Tadi adalah kegiatan penyambutan untuk para pimpinan aksi sosial dan ada beberapa anggota ketentaraan disana. Dimana para dokter dan para staff yang dipilih akan melakukan pidato tentang tema yang ditentukan.
"Kak"
"Hm?" Aldo hanya bergumam, tapi fokusnya tetap di hp.
"Kak"
"Hmm"
"KAK"
"APAAN SIH NABILAH??!!"
Aku menyengir.
"Gimana?"
"Gimana apanya?" Dia menaikkan satu alisnya, pertanda bingung.
"Lo pasti udah pernah aksi sosial kan? Dinas. Kayak gue? Gimana? Disana ngapain aja, gue harus kaya apa?" Tanyaku menggebu nggebu.
"Gak, gue gak pernah. Beda rumah sakit gue koas nya, lagipula RS gue dulu gak ada tuh aksi sosial"
"Ck, dokter Ali gak ikut, cuma sama dia gue akrabnya, sama lo juga. Gue gak humble, gak pinter" Aku memberenggut bersender di sofa ruangan Aldo. Aldo merangkulku di pundak.
"Tapi kalo dipikir-pikir nih ya, perkiraan lo lebih pintar dari gue itu gede banget"
Aku menatapnya sambil memasang wajah tidak percaya, dia mengangguk.
"Iya, lo hebat banget tau gak-
-Gue aja nih ya waktu dulu gak menarik perhatian orang. Gue liat lo tadi banyak banget yang suka, diantara banyaknya dokter koas, cuma lo doang yang dipilih. Gimana? Hebat kan?"
Aldo melepas rangkulannya lalu duduk dikursinya sendiri, dirinya langsung fokus ke kertas-kertas dihadapannya. Dan aku sedang memikirkan perkataan Aldo tadi.
"Gausah dipikirin deh, lo itu multifemale. Beda dari yang lain, lebih menarik" Aldo berkata begitu sambil menatapku dalam, mata dibalik kaca mata itu beradu pandang dengan mataku meski jaraknya berjauhan.
"Iy-ya gue percaya sama lo, makasih udah nyemangatin gue"
Ini kenapa jadi salting gini sih?
"Yaudah lo keluar sana, kerja!".
"Lah ngusir?". Aku berdiri dan bersedekap dada.
"Lo tadi dicariin dokter Mina. Mau dijadiin as-op, abis maghrib tapi. Lo masih lusa juga kan berangkatnya?" Tanya nya, sambil melihat jam tangan.
"Hooh, tapi kak, lo juga kan nanti ikut operasi. Tuh, masih aja santai-santai"
"Yee beda dong, gue kan residen lo, udah deh sana pergi. Lo telat nanti gue yang malu"
"Cih"
Aku keluar ruangan, melihat arloji. Ternyata masih jam 5, berarti 1 jam lamanya aku ada di ruangan Aldo.
...
"Ya kamu bayangin aja ya Bil, dokter bedah itu berat banget kerjaannya. Apalagi yang takut sama darah, saya heran sama mereka niat jadi dokter atau tidak?"
Aku tersenyum simpul, entahlah, dokter Mina terlihat kesal.
"Kemarin lusa saya ajak koas Niken untuk jadi as-op, eh dia malah takut darah. Akhirnya perawat Evan yang saya tunjuk dan Niken nggak jadi ikut operasi"
Kami sedang berjalan menuju ruang operasi, kebetulan tadi bertemu di musholla.
"Ya, gimana ya dok. Gak semua orang-orang mau jadi dokter, ada yang dipaksa sama orang tua. Mungkin Niken ada err.... problem?" Aku menjelaskan dengan tidak yakin.
"Yah, walaupun bukan kemauan juga harus profesional dong. Masa nyawa orang dijadiin mainan?" Dokter Mina geleng-geleng kepala, setuju juga sih. Wah parah si Niken itu.
Kami masuk ke OK. Operation Komer adalah ruangan yang kami jelajahi. Ruangan para tenaga medis profesional, tidak boleh sembarangan orang memasukinya. Dokter spesialis bedah yang selalu ada disini, dokter bedah, dokter anestesi, perawat anestesi, perawat operasi sebagai asisten, dan perawat lainnya sebagai penyedia keperluan perlengkapan.
