Share

Adik Ipar laknat 2

Jarum jam menunjukkan pukul sebelas malam, manik mata coklat milik Serena belum juga menampakkan tanda-tanda sayup kelelahan. Bergeliat ke kanan dan ke kiri mencari posisi tidur yang nyaman, tidak membuatnya terlelap juga. Memikirkan ucapan Tuan Antoni yang terus berputar di kepalanya membuatnya gelisah, galau, merana. Seperti mau sidang skripsi saja. Pikir Serena.

Merasa bingung dan butuh seseorang mendengarkan curahan hatinya, tangannya bergerak meraih gawai yang terletak di atas nakas, samping ranjangnya. Kemudian mencari nomor sahabat seperjuangannya sejak SMA.

["Hm, halo ada apa Paulina?"]  tanya Lela di seberang sana dengan suara serak khas tidur.

["Tumben lo tidurnya cepat banget. Biasanya jugakan lo begadang sampai pagi.] seloroh Serena dengan lembut. 

["Ya ampun Serena Paulina Geum Jan Di! Menurut kamu. Ini sudah jam tidur tau! Masih nanya aja! Ada apa? Nggak biasanya kamu nelfon malam-malam begini?"] omel Lela di ujung ponsel.

["Jadi gini. Aku bingung. Kan kamu tahu aku dari rumah keluarga Castanyo. Gara-gara aksi tonjokan ke wajah dia  yang merupakan CEO B&G menjadi viral. Saat ini, perusahaannya megalami kerugian. Bahkan, para investor dan para pemegang saham menarik semua kerja samanya. Mereka meragukan kepercayaan yang diberikan kepada CEO itu. Sampai ada yang beraanggapan jika itu adalah sifat asli  si Pria Kedondong jadi."] terang Serena panjang lembar menceritakan kegalauan dan gundah kelana yang dirasakannya saat ini. 

Lela masih diam mendengar penjelasan sahabatnya itu. Dia mendengarkannya secara sekasama. ["Habis sampai sana kamu nggak diapa-apain kan?"] tanya Lela dengan suara yang mulai khawatir.

["Tuan Antoni punya ide. Untuk menyelamatkan perusahaannya dia meminta kami berdua berakting layaknya sepasang kekasih. Katanya, seraya mendalami paraktek pra nikah sebagai calon suami istri gitu.  Makanya kami melakukan hal itu di pinggir jalan. Dia pun mengusulkan untuk melakukan konferensi pers di depan para wartawan. Sekaligus meresmikan pertunangan sebelum naik ke jenjang pernikahan,"] jelas Serena.

["Apa!" Are you serious?"] tanya Lela terkejut mendengar ucapan Serena.

["Ck!Iya gue serius. Ini yang membuat gue bingung sampai sekarang."] 

["Terus jawabanmu apa pada mereka?"] tanya Lela.

Lebih memilih bersandar pda headboard Ranjangnya Serena bangun.

["Aku belum memberikan jawaban apa pun. Aku butuh waktu untuk mengatakannya kepada orang tuaku dulu.  Dan betapa bodohnya, aku sudah berjanji dihadapan keluarga mereka, ingin turut membantu.Tapi ternyata, aku disuruh tunangan dan menikah dengan anaknya. Katanya, itu satu-satunya cara agar mengembalikan kepercayaan publik dan investor!"] tutur Serena.

["Mmm.... Dari dengar ceritamu, ini sih mirip dengan novel-novel dan drakor yang kamu biasa baca. Kisahnya gadis sederhana dinikahi seorang CEO."] ledek Lela.

["Awas yah sembarangan nuduh kamu!"] kesel Serena dengan meremas boneka beruangnya sebagai pelampiasan. 

["Kalau yang biasa aku baca, dan nonton itu kisah fiktif belaka, lah posisi aku sekarang ini kisahnya Fakta real life!"] keluh Serena. 

["Iya deh. Iya. kamu setujuin aja saran mereka. Bukankah ini kesempatan bagus. Kamu bisa menikah dengan Pria setampan Carlos Daniel Go Jun Pyo yang tajir melintir. Tidak usah mengkhawatirkan masa depanmu lagi. Apalagi bangkrut sampai turunan ke sepuluh. Kagak mungkin. Kamu tidak akan menyesal. Kapan lagi ya kan!"] tutur Lela.

Serena berdecak sebal mendengarkan dumelan konyol sahabatnya.

["kamu kalau ngomong sesuai realita yah!"] kesal Serena.

["Ya tentu dong ngapain juga coba bohong, kalau fakta sudah ada didepan mata. Saran gue nih yah, meningan kamu berdua berdiskusi baik-baik dengan si Pria Kedondong, kandidat Carlos Daniel Go Jun Pyo mu."] timpal Lela.

