Di dalam ruangan yang hanya di terangi lilin kecil. Sang penculik menyeringai lebar pada Cerry, matanya penuh kilatan yang menakutkan. Dimatanya Cerry nampak seperti kelinci yang siap dimakan.
Cerry bisa merasakan tatapan panas si penculik meskipun dirinya tidak bisa melihat secara jelas wajahnya. Ia percaya pada instingnya yang mengatakan jika penculik ini adalah orang memiliki tujuan yang rumit. Sekarang Cerry hanya harus bertahan untuk tetap hidup sambil mencari cara agar bisa melarikan diri darinya.
"Kau siap mendengar aturannya? " tanya si penculik.
Cerry agak ragu namun ia segera menjawab karena perutnya sudah bergemuruh keras karena lapar.
"Apa aturannya? "
Sebenarnya ia merasa jika pernah mendengar bariton ini, tapi betapapun kerasnya ia mengingat kenalan yang ia miliki Cerry tidak merasa memiliki kenalan seorang pria berotot kekar dan tinggi. Terutama kenalan yang memiliki pekerjaan tidak biasa, rata-rata mereka hanya pekerja kantor, guru atau karyawan biasa.
"Aku memberimu makan lalu kau juga harus memberiku sesuatu sebagai imbalan, " Scott mengatakan aturannya.
Cerry kebingungan dengan aturan si penculik. Bagaimana dia bisa memberinya sesuatu sedangkan dia dalam kondisi terikat dan setengah telanjang.
"Apa kau lupa jika sekarang aku sedang kau cilik? mana mungkin aku memiliki sesuatu yang bisa kuberikan pada mu. "
"Fu fu fu Aku tidak lupa, tapi aku tidak butuh barang atau harta mu, " jawab Scott.
Cerry terdiam, ia masih berusaha menangkap maksud dari sang penculik.
"Baiklah, aku memberimu contoh, " ujar Scott.
Cerry masih terdiam tak bergerak menunggu permainan konyol yang akan dilakukan penculik.Tangan Scott mengambil sendok lalu menyendok makanan. Walau minim cahaya ia mampu mengambil makanan dan menyuapi Cerry.
Cerry membuka mulutnya dan mulai mengunyah. Rasanya sangat lezat, ini seperti masakan di restoran mewah.
Setelah menelan makanan di mulutnya, ia merasakan tangan besar menyentuh dadanya dan memberikan sedikit remasan. Mata Cerry membesar karena terkejut. Belum sempat ia protes dan memaki penculik, sebuah sendok berisi makanan berada di depan mulutnya.
"Sekarang kau tau aturan permainanku?"
"..." Cerry merasa dilema antara memakan makanan di depan mulutnya atau menolak dengan resiko ia kelaparan. Ternyata pria ini menginginkan untuk menjamah tubuhnya setelah memberinya makan.
'Baiklah, bukan waktunya untuk bersikap sok suci. Aku tidak boleh mati kelaparan. '
"Bolehkah aku yang menentukan imbalan dari makananmu ini? " tanya Cerry.
"Ya. Selama itu membuatku senang."
Cerry membuka mulutnya dan segera memakan makanan yang berada di depannya. Setelah selesai, Cerry memajukan wajah untuk menangkap bibir si penculik. Dia tidak ingin membiarkan sang penculik menjamah tubuhnya. Bagi Cerry tubuhnya masih tetap haknya dan tidak seorangpun boleh menjamahnya. Tidak seorangpun, Titik.
Scott terpana dengan tindakan Cerry namun ia cepat memulihkan diri. Lidahnya kini ikut bermain agar mengimbangi ciuman Cerry.
'Hanya ciuman, tidak terlalu buruk. ' Cerry berusaha meyakinkan diri sendiri. Ia berusaha menahan diri untuk tidak membayangkan tampang wajah penculik agar tidak muntah karena jijik.
"Baiklah, aku menerima imbalan yang kau berikan. Tetapi aku yakin jika hari kedepannya imbalanku akan bertambah. "
"Kita lihat nanti, " ucap Cerry. Dia tidak bisa memperlihatkan kelemahannya saat ini pada penculik. Itu bisa saja menimbulkan jiwa predatornya yang sudah tenang.
"Bisa aku mendapatkan makananku sekarang? "
"Tentu saja. "
Semua berlanjut dengan pola yang sama, Cerry menerima makanan dan kemudian menentukan imbalan dalam bentuk apa yang diterima oleh Scott. Setidaknya itu tidak melebihi batas wajar. Hal itu terus berlanjut seolah tanpa ada paksaan dari salah satu pihak.