Area operasi steril, semi steril dan area free. Sejak pertama kali datang kesini, aku dikenalkan dengan area-area tersebut.
Ruangan semi steril di ruangan operasi adalah ruang RR (Recovery Room) dan ruang free adalah ruang yang tidak steril, ruang steril adalah ruang yang memiliki pintu, dengan cat yang berbeda, mewajibkan menggunakan baju operasi, menggunakan sandal tertutup ruangan, memakai masker dan memakai topi operasi bagi orang yang tak mengenakan jilbab, sedangkan yang berjilbab, setelah mengganti baju dengan baju operasi, jilbab pun harus diganti dengan jilbab yang berbeda. Intinya, ketika memasuki ruangan atas ini, ada garis merah yang memiliki tulisan “Lepas Alas Kaki disini” artinya alas kaki tak boleh dipakai.
Untuk tata ruang pada OK (Operation Komer) yang mengatur adalah perawat kamar operasi, management pengaturan udara, peralatan, dan lainnya yang mengurus perawat, sedangkan dokter bertindak pada saat pembedahan di meja operasi.
Ada pula ruangan sterilisasi, yakni Central Sterilisasi Sampling Departemen (CSSD), diruangan inilah semua peralatan operasi di bersihkan, segala kuman di hilangkan, di dalam ruangan ini ada beberapa lemari besi seperti oven raksasa yang dibawahnya terdapat mesin disana terdapat berbagai tombol pengaturan dalam mensterilisasi alat, untuk membuka dan menutup lemari besi ini hati-hati, apalagi jika tanpa sarung tangan tebal, karena oven besi ini sangat panas, yap sterilisasi dengan merebus atau memanaskan alat, agar kuman mati seketika. Sedangkan jubah khusus ruangan operasi yang akan digunakan oleh dokter bedah dan perawat asisten operasi pun di cuci secara khusus tentu dengan steriltas yang tinggi.
"Halo dok, ini Nabilah. Koas bedah onkolog. Dia pintar dijamin tidak seperti Niken kemarin" Ucap dokter Mina berlebihan, membuatku deg deg ser di depan dokter bedah Reihan.
"Perkenalkan, saya Nabilah, koas bedah onkolog"
"Sudah pernah ikut stase bedah?"
Aku mengangguk, "sudah dok"
"Ya sudah silahkan pakai baju steril kamu, sambil menunggu dokter Aldo datang" Dia menunjuk ke lemari bening disamping pintu. Aku langsung memakai baju steril itu. Lalu berjalan ke arah operator bedah. Tak lama, Aldo datang dan langsung memakai baju steril juga.
"Baik semua lengkap, kita mulai operasi sekarang"
Aku sudah pernah ikut operasi sebanyak 3 kali. Tapi tetap saja aku takut membuat kesalahan barang sedikitpun. Takut ditanya aneh-aneh oleh sang operator.
"Ini kanker rahimnya masih belum menyebar, dan ukurannya juga belum terlalu besar-
-Nabilah kan? Kita perlu melakukan operasi apa?"
Aku menelan ludah, sudah kuduga.
"Operasi kuratif dok, karena kanker belum sampai parah dan insyaalloh jaringan kanker dapat kita angkat semua" Jawabku yakin, terlihat dokter Reihan mengangguk. Yes!
"Ovarium sebelah mana?" Tanyanya lagi.
"Di sisi kanan dan kiri rongga panggul, tepatnya bersebelahan dengan bagian rahim atas"
Dokter Reihan terlihat puas dengan jawabanku, matanya sampai mengerut karena tersenyum lebar dibalik maskernya.
"Oke Nabilah kamu memang dapat diandalkan, saya senang"
"Terima kasih dok"
...
Operasi itu selesai saat tepat pukul 9 malam, ketika tenagaku terkuras habis. Sehabis operasi tadi, aku mandi sejenak dan sholat isya' lalu sekarang, sedang menulis data-data pasien yang tadi di operasi.
"Hai capek ya? Sama kok aku juga"
Aku menatap Aldo sinis, dih apaan itu tadi sok gaul banget.
"Inget umur gak cocok main tiktok- Aw!"
"Rasain, adek nistain abang. Sakit hatiku"
Wow, aku tertawa keras. Aldo benar-benar random. Usia boleh 29 tahun, tapi selera humornya receh banget!
