Pertemuannya dengan Detroit yang datang mengunjunginya di saat dia tengah menjalani terapi untuk membantu mengatasi gejala PTSD dan depresinya yang kembali muncul setelah hampir lima tahun lamanya itu secara tidak langsung berpengaruh terhadap keadaan mentalnya dan durasi dari sesi terapi yang dia jalankan setelahnya. Berkat dukungan Detroit dan kakak perempuannya yang rutin mengunjunginya setiap beberapa hari sekali, dia bisa menjalani seluruh sesi terapi yang telah diatur oleh salah seorang psikiater yang bertugas menangani keadaannya setelah menerima hasil tes dari psikiater yang pernah menangani keadaannya lima tahun yang lalu dengan baik.Dan hari ini adalah hari terakhirnya menjalani sesi terapi bicara yang telah berlangsung selama hampir dua bulan setelah dia keluar dari pusat rehabilitasi mental. Karena itu, hal pertama yang ingin dia lakukan setelah dia menyelesaikan sesi terapinya yang terakhir adalah menghubungi Clara dan meminta kakak perempuannnya agar mene
Tidak ada yang bisa membuat Scott merasa jauh lebih gugup ketimbang menunggu apa yang akan dia lakukan dengan Clara Young besok lusa. Pacar perempuannya itu menghubunginya tepat di saat dia yang tengah sibuk mengoreksi beberapa dokumen yang baru dia terima dari Regina. Salah satu bawahannya itu telah kembali ke meja kerjanya dan malah sibuk berdebat dengan beberapa juniornya soal siapa di antara mereka yang paling imut di divisi mereka, sesuatu yang dia yakin sekali kalau itu bukanlah hal yang seharusnya mereka kerjakan selagi jam kerja. Dalam hati dia merasa bersyukur saat menerima panggilan telepon dari pacar perempuannya yang secara tidak langsung telah menyelamatkannya dari situasi yang sama sekali tidak dia inginkan."Besok lusa kamu sibuk?"Sambil melemparkan pandangan tajam ke Regina dan beberapa juniornya yang masih sibuk berdebat tadi, dia melemparkan salah satu gelas kertas yang sebelumnya dia isi dengan teh lemon itu ke arah Regina, memberikan isyarat secara
Keesokan harinya, Scott terbangun oleh suara Clara yang membangunkannya dengan nampan berisi roti tawar dan selai strawberry kesukaannya. Tidak ketinggalan dua cangkir berwarna hijau muda berisi cappuccino dengan aroma yang berhasil memancingnya untuk mengubah posisinya saat ini menjadi duduk di atas tempat tidurnya, sementara wanita yang membawakannya menu sarapan mereka hari ini duduk di samping kirinya dan meletakkan nampan tersebut ke salah satu nakas yang ada di dekat mereka. "Good morning, cutie. How was your sleep? I'm sure you slept very well, from what I see from your face." "Yes, Master. I slept well, as you said earlier. Thank you for allowing me to sleep next to you last night." jawabnya, menarik tangan kanan wanita yang ada di depannya saat ini dan mencium punggung tangannya. "How about you, Master? Did you sleep well last night?" "What a question. Of course... I could not sleep well, thanks to you." "Did I do something that makes you unable to
Detroit berdiri beberapa meter dari pintu masuk sebuah gedung yang cukup besar dan dipenuhi dengan orang-orang dan mobil-mobil yang berlalu lalang di sekitarnya. Matanya menatap ke sebuah foto yang terpasang di depan pintu masuk gedung itu sambil menghela napas. Lalu dia mengeluarkan secarik kertas dari saku jasnya dan kembali menghela napas panjang. Hari ini adalah hari di mana dia harus merelakan David Johnson, salah satu bawahannya yang juga rekan kerja Scott, untuk menikah dengan Essie Green, salah satu desainer grafis dengan Cinderella complex di kantornya.Kelihatannya tidak ada masalah, bukan? Namun siapa yang menyangka kalau dia akan menyukai David Johnson, seorang pria yang jelas-jelas straight dan berakhir dengan mendatangi pesta pernikahan pria yang dia sukai dengan orang lain? Dan sekarang, dia bahkan masih belum beranjak dari tempatnya berdiri, seakan sedang mempertimbangkan kembali keputusannya untuk datang dan memberikan ucapan selamat untuk ked
