“Mas Raga mau kemana? Ini sudah malam loh.”Sekitar 1 jam yang lalu Raga dan Kania baru saja sampai di Jakarta. Mereka sampai pukul 7 malam, dan sekarang setelah waktu menunjukkan hampir jam 8 malam Kania melihat suaminya sudah berpakaian rapi dan terlihat ingin pergi. Melihat hal itu Kania pun langsung bertanya kemana suaminya itu akan pergi malam-malam begini.“Aku ada urusan diluar sebentar, nanti tidur duluan saja tidak usah menungguku.”“Urusan apa? Mas mau menemui Kezia kan?” Tanya Kania dengan tatapan penuh kecurigaan.Bukannya ingin memfitnah suaminya atau menuduh tanpa alasan, tadi saat Raga sedang berada dikamar mandi, Kania sempat melihat ada cukup banyak panggilan dan pesan yang masuk dari Kezia tepat saat ponsel suaminya itu sedang di charger. Kania yakin sekarang suaminya pasti ingin menemui Kezia dengan dalih ada urusan diluar.“Kita baru sampai, mas Raga juga pasti capek nyetir seharian. Sebaiknya besok saja temuin Kezia nya, sekarang mas Raga istirahat karena besok ju
Tidak terasa waktu berjalan begitu cepat. Sudah 1 bulan berlalu sejak Raga dan Kania pulang dari kampung halaman rumah orang tua Kania. Semenjak itu sikap Raga jadi berubah semakin dingin pada Kania. Bukan hanya Kania, Kezia pun juga mendapat perlakuan dingin dari pria itu.Bukan tanpa alasan kenapa Raga tiba-tiba bersikap seperti itu terlebih pada Kezia yang selama ini pria itu bahkan tidak pernah cuek padanya.Alasan yang membuat Raga berubah menjadi dingin adalah karena beberapa alasan, salah satunya adalah karena pusing memikirkan kehamilan Kezia dan ancaman papanya tempo hari. Ancaman jika dirinya ketahuan bertemu dengan Kezia sekali lagi saja maka papanya akan benar-benar mencoret namanya dari ahli waris kekayaannya.Ditengah aktifitasnya mengerjakan pekerjaan kantor, Raga dikejutkan dengan ponselnya yang tiba-tiba berdering. Terlihat nama Kezia yang saat ini sedang menghubunginya.Bingung, mungkin kata itulah yang bisa mendeskripsikan apa yang saat ini Raga rasakan. Pria itu bi
“Mas Raga? Mas ada yang mau aku kasih tahu ke kamu. Aku sedang..,”“Darimana saja kamu? Enak habis keluyuran bersama pria lain sampai baru pulang jam segini?”Kania yang baru saja pulang dari rumah sakit dan hendak memberitahu kabar kehamilannya pada suaminya itu seketika langsung terdiam tat kala mendapat bentakan. Wanita itu cukup terkejut saat Raga menuduhnya pergi bersama pria.“Tadi Naren bilang kamu pulang lebih awal karena pusing, tapi kenapa saat aku pulang kamu tidak ada dirumah? Dan sekarang dengan santai kamu pulang jam segini? Pergi sama siapa kamu? Naren?”“Mas, aku..,”“RAGA!!” Belum sempat Kania melanjutkan ucapannya guna menjelaskan kemana ia pergi tadi, suara teriakan tuan Salim memanggil nama Raga terdengar sangat keras, bahkan suaranya itu cukup terdengar keras sampai dikamar Raga dan Kania yang berada dilantai 2.Tanpa pikir panjang Raga pun segera turun kebawah untuk menemui papanya dengan diikuti oleh Kania dibelakangnya. Begitu sampai bawah, betapa terkejutnya
“Mas Raga.”Raga yang baru saja menyesap kopi miliknya langsung menoleh begitu mendengar seseorang memanggil namanya. Pria tersenyum tat kala seseorang yang sejak tadi ia tunggu akhirnya datang juga.“Kania, duduklah.”Yup Kania. Saat ini wanita itu sedang berada disebuah cafe guna menemui sang suami yang beberapa saat lalu menghubunginya kemudian mengajaknya bertemu.Terhitung sudah 1 minggu lamanya Raga diusir dari rumahnya. Selama 1 minggu itu juga Raga tidak diperbolehkan datang ke kantor oleh papanya. Raga benar-benar terancam dikeluarkan namanya dari ahli waris keluarganya. Karena tidak ingin hal itu sampai terjadi, akhirnya Raga memutuskan untuk meminta bantuan Kania membujuk papanya agar mau memaafkannya.“Kania, kamu apa kabar?” Tanya Raga basa-basi.Mendengar suaminya menanyakan kabarnya tentu membuat Kania tersenyum kecut. Oh bukankah jarang sekali bahkan hampir tidak pernah suaminya itu menanyakan kabarnya? Lalu lihatlah sekarang, tiba-tiba pria itu menanyakan kabarnya. Ap
