Sometimes, you never realize how the destiny will bring you to the next journey.
Alexandra yang kesal langsung mengikuti anak kecil itu dan kakaknya. Ia ingin sekali mencubit pipi merah anak itu dengan keras.
Maria, Kakak Selena, menarik lengan Alexandra dan bersembunyi di dalam sebuah gua di hutan itu. Gadis itu menaruh jari telunjuknya ke bibir. Isyarat matanya juga memerintahkan semua yang ada bersamanya untuk diam.
Derap langkah kuda itu terdengar dekat. Terdengar juga beberapa langkah para prajurit saat memindai sekitar. Lalu, suara mereka perlahan pergi menjauh.
"Ah, syukurlah… mereka pergi juga."
Gadis itu menghela napas panjang dan mengembuskan kelegaan.
"Apa kita bisa ke luar sekarang?" tanya Selena.
"Ayo!" ajak Maria.
"Hei, tunggu! Katakan kepadaku di mana aku saat ini dan kenapa kalian bersembunyi dari kejaran prajurit tadi?" tanya Alexandra.
"Kau bilang kepadaku kalau kau belum menikah, kan?" tanya Maria.
"Iya, lalu kenapa?"
Alexandra terlihat bertolak pinggang saat menanyakan hal itu.
"Di wilayah kerajaan ini, wanita yang sudah cukup umur dan belum menikah akan diambil secara paksa oleh pihak kerajaan."
"Berarti mereka diculik? Untuk apa?" tanya Alex.
"Untuk dinikahkan dengan Raja Evander."
"Wow, keren! Bukankah itu bagus jika dinikahkan dengan Raja berati kau akan menjadi ratu dan orang kaya, kan?"
"Sayangnya jika kau bisa menaklukan naga di The Dark Hill."
Maria menjelaskan dengan raut wajah yang serius.
"Apa, naga? Hahaha… kenapa lucu sekali sih penjelasan kalian dari tadi. Sudah berada di wilayah kerajaan lalu sekarang naga. Ya Tuhan… sebenarnya aku di mana ini…?
"Jadi, kalau kau bisa mengalahkan naga di Bukit itu kau akan menjadi Ratu yang akan menikah dengan Raja Evander."
"Wow, itu—"
"Akan tetapi, jika kau tak bisa menaklukan naga itu kau akan mati, hahaha…" sahut Selena memotong ucapan Alexandra.
"Maksudku itu. Mana mungkin seorang gadis dapat melawan naga, itu sama aja bunuh diri, ya kan?"
"Itulah yang terjadi, tak ada yang kembali setelah dibawa ke The Dark Hill, termasuk kakakku."
Maria menunduk dan terlihat sedih. Raut wajah Selena juga sama, ia bahkan mengusap bulir bening yang tak terasa jatuh di pipinya.
Alexandra sampai menyandarkan tubuhnya di pohon besar. Ia tak bisa mencerna dengan baik penjelasan gadis berambut cokelat di hadapannya itu. Ia terduduk lemas akhirnya di atas dedaunan kering di permukaan tanah itu.
"Di mana tempat tinggalmu, kau bukan warga penduduk kerajaan Anathema, kan?" tanya Maria.
"Come on, Kak! Tinggalkan saja dia di sini!" seru Selena menarik tangan kakaknya.
"Tunggu sebentar, Selena, aku masih ingin tau darimana dia berasal. Lihat pakaian yang ia kenakan berbeda, kan? Apa jangan-jangan dia penyihir yang datang dari bukit kegelapan?"
"Hei, kau bilang aku apa? Penyihir?"
Alex mendorong bahu kanan Maria dengan ujung telunjuknya.
"Aku, aku 'kan hanya menduga saja," ucap Maria mulai terlihat takut sementara adiknya masih terlihat kesal dari tadi.
"Asal kau tau, ya, aku datang dari kota New Bluex, bukan dari wilayah pedesaan seperti ini," ucap Alexandra.
"Kota New apa katamu?"
"New Bluex, kota metropolitan penuh dengan surga dunia, mall dan club malam bertaburan," sahut gadis itu penuh kebanggaan seraya memutar satu putaran seraya menunjukkan detail mewah dress yang ia gunakan.
Maria menoleh ke arah adiknya lalu mereka gantian tertawa bersamaan menertawai Alexandra.
"Kenapa kalian tertawa?" tanya Alexandra dengan kesal.