Beberapa hari berlalu setelah pesta pernikahan David Johnson dan Essie Green, kedua pegawainya yang kini resmi menjadi pasangan suami istri, diselenggarakan. Mereka tampak begitu menikmati status barunya, dan juga sambutan dari orang-orang di kantor yang memberikan ucapan selamat atas pernikahan mereka. Termasuk darinya—yang dengan berat hati dan penuh keengganan harus memberikan ucapan selamat pada mereka karena tidak ingin menimbulkan kecurigaan orang-orang di kantornya yang mungkin berpikir kalau dia merasa iri karena David berhasil mendapatkan Essie. Padahal orang yang inginkan bukanlah Essie, melainkan suami dari wanita yang kini resmi menyandang status sebagai istri sah dari pria itu."Selamat atas pernikahannya, David," ujarnya sambil tersenyum, lalu melirik pada wanita yang berdiri di samping pria itu. "Dan juga Essie, tentunya. Maaf saya tidak bisa datang ke pesta pernikahan kalian." lanjutnya, memasang wajah penuh penyesalan palsu, agar terlihat bahw
Datang ke Raymond Café. Sekarang juga. Aku yakin kamu pasti bakal suka.Detroit membaca isi chat dari Scott sambil mengernyitkan dahinya. Lalu dia mematikan layar ponselnya dan meletakkannya di atas meja kerjanya, mengabaikan pesan dari sahabatnya itu. Kedua matanya lalu kembali fokus ke depan layar komputer, menyelesaikan laporan performa perusahaan bulanan yang harus dia serahkan pada dewan direksi minggu depan. Asal dia melewatkan jam makan siang yang sudah mulai sejak lima menit yang lalu, dia yakin bisa menyelesaikannya hari ini. Dia mengabaikan suara perutnya yang protes karena rencananya hari ini dan mencoba untuk kembali fokus. Sayangnya, suara dering ponselnya dengan cepat memecah konsentrasinya. Terpaksa dia harus mengalihkan perhatiannya ke arah ponselnya yang masih berdering di atas meja dan menerima panggilan entah dari siapa."Buruan. Mumpung kafenya lagi sepi."Scott sialan, rutuknya dalam hati, memikirkan apa yang se
Hari pertamanya sebagai barista di kedai kopi yang disiapkan oleh Clara, kakak tirinya untuknya setelah dia menyelesaikan pelatihannya beberapa waktu yang lalu sepertinya berjalan cukup lancar. Maksudnya hampir tidak ada pengunjung yang datang ke kedai kopi dengan nama Raymond, yang sengaja dia pilih karena terdengar mirip dengan Almond (perhatikan suku kata belakangnya, begitu mirip bukan?).Memang sebaiknya dia tidak berharap banyak di hari pertama, bukan begitu?"Selamat datang. Ingin pesan apa?"Sambil mengelap tumpukan cangkir yang baru saja selesai dia bersihkan itu, dia kembali menghela napas panjang. Kalau saja ada pria dewasa dengan tampang dingin dan seksi yang datang ke sini, mungkin dia akan langsung memberikan nomor teleponnya sekarang juga."Café macchiato satu dan croissantnya satu."Dia segera menoleh ke arah pemilik suara tersebut, yang mengarahkan pandangannya dari buku menu
Sejak mereka menghabiskan malam bersama di ruang istirahatnya, Detroit selalu menyempatkan diri untuk datang ke kedai kopinya. Entah itu saat jam makan siang, maupun satu jam sebelum kedai kopi milik kakaknya tutup. Dia sampai hafal dengan pesanan Detroit setiap kali pria itu datang ke kedai kopinya. Secangkir macchiato dengan croissant. Tanpa sekali pun memesan menu lain. Lalu dia akan duduk di salah satu sudut ruangan kedai kopi sembari membuka layar ponselnya. Sesekali dia menangkap basah Detroit yang tengah memerhatikannya, sebelum pria itu kembali sibuk dengan ponselnya.Berkat Detroit, dia jadi selalu menantikan setiap kali pria yang menjadi cinta pertamanya itu datang ke kedai kopinya. Termasuk hari ini. Seharusnya siang ini Detroit sudah tiba di kedai kopi milik kakak tirinya itu dan memesan caffé macchiato dan croissant seperti biasanya. Apa mungkin dia akan datang nanti malam, setelah kedai kopinya tutup? Mungkin saja begitu, pikirnya sambil men