"Wahh. pemandangannya bagus banget, aku suka, Nat." Seru Kayla saat menginjakkan kakinya di pantai. "Bagus kan, kamu suka?" Tanya Nathan. Kayla mengangguk dan tersenyum manis. Lalu dia memeluk tubuh Kayla dari belakang,. Dengan tangan yang meraba-raba sesuatu. "Kenapa?" Tanya Kayla saat Nathan mengusap perut wanit itu berkali-kali. "Kok gak nendang-nendang sih, Kay? kemarin aku baca google kalau bayinya bakal gerak-gerak gitu!""Ah kamu ini ternyata lebih oon dari aku ya, Nat. Ya iyalah belum gerak, kandungan ku kan masih baru beberapa minggu. Dasar kamu ini ada-ada aja!" Mendengar ucapan sang istri bukanya marah. Nathan malah tertawa dengan sikapnya yang sedikit bodoh. "Woy! Kok ninggalin sih?" Pekik seseorang di belakang mereka. Nathan mendengus kesal dan melepaskan pelukan mesranya dari tubuh Kayla. "Lo minggir deh. Bareng Bang Cris apa bareng Reyhan aja sana. Jangan ngintilin gue mulu," Ujar Nathan sambil mendengus kesal. "Gue nggak ada temennya tau. Mereka sibuk sama paca
Nathan dan Kayla kini tengah duduk disofa dikamar mereka. Dan terlihat Nathan tengah berbicara serius pada Kayla. Yang ditanggapi dengan serius juga oleh wanita hamil itu."Tapi kamu jangan marah. Dan jangan tinggalin aku." Nathan terlihat ketakutan dalam ucapannya. Dia ingin tak ada lagi rahasia yang dirinya tutupi dari Kayla."Emang ada apa, Nat?" Tanya Kayla dengan wajah penasarannya. Ternyata ada begitu banyak luka dibalik sikap dingin dan sok tak acuh Nathan. Sebuah misteri yang belum Kayla ketahui."Kamu janji nggak bakalan ninggalin aku kan setelah ini? Kamu mau janji aku kan, Kay?"Kayla pun mengangguk dan membuat Nathan tersenyum meski sangat tipis.Natha beranjak dari duduknya. Dia membimbing Kayla berdiri dan menarik tangan Istrinya itu untuk keluar dari kamar mereka."Aku mau dibawa kemana, Nat?"Nathan tidak menjawab pertanyaan Kayla. Langkahnya terhenti di depan pintu ruangan sebelah kamarnya. Di ruangan yang sangat Nathan tutupi dari siapa pun.Dengan perlahan Nathan me
Dipagi hari yg cerah, cahayanya pun seakan memaksa memasuki celah gordeng kamar seorang gadis, yg kini masih setia dengan tidur lelapnya, seakan enggan untukmu mbuka matanya indahnya, dipagi yg cerah. "Ya Allah Dira. Bangun dong, Dek. lihat sudah jam berapa ini! Bukannya kamu hari ini kamu ada interview, diperusahaan impianmu, Dek? Bukannya kamu pengen banget masuk ke perusahaan itu sayang?" Devana pun membuka selimut yang menutupi tubuh putrinya itu."Ah Kak Naila. Aku masih ngantuk nih, 10 menit lagi ya. Oh ya emang ini jam berapa, Kak?" Tanya Nadira. Sambil kembali menarik selimut yang sempat terbuka dan kini ia menutup rapat kemabali tubuhnya dengan selimut. "Jam 07.30. Sayang," Jawab Naila. Sambil membuka gordeng dan jendela kamar adiknya itu. "What...!" Teriak Nadira. Dia terperanjat dari tempat tidurnya dan menatap jam dinding yang berada disudut kamarnya. "Hmm, baru sadar ya sayang! Kamu ini ya. Kakak kan sudah bilang berapa kali, belajar bangun pagi! Kalau terus malas-m
Shelly keluar dr ruangan CEO. Namun, dia menatap Nadira dengan tatapan sendu, membuat Nadira semakin bertanya-tanya."Gimana Kak, apa Kakak diterima?" Tanya Nadira. Dengan perasaan waswas namun dia sangat penasaran dengan jawaban yang akan diberikan Shelly."Tidak. Katanya aku kurang pas jadi sekertarisnya. Kau tau dia bos yang sangat dingin dan tidak berperasaan. bahkan saat interview dia asyik memgotak ngatik laptopnya saja. Tanpa melihatku. Sebnrnya aku sedih tidak bisa berkerja disini. Tapi kalau melihat bos nya seperti itu, aku bersyukur tidak diterima disini. Karena bisa-bisa aku nanti stres kelamaan sama orang kayak gitu." Ucap Shelly. Dan membuat Nadira sedikit brigidik ngeri mendngr ucapan Shelly. Belum sempat menjawab perkataan Shelly. Kini Nadira sudah dipanggil untuk memasuki ruangan. Dengan bekal semangat yang diberikan oleh Shelly. Nadira pun memberanikan diri untuk memasuki ruangan calon bosnya itu.Tok.... Tok.... Tok.... Tok....Nadira pun mengetuk pintu ruangan itu.
