Share

Satu

Jam kosong.

Satu kata singkat namun disukai para pelajar. Siapa sih yang gak suka jam kosong? Seluruh pelajar, pasti menyukainya. Mungkin para siswa selalu mengharapkan jam kosong.

Seperti kelas 11 IPS 3 yang hari ini sedang ada jam kosong karena tahun ajaran baru. Mungkin guru-guru sedang mengurus para siswa-siswi baru kelas 10.

Kelas 11 IPS 3 adalah kelas yang terkenal dengan murid yang bar-bar.

Seperti saat ini. Berbagai ada aktivitas mereka lakukan.

Ada siswa yang sedang bermain game di bangku pojok paling belakang.

Ada yang sedang tidur di atas meja yang disambung-sambungkan menjadi satu menjadi tempat tidur.

Ada yang sedang konser memukul-mukul meja.

Para cewek-cewek sedang berselfi ria saling menunjukan gaya andalannya.

Ada yang berkelompok untuk menggosip.

Ada juga yang sedang keluar kelas makan di kantin.

Seperti saat ini. Ke-empat cowok yang terkenal bar-barnya sedang berjalan menuju kantin sambil salah satu dari mereka asik berceloteh.

"Melihatnya jantungku berdetak, apakah ini pertanda cinta?" Ucap Kenzo melihat seorang perempuan yang melewati mereka.

"Itu tandanya lo hidup. Dari lahir sudah berdetak, goblok!" Sahut Arya disampingnya.

Kenzo adalah cowok playboy yang mantannya ada dimana-mana. Berbeda dengan Arya, dia adalah cowok yang suka ngelawak membuat orang tertawa dengan tingkah lucunya.

"Anjir!" Seru Ardan membuat mereka kaget.

"Ada apaan?" Tanya Arya kepo.

Ardan adalah cowok yang hobinya mencari-cari informasi.

Cowok itu menunjukan foto di ponselnya pada Arya.

"Cantiknya," ucap Arya melihat foto gadis cantik di postingan I*******m cewek itu.

"Liat!" Kenzo merebut ponsel milik Ardan.

"Wah, fiks punya gua!" Seru Kenzo  girang.

"Apaan sih? Main klaim aja. Iya sih lo nya mau, tapi belum tentu ceweknya mau sama muka titisan buaya cap badak kayak lo!" Ucap Arya.

"Gue duluan," seru Alvin berjalan santai mendahului mereka. Dengan kedua tangannya dimasukan kedalam saku celana.

Alvino Gibran Pratama namanya. Sosok lelaki dingin dan memiliki sifat cuek. Boro-boro pacaran, berdekatan dengan perempuan saja dia tidak pernah, kecuali ibunya. Tapi dia masih normal! Hanya saja menurutnya terlalu membuang-buang waktu untuk urusan percintaan.

Bruk!

Seorang gadis tidak sengaja menabrak Alvin. Tumpukan buku yang dibawa gadis itu jatuh berserakan.

"Aduh!" Seru gadis itu mengusap-usap kepalanya yang terbentur dada bidang Alvin.

Gadis itu menundukan kepalanya takut ," maaf kak, gue gak sengaja."

"Kalo ngomong sama orang liat orangnya! Jangan nunduk." Ucap Alvin dingin.

Gadis itu mengangkat kepalanya lalu menatap Alvin," maaf kak, tadi gue kesusahan bawa buku sebanyak ini."

Mata Alvin terpaku menatap wajah gadis cantik itu, pipi chubby nya serta bulu mata uang lentik menambah kesan imut gadis itu.

Gadis itu berjongkok mengumpulkan buku-buku yang terjatuh di tanah.

Alvin tersadar, lalu ikut membantu gadis itu. Ada apa dengan dirinya? Biasanya dia cuek dan bodo mata. Mengapa seolah dia tergerak ingin membantu.

Kenzo dan kedua temannya menghampiri.

"Lah? Ini?"  Kenzo melihat Gadis itu lalu melihat foto yang ada di ponsel Ardan.

"Lo bidadari gue!" Seru Kenzo.

Gadis itu terlihat bingung lalu berdiri dengan tumpukan buku yang ada di tangannya.

"Maksudnya kak?" 

"Ini lo kan?" Tanya Kenzo memperlihatkan foto itu.

"Ngapain kakak kepoin I*******m gue?!" Ucap gadis itu.

Alvin berdiri, lalu merebut ponsel Ardan yang dipegang Kenzo.

"Dia pacar gue. Awas kalo lo ganggu apalagi mau deketin dia. Gua pastiin hari ini terakhir kali lo bernafas," ucap Alvin melihat foto itu lalu melempar ponsel Ardan sembarangan.

"Ponsel gua anjir!" Ardan berteriak.

Kenzo menelan ludahnya kasar lalu tersenyum kikuk kearah Alvin," selow kawan."

"Apaan si lo kak? Kita baru aja ketemu. Gue kenal lo aja enggak, pakai segala ngaku pacar gua lagi!" Protes gadis itu.

"Lo pacar gua mulai detik ini." Ucap Alvin.

"Gue gak mau!" Tolak gadis itu.

"Gue gak terima penolakan Alina," jawab Alvin melihat name tag gadis itu.

Alina putri cantika, gadis cantik yang baru saja resmi menjadi kelas 10 tahun ini. Tadi dia disuruh wali kelasnya mengambil buku paket di perpustakaan dan berakhir seperti ini.

"Bodo amat!" Ucap Alin berjalan meninggalkan mereka.

"Buku lo masih ada di gue." Sahut Alvin.

"Gampang nanti gue tinggal ambil lagi di perpustakaan." Acuh Alin.

"Buku di perpustakaan udah pas buat siswa angkatan sekarang. Lagian lo tadi tandatangan kan ambil buku ini? Ya, buku hilang lo harus bayar denda." Jelas Alvin membuat Alin berhenti berjalan.

"Balikin!" Gadis itu berusaha mengambil buku yang ada di genggaman Alvin. Namun Alvin dengan cepat mengangkat buku itu tinggi-tinggi.

Alin kewalahan pasalnya tingginya hanya sebatas dada cowok itu.

"Kak balikin!" Ucap Alin.

"Gak!" 

"Kak balikin gak?" 

"Engak sayang!" Seru Alvian lembut.

Ketiga temannya menganga tak percaya. Sampai matanya pun tidak berkedip. Itu Alvian kan?

"Ya udah, biarin gua nanti bayar denda!" Alin menyerah.

"Gue balikin tapi gua antar lo ke kelas gimana?" Tanya Alvin.

"Terserah!" Ucap Alin bete lalu berjalan mendahului Alvin yang juga pergi mengikui Alin.

"Coba tampar gua!" Gumam Arya.

Plak! 

"Goblok! Jangan pakai tenaga dalem juga."  Ucap Arya meringis saat Kenzo menamparnya keras.

"Lah tadi lo suruh tampar. Ya gua tampar, apa kurang keras? Perlu gua tampar pakai sepatu gua?" Tanya kenzo.

"Ponsel gua yang malang," Ardan mengambil ponselnya yang tinggal serpihan.

"Gara-gara lo kenzo! Gak mau tau intinya gantiin!" Seru Ardan.

 "Gatau gua gak ikutan, pengen makan cilok," Arya berjalan menuju kantin meninggalkan Kenzo dan Ardan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status