"Kau lucu. Setau kami yang dimaksud kota itu, daerah yang berada di dalam area istana di kerajaan Anathema," jawab Selena sambil masih menertawakan.
"Kalian bilang apa, kerajaan Ant— apa tadi?"
"Anathema."
Selena dan Maria menjawab bersamaan.
"Apa kau tahu tahun berapa ini?" tanya Alexandra.
Maria dan Selena saling menatap kebingungan.
"Huh, sepertinya aku terdampar ke masa lampau. Bagaimana ini, bagaimana aku bisa kembali ke tempat asalku?"
Alexandra berjalan mondar-mandir sambil mengeluh.
"Berarti, kau tersesat tak punya tempat tinggal?" tanya Maria.
"Sepertinya begitu, aku… aku bingung bagaimana bisa sampai sini," ucap Alexandra.
"Baiklah, kau boleh tinggal di rumahku," ucap Maria.
"Kak, kau serius? Dia orang asing untuk kita, bagaimana jika dia penyihir?"
Selena berusaha mempengaruhi keputusan kakaknya.
"Sepertinya dia orang baik. Ingat kata ayah dan ibu kita kalau kita harus saling tolong menolong, kan?"
"Tapi, kak—"
"Oke, oke, aku tak akan ikut kalian pulang, aku akan tinggal di gua ini saja."
"Kau yakin? Kalau kau tidak ditangkap prajurit kerajaan maka kau juga akan mati karena diterkam singa gunung."
"Astaga, aku tak akan jauh dari kematian jika seperti itu. Apa aku harus bunuh diri, ya? Tapi, aku takut…"
"Sudahlah, ikut kami pulang!"
Alexandra menelisik gadis di hadapannya itu. Dia terlihat sangat baik dan tulus, berbeda dengan adiknya yang ketus.
"Ummm… Baiklah aku ikut denganmu."
***
Alexandra sampai di sebuah perkampungan yang rata-rata rumah di sana berukuran kecil dan terbuat dari kayu. Ada sepuluh rumah di sana yang ia amati saat ia memasuki wilayah itu. Semua mata menatap ke arahnya.
"Maria, kurasa kau jangan kembali ke sini lagi," ucap seorang wanita paruh baya bernama Bibi Gayle.
"Apa para prajurit sampai ke sini, Bibi Gayle?" tanya Maria.
"Jordan memberitahukan tentangmu," ucap wanita itu.
"Astaga, pria itu benar-benar menyebalkan, dia bilang dia akan melindungiku," ucap Maria terlihat cemas.
"Dia akan melindungimu, kak, tetapi nyatanya kau menolak cintanya, wajar dia menghianatimu sekarang," sahut Selena.
"Tinggallah di hutan dekat tepi sungai untuk sementara ini," ucap Bibi Gayle.
"Baiklah, aku akan mengambil barang-barangku dulu," ucap Maria.
"Cepatlah, jangan sampai Jordan tau, aku takut dia akan mengadu lagi pada prajurit kerajaan."
Bibi Gayle lalu menoleh pada Alexandra yang pakaiannya kelihatan berbeda itu.
"Dia siapa?" tanya Bibi Gayle.
"Teman baruku, dia tersesat, dia juga lari dari prajurit kerajaan," jawab Maria.
"Oh, kelihatannya dia sangat berbeda."
"Baiklah, Bi, aku akan segera berkemas. Ayo bantu aku!"
Maria menarik lengan Alexandra menuju ke rumahnya.
Setelah di rumah itu, Maria menyerahkan pakaian untuk Alex agar terlihat tak berbeda dengan lainnya. Sementara itu Selena sibuk berkemas sambil menangis. Ia sangat merasa sedih saat harus pergi dari rumah kenangan masa kecilnya itu.
"Maafkan Kakak, Selena. Karena aku, kita harus bersembunyi ke hutan."
Maria mengusap rambut cokelat milik adiknya.
"Kenapa harus minta maaf, bukankah sebagai keluarga kita harus saling melindungi? Tenang saja, Kak, aku akan melindungimu."
Selena memeluk tubuh sang kakak. Alex yang sudah berganti pakaian itu sempat melihat adegan mengharukan kakak dan adik itu.
"Gadis kecil itu, ternyata baik hati juga," gumam Alex.
***
To be continue...
See you next chapter.