“Ma, bagaimana keadaan papa? Kenapa papa bisa masuk rumah sakit?”Dengan ekspresi penuh kekhawatiran Raga yang baru saja sampai di rumah sakit langsung menghampiri mamanya untuk menanyakan kondisi papanya. “Nggah tahu, papamu masih diperiksa didalam. Tadi papamu tiba-tiba saja merintih kesakitan terus pingsan.”Tidak lama setelahnya dokter yang menangani tuan Salim keluar dari ruangan periksa. Melihat hal itu nyonya Anggun pun segera menanyakan kondisi suaminya.“Bisa ikut saya sebentar? Ada beberapa hal yang harus saya sampaikan pada anda mengenai kondisi suami anda. Mari ikut saya,” ucap sang dokter sebelum kemudian melangkahkan kakinya keruangannya dengan diikuti oleh nyonya Anggun.Kini hanya ada Raga, Kania dan Naren yang berada didepan kamar inap tempat dimana tuan Salim dirawat. Raga yang baru saja menyadari keberadaan istrinya dan Naren langsung menatap curiga kearah mereka.“Naren, ngapain kamu disini?”“Maaf pak, tadi saya mengantar bu Kania kesini.”“Memangnya Kania tidak
Tidak terasa sudah 1 minggu tuan Salim dirawat dirumah sakit. Selama 1 minggu itu hanya Kania yang sering bolak-balik rumah sakit untuk menjaga papa mertuanya sedangkan Raga lebih sibuk bekerja, hanya sesekali saja pria itu menjenguk papanya. Sedangkan nyonya Anggun bahkan terakhir kali wanita paruh baya itu kerumah sakit adalah saat hari pertama tuan Salim dibawa kerumah sakit, setelah itu tidak pernah lagi kerumah sakit sama sekali.Alasan kenapa sudah 1 minggu tuan Salim dirumah sakit dan tidak kunjung dibawa pulang adalah karena pria paruh baya itu juga mengidap sakit jantung yang harus mendapatkan perawatan intensif. “Kamu mau kemana? Bukankah ini hari minggu dan kantor libur?”Pagi-pagi Kania sudah rapi dan bersiap ingin pergi. Seperti biasa, pagi ini wanita itu ingin pergi kerumah sakit untuk menjenguk papa mertuanya.“Mau kerumah sakit, mas. Semalam suster bilang papa nggak mau makan. Aku masakin bubur kesukaan papa siapa tahu papa mau makan.” Jawab Kania.Selama 1 minggu ini
“Kezia, ngapain kamu disini?”Kania yang baru saja masuk kedalam ruangan kerja suaminya dibuat terkejut saat melihat keberadaan Kezia didalam ruangan itu. Apa yang Kezia lakukan disana? Bukankah wanita itu sudah dipindahkan ke gedung kantor yang lain? Pikir Kania.Sambil menyunggingkan senyumnya Kezia yang tadinya duduk santai di kursi kerja Raga langsung bangkit berdiri dan berjalan menghampiri Kania. Wanita itu melihpat kedua tangannya didepan dada sambil berkata “Hai Kania, akhirnya kita ketemu lagi. Mulai hari ini aku akan kembali bekerja disini sebagai sekretaris Raga.”Bisa dilihat bagaimana terkejutnya Kania saat mendengar Kezia mengatakan jika wanita itu akan kembali bekerja diperusahaan yang sama dengannya sebagai sekretaris Raga. Oh bagaimana bisa? “Kalian ngapain disini?” Tiba-tiba saja Raga datang ditengah-tengah obrolan Kania dan Kezia.Melihat suaminya datang, lantas Kania langsung menanyakan kebenaran tentang Kezia yang kembali bekerja dikantor itu sebagai sekretaris R
“Untung pak Raga datang tepat waktu, bu Kania pingsan. Sekarang beliau dibawa kamar periksa.”Baru saja sampai dirumah sakit untuk menjenguk papanya, tiba-tiba Raga mendapat kabar dari salah satu pembantunya yang kebetulan berjaga dirumah sakit jika Kania pingsan. Tepat setelah mendapat kabar itu Raga pun segera menuju ruangan yang pembantunya beritahu.Begitu sampai didepan pintu kamar tempat dimana Kania dirawat, Raga berpapasan dengan dokter yang bertugas memeriksa Kania. Pria itupun segera menanyakan kondisi istrinya pada dokter itu.“Ibu Kania hanya kelelahan, setelah banyak istirahat dan minum obat pasti sembuh. Kalau begitu saya permisi, anda sudah boleh masuk kedalam.”Dokter sengaja tidak memberitahu tentang kehamilan Kania pada Raga karena sebelumnya Kania sudah meminta dokter itu untuk tidak memberitahu siapapun jika ia sedang hamil. Penyebab yang membuat Kania pingsan pun sebenarnya ada kaitannya dengan kehamilannya juga bukan sepenuhnya karena kelelahan.Didalam kamar, Ra