"Mommy!" pekik Abercio saat Zevanya baru saja membuka pagar rumah Dira."Jangan lari, Sayang. Nanti kamu jatuh!' cegah Zevanya, melihat Abercio sekencang itu membuat perutnya seketika mencelos. Tapi putranya itu tetap lari ke arahnya, hingga tubuh Zevanya terdorong ke belakang ketika tubuh kecil Abercio menubruk dan memeluk kakinya,"Mommy tumben pulang cepat?" tanya putranya itu sambil mendongak untuk menatap wajah Abercio.Zevanya perlahan jongkok hingga wajahnya sejajar dengan wajah Abercio. Senyum lembut penuh kasih tercurahkan pada putranya yang memiliki netra mata sama dengan Reynard. Untung saja wajah Abercio lebih mirip dengan Zevanya alih-alih Reynard.'Mommy sudah menemukan Daddymu, Sayang,' batinnya lirih. Ia tidak dapat memberitahu Abercio mengenai ayah kandungnya itu, sama seperti ia tidak bisa memberitahu Reynard kalau malam itu telah menghasilkan Abercio, meski untuk alasan yang berbeda.Zevanya menguatkan dirinya untuk tetap terlihat ceria di depan Abercio. Ia bertanya
"Aku harus bagaimana, Ra? Kalau aku harus terus bertemu dengannya setiap hari, aku tidak akan sanggup," isak Zevanya."Selama kamu tidak punya uang untuk membayar dendanya, kamu tidak akan bisa lepas darinya, Van. Ck, seandainya saja kamu bisa mengenali pria itu sejak awal, semua tidak akan terjadi."Zevanya menjauhkan sedikit badannya untuk menatap Dira, "Aku tidak sanggup menatap wajahnya saat itu, Ra. Aku tidak mau selalu terbayang wajah pria itu nantinya. Selama kami melakukan hubungan itu, mataku selalu terarah ke tempat lain, atau ke bagian tubuh Tuan Reynard yang lain, itu juga yang menjadi salah satu alasan aku mengetahui bekas luka di sisi kanan Tuan Reynard, karena saat tanganku tidak sengaja menyentuhnya, mataku langsung tertuju ke sana. Aku dapat melihatnya meski dalam kondisi remang-remang.""Kalau kamu bisa melihat bekas lukanya, berarti Tuan Reynard juga bisa melihat wajahmu.""Mungkin lebih tepatnya mematri wajahku ke dalam ingatannya, sampai akhirnya dapat menemukan
"Jadi, Zevanya masih memiliki ayah kandung? Kenapa kau baru mengetahuinya sekarang?" tanya Reynard dalam perjalanan menuju Mansion kakek Nicolai. Asisten kakek Nicolai meminta Reynard datang ke Mansionnya karena kakeknya itu sedang sakit.Meski Reynard tahu apa alasan sebenarnya kakek Nicolai memintanya datang, Masalah pertunangannya dengan Nada lah yang akan mereka bahas nantinya."Maaf, Tuan. Tapi baru kali ini saya sedikit kesulitan mengorek informasi tentang Zevanya. Sepertinya seseorang menyembunyikan informasi apapun melalui kata kunci Zevanya Hector. Bahkan sekedar foto keluarganya pun tidak ada," jawab Marco."Apa ini perbuatan Ramon? Mungkin mereka terlalu malu memiliki keluarga seperti Zevanya, bisa saja mereka mengetahui sifat buruk Zevanya.""Saya tidak yakin, Tuan. Tapi tidak menutup kemungkinan juga seperti itu. Saya akan menyelidikinya lebih dalam.""Minta beberapa anak buahmu untuk selalu mengawasi Zevanya selama dua puluh empat jam. Beritahu aku apapun yang mencurigak
"Sudah diputuskan dan Rey juga sudah setuju untuk pesta pertunangan akan di adakan akhir minggu ini! Jadi Nada, persiapkan dirimu. Kamu boleh mengundang kerabat dekatmu menginap di Mansion ini sampai acara pertunangan itu!" seru kakek Nicolai dengan berapi-api saat mereka semua tengah menikmati makan malam."Syukurlah, akhirnya apa yang kita rencanakan terwujud juga, Tuan Nic," ucap mama Lila sebelum berdiri dan mengangkat gelas minumannya, "Saya bersulang untuk Tuan Rey dan putri saya Nada!"Nada, kakek Nicolai dan Ramon seketika berdiri untuk bersulang, hanya Reynard saja yang tetap duduk di tempatnya dengan kedua mata menatap dingin satu-persatu dari mereka.Hingga saat ini, Reynard belum mengetahui apa yang menjadi alasan kuat kakek Nicolai memilih Nada sebagai calon istri Reynard. Dari segi materi mereka masih di bawah keluarga Avraam. Segi prestasi pun nyaris tidak terdengar apa kelebihan Nada dibandingkan dengan wanita lainnya.Dan terutama kakak laki-laki wanita itu, tidak bi