"Kak, lo gak pulang? Nebeng dong, mobil gue mogok dibengkel"
Aldo menumpu kepalanya di kedua tangan, seperti berpikir keras. Halah cuma bilang mau apa nggak aja susah amat.
"Ada syaratnya" Ucapnya sok misterius.
"Apaan?"
"Besok fix dinner sama gue mumpung libur" Jawabnya sambil melepas jas dokternya.
"Kok gitu? Kalo gue gak mau gimana?"
"Yaudah lo pulang aja send- "
"Gue mau!"
...
Mamaku, dia tahu aku diantar oleh Aldo tadi. Dan berfikiran aneh-aneh. Yang ditanya inilah, itulah.
"Kak, itu pacar kamu?"
"Ganteng banget"
"Kapan kapan kenalin ke mama papa dong"
"Dia dokter juga?"
Dan sekarang aku berada dikamar, setelah menjawab pertanyaan nyeleneh dari mamaku tadi, aku lelah. Ingin beristirahat, sudah sekitar 1 minggu ini aku kurang tidur.
Good night world.
Jam 8 pagi ini merupakan keberangkatan ku, dan team ke Medan. Untuk dinas kesehatan selama kurang lebih 2 bulan. Aku sudah mempersiapkan segala keperluan yang mungkin disana akan dibutuhkan. Mulai dari pakaian hangat, sepatu 2 pasang, jilbab, dan juga obat-obatan."Koas Nabil"Aku menengok ke belakang, dari arah suara itu datang."Iya?""Ini" Kapten menyodorkan tumpukan kertas yang cukup tebal kearahku."Apa ini?" Aku membolak-balik kan kertas itu. Di sana tertulis bermacam-macam mata pelajaran, yang membuat ku harus berfikir keras."Apa maksutnya?""Kau inii... Apa tak bisa untuk menggunakan otak dengan benar?"Aku lantas melotot tajam, enak saja dia mengejek dengan sangat tidak enak seperti itu."Kau kemarin kan tidak jadi di bidang kesehatan, itu. Materi yang kau berikan pada anak-anak nanti"PlakDengan sangat semangat menggeplak kepala kapten."Ini
"Sersan Andin, tolong nanti urus proposal kemasyarakatan ya. Sudah kutitipkan di meja resepsionis. Ambil saja kalau nanti mau berangkat"Sersan membentuk tangannya antara jempol dan telunjuk, berarti oke."Hei kau- "Aku merespon dengan menaikkan kedua alis. Dan secara tiba-tiba kapten melemparkan sesuatu ke arahku. Mau tidak mau aku menangkapnya secara reflek."Itu tolong kau simpan. Jam tangan mahal milikku. Besok akan aku ambil, sebelum berangkat. Dan ya .... jangan di buka"Dengan sangat terpaksa aku menampilkan senyum semanis mungkin, untuk menjaga citraku di depan Sersan Andin. Dan sebenarnya aku sudah menyumpahi kapten itu di dalam hati, dengan semua nama hewan yang ada.Kurelakan box kecil itu untuk kumasukkan ke tas. Walaupun tudak ikhlas."Kalian saudaraan? Atau .. kerabat. Karena Kapten Andika orang nya pendiam, tidak mudah friendly ke siapa saja, yaa.. terkecuali orang terdekatnya?" Pertanyaan Sersa
Sekitar jam 9 kami sampai di desa Kaliwuhan. Ternyata benar berdasarkan isu yang ada. Desa disini sangat berbeda dengan desa lainnya, masih sangat primitif. Bangunan rumah yang rata-rata dari bambu, hanya gedung sekolah, balai desa, dan bangunan penting lainnya yang terbuat dari batu bata dan semen. Tapi suasana desa masih sangat kental, sawah dan kebun masih sangat rapat, jalanan asli dari tanah bukan aspal, sungai-sungai yang masih sangat deras dan jernih, anak-anak bermain bersama kawanannya bukan memegang ponsel. Bahkan televisi disini pun hanya orang kaya saja yang punya, benar-benar masih menjaga khas tradisional nya. Serasa aku kembali ke zaman waktu kecil dulu.Bis yang kutumpangi di parkir di lapangan, begitupun dengan bis 2 dan bis 3. Lapangan disini sangat luas sekali, kalau di perkirakan 2 kali lapangan yang ada di Jakarta. Maklum, ini lahan kosong yang biasa digunakan anak-anak bermain sepak bola.“So wow! Tak pernah kubayangkan aku akan kesini. Hei