["Ogah kalo aku yang ngajak duluan. Yang butuh kan dia!"]

["Ya udah terserah lo, gue tutup sekarang. Ngantuk. Bye."]

Setelah sesi curhatannya berakhir, Serena menimbang-nimbang saran dari Lela. Apa ia harus mencoba berdiskusi dengan si Kedondong? Pikirannya sibuk menerka-nerka kemungkinan apa yang harus ia katakan nanti ke orang tuanya. Tidak mungkin kan, kalau ia jujur mengatakan gara-gara dirinya menganiaya seorang CEO, harus bertanggung jawab dengan menikah dengannya. Bukannya direstui, malah nanti diomelin sama si duo Raja Ratu sejagad Raya. Sibuk memikirkan semuanya perlahan kelopak matanya mulai meredup masuk ke alam mimpi.

***

Disisi lain dengan pikiran yang sama, Gifran juga belum terlelap memikirkan ucapan Papanya. Bolak balik ke kanan dan ke kiri sambil memeluk guling, belum bisa membuatnya indra penglihatannya meredup.

Merasa tenggorokannya kering, Gifran kemudian bangun meraih gelas diatas nakas ternyata isinya sudah kosong. Membuka pintu kamar, ia melangkahkan kakinya menuju dapur. Saat tiba di depan pintu kamar adiknya, telinganya justru mendengar suara laknat yang keluar dari mulut Gina dan Sony adik ipar laknatnya. Ia hanya mendengus sambil berlalu melanjutkan niatnya ke dapur.

Kejadian di dalam kamar Gina saat Gifran melewati pintu kamarnya.

Dengan suara sedikit mendesah Gina memanggil Sony. Bang.... sakit...pelan-pelan sentuhnya. Yah, lebih naik lagi dengan lembut, turun ke bawah lagi, yah ini baru enak, lembut sekali... Ahh... Bang aku mau lagi dong. Biar lebih ringan dan rileks," pinta Gina.

"Iya...nikmati saja, abang akan melakukannya lagi pelan-pelan sampai kamu puas dan nyaman baru abang berhenti," imbuh Sony yang ternyata sedang memijat kaki Gina yang membengkak karena waktu melahirkannya sisa dua bulan lagi.

Merasa sudah enakan Gina ingin minum tapi airnya habis. "Bang, aku haus, airnya habis." tunjuk Gina ke arah gelas diatas nakas

"Sudah enakan?" tanya Sony

Gina hanya mengangguk diatas tempat tidur. "Kalau gitu abang turun dulu ke dapur yah,"ujar Sony mengecup kening istrinya sebelum keluar kamar.

Sony melangkah turun ke dapur dengan memakai boxer dan bertelanjang dada. Sampai Di meja makan ia mendapati Gifran yang sedang menuangkan air ke dalam gelas.

"Belum tidur Bang?" tanya Sony yang datang menghampiri, mengambil kursi di sampingnya dan duduk seraya menuangkan air ke dalam gelas.

Gifran yang melihat Sony hanya memakai boxer, langsung berkata,

"Aku sudah mengingatkanmu agar tidak membuat Gina begadang dan kelelahan!" ketus Gifran.

Mendengar perkataan Gifran, Sony langsung tahu, pasti Kakak kandung istrinya itu, mendengar ucapan mereka di dalam kamar. Ia kemudian mengerjainya, "Justru saran dokter, usia kehamilan yang semakin tua, berolahraga malam nengokin babynya malah bagus. Dan mempercepat proses kontraksi.

Makanya Bang, cepetan aja nikahnya, biar bisa merasakan sensasi yang luar biasa melakukannya dengan istri yang hamil. Dijamin, abang makin ketagihan minta kawin tiap malam. Apa lagi katanya abang punya benih kualitas super excelent, buktikan dong dengan kualitasnya, jangan sampai karatan berabad-abad baru di praktekkan," ledek Sony tertwa cekikikan bagai mulut lambe surai.

"Dasar adik ipar laknat, bermulut lambe surai yang tidak berhenti mengoceh. Walaupun kamu nggak ngomong seperti itu, nanti akan kugunakan juga senjata samuraiku jika waktunya sudah tiba," timpal Gifran berlalu naik ke kamarnya meninggalkan Sony yang tertawa.

"Wah, istilah baru lagi bang Senjata Samurai," ledek Sony dengan suara tawa yang menggelegar seraya melangkah ke tangga, naik keatas kamar istrinya dengan membawa teko yang berisi air.

AIRENN

Kunjungi Instagram penulis @airenn_nq untuk mendapatkan info update seputar novel.

| Like

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status