Makanan kontinental umumnya disajikan dalam tiga tahap, yang diawali dengan hidangan pembuka, hidangan utama, lalu hidangan penutup, dan Zevanya telah membeli semuanya, ia pun langsung menyerahkan makanan itu pada Reynard yang masih menunggunya di tempat yang sama."Hidangan pembuka macam apaan ini?" tanya Reynard saat membuka kotak berisi Canape. Hidangan bite-size yang semula berpenampilan menarik itu, kini terlihat tak berbentuk lagi."Maaf, Tuan. Sebelumnya bentuknya tidak seperti itu. Mungkin banyak guncangan saat saya naik ojek online tadi," jawab Zevanya. Ia harus naik ojek online supaya makanan itu lebih cepat sampai ke tangan Reynard."Kau saja yang makan!" Pria itu menyerahkan semua makanannya ke Zevanya dengan raut wajah kecewa.Bisa-bisanya dia kecewa setelah Zevanya harus menahan angin malam demi bisa membawakan makanan enak untuknya! Belum lagi ia menunggu lama makanan itu untuk sampai ke tangannya."Tapi, saya sudah makan, Tuan.""Terserah kau mau memakannya atau tidak,
"Kalau anda mau sedikit saja menurunkan standar makanan anda dan mencobanya, anda pasti tidak akan melupakan rasanya, Tuan.""Bagaimana bisa menikmati rasanya, kalau melakukannya dengan terpaksa?"Reynard tidak peduli Zevanya mau menyadari sindiran pedasnya itu atau tidak. Yang terpenting, ia telah menyiratkan kebenciannya secara tidak langsung pada wanita itu.Tapi, bagaimana Zevanya mau menyadari sindiran Reynard, kalau Zevanya bahkan tidak mengingatnya? Dan Reynard menjadi semakin dongkol padanya. Sia-sia ia membuang banyak kata untuk wanita yang terlihat setengah melamun itu, sebelum akhirnya bergumam lirih,"Kita tidak mengetahui apa yang mendorong seseorang hingga bersedia melakukan sesuatu di luar keinginannya. Atau seperti ucapan anda barusan, melakukan sesuatu dengan terpaksa. Tapi terkadang seseorang tidak memiliki pilihan untuk menolaknya."Apa Zevanya sudah mengingatnya?Kedua tangan Reynard menekan bahu Zevanya saat mengarahkan wanita itu menghadapnya, "Apa maksud ucapa
Pagi itu seperti biasanya, Zevanya memesan kopi kesukaan Reynard di coffe shop lebih dulu sebelum naik ke lantai atas. Ia menenteng kopi itu sambil menggerutu kesal,"Mood booster yang aneh, seaneh orangnya!"Karena terlalu fokus menatap dongkol kopi di tangannya, Zevanya tidak melihat seseorang yang baru saja masuk ke dalam coffe shop itu hingga tubrukkan pun tak terhindarkan lagi,"Ma ... Maafkan saya!" ucap Zevanya, meski begitu matanya tetap tertuju pada kopi Reynard yang untungnya tidak tumpah dan membasahi pakaian pria itu."Kamu meminta maaf pada kopi?" tanya oria itu yang langsung mendapatkan perhatian Zevanya. Saat itulah pria itu mengenalinya,"Vanya? Kenapa kamu di sini?"Kening Zevanya mengkerut dalam saat mencoba mengenali pria tampan di depannya itu. Kerutan di keningnya seketika menghilang berganti dengan wajah cerianya saat ia sudah mengingatnya,"Stefan?""Ya, aku Stefan. Bukannya seharusnya kamu berada di London? Atau sekarang sedang libur kuliah?""London? Apa maksu
"Jadi alasan Zevanya datang terlambat karena Stefan menahannya di Coffee Shop?" tanya Reynard dongkol. Pasalnya wanita itu sudah terlambat selama tiga puluh menit. "Benar, Tuan." "Bagaimana mereka bisa saling kenal? Ah ya sudah pasti mereka saling mengenal, secara keluarga Stefan dengan keluarga Hector dulunya berteman dekat. Bagus, dengan demikian saya jadi bisa menilai kesetiakawanan Stefan pada saya. Mari kita lihat, mereka akan tetap saling kenal saat di depan saya, atau berpura-pura tidak kenal!" Tepat saat itu terdengar ketukan di pintu, Reynard merapikan jasnya sebelum kembeli menatap monitornya selama Marco membukanya, ia tahu pasti Stefan atau Zevanya yang mengetuk pintu itu. Tapi ternyata, mereka masuk bersamaan. Dengan secangkir kopi di tangannya, Zevanya melangkah cepat ke meja Reynard, "Maaf, Tuan. Saya sedikit terlambat," ucap wanita itu, dan Reynard mengacuhkannya, pria itu malah mendorong cangkir kopinya menjauh. "Panasnya tidak sesuai ya? Kalau begitu biar saya g