba di depan Warung Pecel Lele Pak Sabar yang dipilihnya sebagai tempat untuk kencan perdananya dengan Danish. Alexa berkali-kali melirik jam tangannya dan merasa ragu akan kehadiran Danish. Alexa takut kalau Danish menganggapnya aneh dan memilih untuk tidak datang menemui Alexa. Kecemasan Alexa berubah menjadi keceriaan saat terdengar sebuah suara maskulin menyebut nama lengkapnya.“Alexandra Adrienne Amora!” Danish berdiri di belakang Alexa. Alexa membalikkan badannya dan melihat Danish berdiri tepat di belakangnya. Alexa terdiam dan mengamati penampilan Danish yang sangat istimewa, serta wajahnya yang begitu tampan lengkap dengan aroma parfum maskulin yang dikenakannya. Alexa tidak mampu berkata apa-apa kepada Danish. Danish menatapnya heran.“Alexa? Ada yang salah dari gue?” tanya Danish.“Engga! Kak Danish cuma …” kata Alexa. Sial! Rupanya Alexa kehabisan kata-katanya dan tidak kuasa melihat ketampanan paripurna Danish. Alexa ingat kalau semal
Danish terus menarik lengan Alexa hingga tiba di depan mobilnya. Alexa mengerang kesakitan karena perlakuan Danish yang kasar dan tidak berakhlak seperti itu.“Kak Danish, lepasin!” Alexa kesal bukan main.“Salah sendiri loe yang bikin gue kesel duluan,” kata Danish.“Jadi, Kak Danish marah sama aku? Oke, aku bakal minta maaf. Maafin aku, ya, Kak Danish yang paling tampan dan paling keren sedunia,” kata Alexa. Danish hanya mampu menggelengkan kepalanya dan menghela napasnya berkali-kali. Danish menatap Alexa lekat-lekat. Alexa terdiam dan benar-benar takut kalau Danish marah padanya.“Alexa, ikut gue sekarang!” Danish kembali menarik lengan Alexa untuk masuk ke dalam mobilnya.“Hah?” Alexa hanya bisa pasrah.-- Danish menyalakan mesin mobilnya dan mulai mengemudi dalam diam. Alexa yang duduk di sebelah Danish tidak hentinya menatap Danish. Alexa takut kalau Danish marah padanya, apalagi Danish langsung diam seribu bahasa seperti ini. Alexa berdeham
Alexa berjalan keluar Nice Sushi sambil tidak hentinya tersenyum seperti habis meraih nilai sempurna untuk ujian Matematika. Danish menatap Alexa heran dan bertanya kepada Alexa.“Ra, ngapain loe senyum-senyum sendiri kayak gitu? Aneh banget!” Danish menatap Alexa heran.“Engga! Aku cuma terharu ternyata aku bisa pergi kencan sama Kak Danish dan dibayarin makan,” kata Alexa.“Hah? Loe pikir yang tadi gratis? Nih!” Danish memberikan struk Nice Sushi kepada Alexa. Alexa menerimanya dan balas menatap Danish bingung. Danish melayangkan tatapan sadisnya kepada Alexa hingga membuat Alexa langsung cemberut.“Loe lihat yang tadi loe pesan! Baked dragon roll sushi sama ocha dingin. Loe hitung jumlahnya jadi berapa terus loe transfer ke gue! Enak aja loe bilang ini gratis,” kata Danish.“Hah? Jadi aku harus bayar?” Alexa tidak percaya.“Iya, karena gue bukan pacar loe! Sekarang, loe tolong beliin gue kopi sama croissant di sana! Gue males antre,” kata Danish. Danish menu
Danish menghentikan mobilnya tepat di depan rumah Alexa. Danish mempersilahkan Alexa untuk turun dari mobilnya, tetapi Alexa malah diam dan tersenyum penuh makna.“Alexa, what are you waiting for? Cepat turun!” kata Danish.“Nothing, aku cuma mau bilang terima kasih buat hari ini. Apa Kak Danish pikir ini kencan pertama kita?” Alexa terlihat percaya diri.“Hah? Kencan?” Danish bingung.“Iya, aku bercanda. Terserah Kak Danish mau anggap apa,” kata Alexa.Alexa tertawa terbahak-bahak melihat Danish kebingungan. Danish tetap saja ganteng dan menggemaskan dalam segala situasi. Alexa hendak membuka pintu mobil Danish, namun pandagannya tertuju pada sebuah benda di hadapannya. Benda tersebut tidak lain adalah parfum milik Danish yang tergeletak tidak jauh dari tas selempang Danish di atas jok mobil. Tanpa permisi, Alexa langsung mengambilnya dan tersenyum puas.“Nah, ketemu! Akhirnya, aku tahu juga parfum Kak Danish,” kata Alexa.“Eh, kembaliin! Itu parfum mahal dari Perancis,” kata Danish.
“Ra, kamu udah ngerjain PR Fisika? Pinjam, dong!” Kayla memohon kepada Alexa.“Nih, dasar kamu! Hobinya nyalin PR aja terus,” kata Alexa. Kayla hanya nyengir kuda. Alexa cemberut dan menyerahkan buku PR Fisika miliknya kepada Kayla. Untungnya, suasana hati Alexa sedang baik hari ini sehingga Alexa tidak perlu mengomeli Kayla yang tidak pernah mengerjakan PR sendiri.“Makasih Alexa cantik,” kata Kayla.“Iya, sama-sama,” kata Alexa. Alexa melirik jam dinding di kelasnya. Alexa memainkan ponselnya dan membuka Whatsapp miliknya. Alexa senyum-senyum sendiri ketika membuka percakapannya dengan Danish kemarin. Alexa ingat saat pertama kali nekat menelepon Danish hingga nekat mengajaknya kencan ke Warung Pecel Lele Pak Sabar.“Kak Danish? Kak Danish kangen gak sama aku?” Alexa menatap layar ponselnya. Alexa berharap kalau Danish tiba-tiba meneleponnya atau sekedar mengirimkan pesan Whatsapp untuk memberi Alexa semangat menghadapi hari Senin. Kencan pertaman