Mereka terus memainkan permainan take and give. Cerry berpikir setidaknya pria ini tidak melakukan hal keji dengan menyiksanya. Terus terang ia takut disiksa oleh penculik seperti film yang ia tonton. Dia pasti tidak sanggup bertahan jika sebuah pisau mengiris kulitnya tipis-tipis. Membuatnya menjadi mayat menjijikkan yang mereka sebut karya seni.
Anggap saja paranoid, tapi di dunia yang dipenuhi oleh manusia yang sudah menggila hal itu tidak lagi asing didengar. Terutama di negeri kapitalis ini.
Usai dengan permainan yang memakan waktu kira-kira setengah jam, sebuah pertanyaan langsung keluar dari bibir Cerry.
"Siapa kau, kenapa aku yang kau culik? "
Pertanyaan umum yang seharusnya diucapkan oleh korban kejahatan akhirnya terucap. Ingin sekali Cerry mengetahui alasan penculikan ini. Dan diantara jutaan manusia diluar sana, mengapa ia memilihnya.
Pria itu tidak menjawab, ia hanya berdiri dari ranjang dan meninggalkan Cerry sendirian. Sebelum menutup pintu jeruji ia menyalahkan lampu ruangan.
"Tunggu... kau belum menjawab pertanyaanku!" teriak Cerry. "Kau tidak boleh melakukan ini padaku! "
Cerry menjerit karena ingin meluapkan perasaan marah yang selama ini terpendam. Dia merasa tidak berhak diperlakukan seperti ini. Apa kesalahannya hingga jatuh ke dalam sebuah drama penculikan yang keji seperti ini.
"Kembalilah, lepaskan aku dari sini! "
Tak terasa air matanya mengalir. Meratapi penculikan yang terkutuk ini. Seharusnya ia sekarang bekerja di perusahaan Anderson dengan bos yang pendiam. Sudah lama sekali ia ingin mendapatkan bos yang tidak berpotensi melecehkan dirinya. Semuanya sempurna jika saja penculik kurang ajar itu tidak menculiknya.
"Tolong lepaskan aku dari sini hik hik... "
Malam itu, Cerry menghabiskan waktu dengan menangis. Hanya suara isak tangisnya yang terdengar mengiringi malam yang semakin larut. Dia tidak lagi mampu bertahan untuk tetap tegar. Sikap tenangnya runtuh malam ini. Ia menjerit, berteriak dan memaki. Entah berapa lama ia menangis, yang pasti dirinya tanpa sadar telah tertidur.
Di balik ruangan tempat penyekapan Cerry, Scott menatap datar ke arah monitor yang menampilkan wanita yang terlelap. Meskipun rambut pirang yang sedikit berwarna merah jambu berantakan dan tersebar di ranjang, hal itu masih terlihat indah. Rambutnya bagai sebuah bingkai dari lukisan indah. Tentu saja Cerry adalah lukisan indahnya.
"Kau yakin tetap mengurungnya seperti ini? " John melirik ke arah monitor. Dalam hati ia merasa tidak tega karena memperlakukan makhluk secantik itu secara kejam.
"Jika aku tidak melakukannya maka dia tidak akan terinfeksi sindrom stockholm, hanya itu cara agar dia tetap patuh padaku, " jawab Scott.
"Tapi aku yakin, meskipun kau tidak menggunakan metode itu. Wanita itu akan tergila-gila padamu."
"Semuanya akan berubah, begitu pula sifat seseorang. Tidak akan ada yang tau kedepannya seperti apa. Aku hanya mengantisipasi dan mencegah pengkhianatan. "
"Huh lakukan sesukamu. "
John meninggalkan Scott yang terpaku di layar sendirian. Dia tidak ingin menemani Scott beserta ribuan metode gila untuk mencuci otak Cerry. Pengkhianatan memang sesuatu yang mengerikan, korban dari pengkhianatan akan sulit untuk mempercayai lagi. Dan itu terjadi pada Scott. Dia adalah bentuk nyata dari pengkhianatan keluarganya.
Scott mengabaikan John yang meninggalkan dirinya. Baginya pemandangan Cerry di monitor lebih menarik dari pada kritikan menyebalkan dari temannya itu.
"Kau harus menderita terlebih dahulu, Sayang. "
Disisi lain, John menggelengkan kepalanya melihat kekerasa kepalaan Scott. Dia padahal seratus persen yakin jika Cerry rela menyembah Scott demi cintanya. Bukannya dia memandang rendah Cerry tetapi setiap orang yang berpikir logis pasti akan berpikiran sama dengan dirinya. Scott memiliki ketampanan yang luar biasa. Mata hitamnya seperti pusaran magnet yang menghanyutkan hati setiap wanita. Sahabatnya itu juga memiliki postur tubuh proporsional dengan otot kekar yang menghiasinya. Dan semua itu dilengkapi dengan kekayaan berlimpah dari keluarga Anderson.