Under the blue sky, seeing the beautiful scenery, you already feel save and free, but the fact is not.***Di sebuah kastil nan megah yang terletak di dalam wilayah kerajaan Anathema, seorang pria sedang memandang ombak yang bergulung menampar dinding kastil miliknya. Bangunan megah itu terletak di pinggir lautan biru yang luas.Seorang pria bertubuh tinggi dan tegap memandang birunya lautan dengan mata birunya yang teduh. Rambut merah itu terlihat bersinar karena pantulan cahaya mentari pagi kala itu."Permisi Yang Mulia, boleh saya masuk?"
You never know and can't choose which person that you want to meet when destiny lead you to meet that person that you not want to meet.***"Hei, apa yang sedang kau lakukan di situ?" seru Evander.Teryata sosok yang dilihat Alexandra adalah penguasa Kerajaan Anathema. Sang raja itu sering berkunjung ke Sungai Esen sendirian tanpa pengawalan. Dia juga menyamar menjadi rakyat biasa saat menuju ke sungai itu.Tujuan ia melakukan hal itu karena ingin melihat rakyatnya lebih dekat dan mendengar keluh kesah mereka mengenai pemerintahan
Sometimes, you will never know what destiny is waiting for you. *** "Di sana, Maria ada di sana bersama adiknya!" Pria bernama Jordan yang sakit hati pada Maria itu mengadu pada prajurit kerajaan. Akhirnya dua gadis itu ditangkap dan dibawa ke sebuah kastil di dalam wilayah kerajaan Anathema. "Lepaskan adikku, cukup bawa saja aku!" seru Maria meneriaki para prajurit itu. "Bawa mereka semua, anak kecil itu nantinya akan berguna!" Seorang prajurit berseru dari atas kuda yang ia tunggangi. Derai air mata mengalir di
They will forget so many good from you but they will remember one mistake from you.*****Alexandra masih berpikir keras bagaimana luka di punggungnya bisa menghilang. Apa karena makhluk mengerikan yang semalam berusaha membunuhnya?"Alex, apa kau mau membantuku di dapur kerajaan?" tanya Ibu Rose."Hah? Kau memintaku untuk memasak?" tanya gadis itu terperanjat tak percaya."Apa kau tak bisa memasak?"
Fight your way then you will feel happy and never regret."Kau pria yang kutemui di sungai Esen, iya kan?" tanya Raja Evander.Duh, sepertinya aku akan dipenjara karena sudah menghinanya dan membicarakan kekejaman dia kala itu.Alexandra berusaha menundukkan kepala menyembunyikan wajahnya dari tatapan sang raja. Pria itu menyentuh dagu si gadis dan membuatnya mendongak."Benar kan, kau si pemuda yang di sungai dan menumpang padaku menuju pasar," ucap Evander.
Love never wrong even love come in wrong place, wrong time and wrong person. ***** "Aku menemukannya!" Seorang prajurit berseru pada yang lainnya kala melihat sosok Alexandra di dalam hutan tersebut. Gadis itu bangkit dan menghampiri si prajurit. "Kenapa kau di sini?" Prajurit itu menatap Alexandra dengan tatapan tajam. "Aku tersesat saat melihat kelinci yang ingin aku buru tadi," ucapnya berbohong. "Lekas kembali, Yang Mulia mencarimu!"
Love come unpredictable!*****Raja Evander makin tertawa terbahak-bahak dibuatnya. Baru itu Alexandra mendapati sang raja tertawa dengan sangat lepas. Wajah pria itu semakin terlihat tampan."Ah… manisnya…" ucap Alexandra.Tawa Evander terhenti menjadi tatapan sinis."Apa yang kau katakan barusan?"Pria itu menatap tajam pada gadis di hadapannya.
Every moment has a secret that you don't know and maybe that secret can bring you to the next journey.*****Di dalam sebuah gua dalam kawasan Bukit Dark Hill, seekor naga sedang tertidur di sana. Tubuh besar layaknya kadal besar atau seperti makhluk purba zaman dinosaurus itu menggeliat. Punggung naga itu terdiri dari barisan bagian tubuh layaknya perisai yang rapat. Saking rapatnya, bahkan udara pun tak bisa masuk melewati.Dengusan naga itu terdengar sampai membuat sosok kerdil di sampingnya terbangun dan tersentak dengan gerakan sang naga bernama Ares. Naga terakhir yang ada di kawasan kerajaan Anathema.