Keesokan paginya. Seperti biasa Naila pergi ke kamar Nadira. Dengan tugas rutinnya membangunkan adik kesayangannya itu. Yang memang sangat malas untuk bangun pagi. Namun sesampainya dikamar Nadira. Naila membulatkan matanya seakan tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Ternyata kini Nadira sudah Rapih dan terlihat sangat cantik dengan mak'up tipinya. Sehingga kelihatan cantik natural."Pagi, Kak Naila," Sapa Nadira. Sambil mengambil tas dan tersenyum pada kakaknya itu."Ini Kakak tidak sedang bermimpi kan?" Tanya Naila. Masih menatap adiknya yang kini sudah rapih dan cantik. Seakan tidak percaya dan menganggap yang dia lihat hanyalah mimpi saja."Ayo lah, Kak. Jangan kaget kayak gitu. Dira nyoba bangun pagi sendiri. Jadi mulai besok kakak gak usah repot-repot bangunin Dira lagi ya Kakakku sayang. " Nadira pun tersenyum manis pada sang kakak."Baguslah kalau gitu. Ini baru adik kesayangan Kakak, seneng deh kalau kamu mau berubah meski sedikit-sedikit gak apa-apa, Dek. Nanti tinggal
"Deva...!” Teriak Mita yang berlari mengejar Devana yang kini tengah berjalan dikoridor kampus Mereka."Apa Mita sayang," Devana menjawab sambil berhenti dan menatap sahabatnya itu sebentar, lalu memutar bola matanya dengan malas."Hufh. Cape banget tahu ngejar lo. bisa gak sih nungguin gue didepan gerbang kampus aja,” Ucap Mita sambil mengatur nafasnya yang masih tidak beraturan."Penting gitu?" Devana bertanya sambil memainkan jari kukunya yang cantik karena baru saja diberi cat kuku dengan warna yang ia suka disalon langganannya."Yah lo mah gitu Dev, sama sahabat sendiri juga, gak ada rasa solidaritasnya sama sekali." Mita dengan wajah muramnya setengah merajuk pada sahabatnya itu."Ya udah sih gak usah dibahas. Baperan banget sih jadi cewek. Mending kantin yuk," ajak Devana sambil berjalan lebih dulu, kemudian disusul oleh Mita yang berdecak kesal, karena ulah Devana. Untu
Devana dan Mita serta teman-teman yang lain pun kini tengah berada di dalam kelas. Kelas pun sangat ricuh sampai akhirnya seorang dosen perempuan datang memasuki kelas dengan anggunnya, dan saat melihat dosen datang suasa kelas pun berubah menjadi hening."Oke bagus kalian langsung mengerti saat saya masuk kelas. Oh ya sekedar info untuk kalian bahwa hari ini pembimbing kalian Pak Raka Aditya tidak masuk, karena beliau ada urusan keluarga. Jadi sebagai gantinya saya lah yang akan membimbing kalian untuk membahas soal skripsi kalian oke anak-anak,” jelas Amara seorang dosen wanita yang jatuh cinta pada Raka sejak pertama kali melihatnya namun sayangnya Raka tidak suka dan tidak mempunyai perasaan padanya juga tidak peduli dengan perhatian yang Amara selalu berikan padanya."Wah ibu pacaran ya sama pak Raka? Kok Bu Amara tahu semua tentang pak Raka sih?” tanya salah satu mahasiswa yang sengaja menggoda Dosennya itu. Dan suasana k
Rumah Keluarga Erlangga pun kini tengah ramai dengan gelak tawa dari empat sahabat yang kini sudah paruh baya itu, mereka asyik membicarakan tentang masa-masa sekolah dan kuliah mereka dulu dan juga kenakalan-kenakalan saat mereka remaja. Karena semenjak mereka menikah, mereka sudah jarang menghabiskan waktu bersama, apalagi Radit kini sering bolak balik keluar negeri karena harus mengurus perusahaan yang berada disana. Tenttu saja bersama sang istri tercinta Ratih.Dan kali ini Radit menyempatkan datang ke rumah sahabatnya itu, untuk membahas soal pernikahan Putra dengan putri mereka, sedangkan Raka dia memilih fokus pada ponselnya menanyakan soal kelas yang seharusnya di bimbing olehnya hari ini. Karena ditempat itu lah Raka menghabiskan hari-harinya untuk mengajar dan membimbing para mahasiswanya. Setelah hubungannya dengan kekasihnya kandas karena sang kekasih lebih memilih pergi dan mengejar cita-citanya menjadi seorang model terkenal, dan sejak itula