Seandainya saja Scott bisa berpikir jernih dia pasti bisa menangkap poin menguntungkan dirinya.
"Ku harap kau sukses dengan metode menyebalkan yang kau terapkan Scott, atau aku seharusnya berdoa agar gadis itu tidak gila karena ulahmu. Bagaimanapun dia hanya seorang gadis. "
tbc
Tidak seorangpun di dunia ini ingin dikhianati, terutama oleh keluarga. Begitu pula Scott. Scott dahulu adalah anak polos yang hanya menginginkan kasih sayang. Ia dengan mudah mempercayai orang lain dan melakukan sesuatu agar orang lain bahagia. Doktrin harus berbuat baik terhadap orang lain sudah melekat dari kecil berkat bimbingan para guru.Kehidupan yang indah bagi anak polos yang hanya tau hitam dan putih. Kehidupan mereka sederhana dan keinginan mereka juga murni. Tidak ada anak kecil yang mengira ada pikiran jahat pada orang yang terlihat tampan atau cantik. Terutama jika mereka adalah kerabatnya sendiri.Scott Anderson, seorang pewaris yang baru diperkenalkan oleh sang kakek kepada keluarga besar Anderson. Keberadaannya disembunyikan karena menjadi incaran makhluk serakah akan posisi dan harta kekayaan keluarga Anderson. Terutama oleh keluarganya yang menginginkan warisan Anderson.Kala itu telah terjadi serangan pada tengah malam di keluarga Anderson. Semu
Cerry Pov.Terbangun dari mimpi. Hatiku bergetar ketika mendapatkan jika si penculik ku ternyata tuan Scott, bosku sendiri. Orang terakhir yang aku curigai mengingat watak dingin dan posisinya. Rasanya aku tidak bisa mempercayai penglihatanku dan berharap jika mataku sedang menipuku.Tapi tidak, pria yang berada di depanku benar-benar tuan Scott Anderson sang CEO dari Anderson Corp. Bagaimana mungkin? dia adalah salah satu tokoh penggerak ekonomi di negara ini, posisinya bagai dewa di olimpus yang tak sembarangan orang bisa menemuinya. Ribuan wanita rela membuka pahanya lebar-lebar hanya dengan satu isyarat. Tapi kenapa ia menculik dan menperkosaku!Mataku memburam karena genangan air mata, rasanya aku telah dikhianati oleh semua pemikiran positif yang aku miliki. Bagaimana tidak, dia adalah simbol pria yang aku puja karena tidak tergoda pada tubuhku. Dia juga adalah bos yang aku idam-idamkan selama ini karena tidak membuatku khawatir terhadap pelecehan seksual
Sebuah senyum terlukis di bibir Cerry, ia bangun dengan sebuah perasaan baru yang belum pernah ia rasakan. Semua pemikiran negatif selama masa penculikan telah telah menghilang tak berbekas. Dia merasa ringan, pasrah dan yang penting dia masih hidup.Membayangkan kembali peristiwa semalam, Cerry menghirup udara dan menghembuskannya.Ia merasa lega.Bebas.Bergairah dan penuh harapan baru.Cerry yakin jika Scott tidak akan menyingkirkannya. Meskipun dia nantinya akan bosan padanya, Cerry berpikir Scott hanya membiarkan dirinya pergi. Tapi masa itu masih lama, selama Cerry masih berkulit kencang dan cantik dia pasti menemukan cara agar lolos dari tangannya jika tidak berhasil menjerat hati Scott. Itulah sedikit pikiran lurus yang tersisa dari Cerry. Dia tidak menyadari jika senyumnya yang biasanya indah dan mampu menghanyutkan siapa pun menjadi tak memiliki makna, itu terlihat menawan tapi kosong.Sinar matanya yang berkilau seperti bintang tidak la
Cerry Pov.Layaknya boneka aku diam tak bergeming di atas ranjang yang sempat aku kagumi keindahannya. Membiarkan Scott mendandani diriku sesuai yang ia inginkan. Sekaligus membiarkan mata ku mengagumi gerakan sosok maskulin Scott saat menuangkan segala ide yang ada di otaknya padaku. Aku bersumpah jika aura sensual Scott seperti Incubus, begitu seksi, memikat dan mematikan.Menata diri untuk tersenyum semanis mungkin sehingga menunjukkan pada Scott bahwa dalam diam aku menyetujui segala yang ia lakukan. Menyetujui pilihan pakaian yang ia kenakan padaku, make up yang ia torehkan pada wajahku, juga parfum yang ia semprotkan pada tubuh dan rambut pirang sedikit pink yang aku miliki.Tak sedikitpun aku menolak, seolah otakku tersistem untuk menyetujui tindakan Scott. Memberikan signal positif agar Scott terus melanjutkan aksinya. Untuk menimbulkan gambaran yang bisa aku simpan untuk aku kagumi sendiri."Sudah selesai, hn... aku tau kau cocok mengenakan apapun ta
Cerry tersenyum melihat reaksi Scott. Pria yang berusaha mengobrol diri memang makhluk konyol yang perlu dikasihani.Cerry tersenyum geli saat membayangkan Scott menenangkan dirinya di kamar mandi. Berusaha menepis bayangan erotis yang biasa menyala-nyala pada otak pria dalam mode on.Mungkin saja ia sekarang sedang melakukannya sendiri untuk menuntaskan hasratnya. Yang mana saja tetap saja membuat Cerry merasa geli jika membayangkannya.Cerry yang sudah dalam kondisi bugar turun dari ranjang. Mengunjungi kamar mandi merupakan prioritas utama sebelum menjelajahi isi mansion ini. Dia bersemangat seolah dirinya adalah kepompong yang menjadi kupu-kupu. Dia ingin membentangkan sayang untuk menjelajahi mansion dengan status wanita Scott."Aku wanita Scott, wanita Scott, wanita Scott. ''Cerry merasa ada yang tidak benar dengan kalimat tadi. Ia berusaha menemukan apa yang salah dari kalimat *wanita Scott.* Tapi ia tidak bisa menemukan apa salah.T
Cerry Pov.Dia mendekat, sebentar lagi Scott akan membuka pintunya. Nafasku memburu karena tegang, tanganku yang memegang vas bunga juga bergetar. Seribu alasan mencoba membatalkan rencanaku untuk memukul Scott yang datang beberapa detik lagi. Hebatnya ribuan alasan yang muncul dibenakku kalah oleh argumen yang aku rasa berasal dari ego, harga diri serta keinginan manusiawi untuk menjadi pribadi yang bebas.TapCekrek.Dug!Prank!"Ah! "Sialan aku gagal. Seolah mampu membaca pikiranku ia menepis dengan mudah seranganku. Memutar tubuhku lalu mengunci kedua tanganku agar aku tidak bertambah brutal menyerangnya."Lepaskan aku Scott! " Teriakku jengkel. Tapi hanya dengusan yang keluar dari bibirnya. Scott menekan diriku ke dinding lalu mendekatkan bibirnya ke telinga ku."Baiklah aku akan melepaskanmu sayang. "DegSemudah itu?Dia tidak menahan dengan mengancam atau merayuku agar tetap tinggal disisinya. Tapi kena
"Ngh... "Cerry merintih saat tersadar dari pingsannya. Mata hijaunya terbuka perlahan, lalu Cerry berusaha menegakkan punggungnya untuk bersandar pada pohon."Aku masih belum keluar dari hutan ini, tsk menyebalkan. "Cerry melihat kesekelilingnya. Dia berharap menemukan sesuatu untuk bisa dimakan. Perutnya sudah sangat menggerutu dan kerongkongan... eh?Cerry merasa ada yang aneh. Seharusnya ia merasa sangat haus karena berjalan lama di hutan ini."Kenapa aku tidak haus sama sekali? "DegMata hijau Cerry membola saat matanya menatap obyek di depannya."Tidak mungkin, aku yakin jika sudah melangkah jauh meninggalkan billahi Scott. Tapi kenapa aku sekarang berada di depan villa miliknya! " Cerry menggerutu jengkel. Dengan begini maka percuma ia menahan lelah dan lapar. Mendesah frustrasi Qi qi berjalan tertatih menuju villa Scott.Tidak, dia tidak berniat untuk dikurung kembali ke dalam sangkar emas ini. Dia menuju villa Scott untuk
Cerry sesaat merasa pikiran kelam terus menguasai dirinya. Menyusup tanpa ampun ke pikiran, dan terus membisikkan sesuatu yang mengerikan. Menimbulkan sifat posesif yang mendominasi, menguat karena dipicu oleh rasa cemburu yang bereaksi untuk meleburkan akal sehatnya sebagai seorang manusia. Beruntung ia kembali ke sifatnya yang asli setelah melihat cermin.Wajah mengerikan yang datar dan dingin di pantulan cermin menyadarkan Cerry dari pemikiran jahat, menyentak dirinya kembali ke dalam kesadaran yang berusaha ia pertahankan."Ya ampun, apa yang ku pikirkan. Ini tidak boleh terjadi. "Tangan Cerry mengusap wajahnya. Ia segera membasuh wajah cantik itu dengan air. Berusaha membuatnya segar, setidaknya agar pikiran mengerikan itu tidak mampir lagi."Kau tidak boleh kalah, Cerry. Kau tidak boleh menjadi monster tanpa jiwa. ""Ini tidak boleh terjadi, aku butuh mandi."Langkah pertama Cerry untuk menghapus jejak penculikan yang dia alami adalah beren