Suara tubuh menghantam air dengan kencang.Menyusul yang kedua.BUM! Lima anak lain serempak loncat.Tubuh-tubuh kecil itu meluncur kedalam sungai, gelembung udara bergerak keatas. Di bawah sana, air sungai yang jernih, anak-anak itu saling menjulurkan lidah, saling mengacungkan jari. Berdebat gaya siapa yang paling bagus."Kau lihat gayaku tadi? Itu baru loncat gaya duyung!" Anak celana merah berseru."Duyung apanya? Gaya ku tadi baru lebih bagus. Gaya atlet!" Anak celana biru menimpali. Hingga anak lain pun berusaha membela diri sendiri bahwa gaya nya paling bagus. Aku tertawa pelan, menganggap bahwa ini hiburan yang lucu. Kepalaku kuarahkan kebawah, melihat jam melingkar di pergelangan tangan. Ternyata sudah jam 8 pagi, padahal aku kesini masih petang setelah subuh tadi.Sebelum kesini, aku mengatakan kepada anak-anak itu bahwa aku akan mengajari mereka berbagai pelajaran. Senang? Tentu saja, mereka sangat ri
Belajar selama 60 menit, tidak membuat orang lelah, bahkan anak-anak sekalipun. Itu jika guru mereka se-frekuensi. Begitulah kata Nanda si baju kuning. Teman-temannya yang lain sudah pulang sedari 10 menit yang lalu, namun Nanda, dia masih duduk tenang di pondok sambil membaca kembali apa yang aku tuliskan di depan. "Apa kamu tidak mau pulang?" Tanyaku dengan tangan yang sibuk di keyboard laptop. Sesekali menoleh kearah anak itu. "Kakak juga belum kembali" Aku mengangguk meng-iyakan. "Tapi apa kamu tidak dicari oleh orang tuamu?" Sejenak, Nanda terdiam sambil menatap kosong ke lantai. Aku melihat kehampaan pada raut wajahnya, seperti ada sesuatu yang mengganggu di hatinya. "Tidak" Aku memutuskan untuk tidak bertanya apapun lagi. Yang sekarang aku harus fokus membuat daftar siapa saja anak-anak tadi. Beserta tanggal lahir, tahun, dan identitas lainnya. Kebanyakan dari mereka adalah anak yang tidak bersekolah. Sanga
Senja sepertinya malu-malu untuk keluar, menampakkan warna jingga yang memanjakan mata. Karena mendung lebih mendominasi di langit petang ini. Itu menandakan, tak lama lagi hujan turun. Sebenarnya sudah di penghujung musim hujan, tapi yang namanya 'turun' siapa tahu. Aku sendiri sedang membantu para tim untuk memasak. Sudah dipasang kanopi sederhana, tentu saja bagian militer yang menyediakan. Untuk tenda penginapan, kami tidak perlu resah. Tenda itu anti air, terbuat dari plastik tebal dan berat. Untuk meminimalisir adanya kebocoran saat hujan. Untuk sholat nya pun harus di tenda masing-masing, takut kehujanan di jalan kalau memaksakan berangkat ke surau. Dan disaat ini, aku berhalangan. Oleh karena itu aku sibuk membuat makan malam. Tidak ikut sholat maghrib. "Sekarang jam berapa dok?" Perawat Evan atau biasa aku memanggil 'kak Evan' bertanya. "Jam 6 lebih 5. Kayaknya Yang sholat belum keluar deh kak. Masih sepi" Dibagian dap
( Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah pengetahuan yang sistematis dan berlaku secara umum (universal) yang membahas tentang sekumpulan data mengenai gejala alam yang dihasilkan berdasarkan hasil observasi, eksperimen, penyimpulan, dan penyusunan teori.Istilah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dikenal juga dengan istilah ilmu sains. Kata sains berasal dari bahasa Latin yaituscientia, yang secara harfiah berarti pengetahuan,namun dalam perkembangan pengertiannya menjadi khusus Ilmu Pengetahuan Alam atau Sains.Ilmu pengetahuan alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis. Sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja, melainkan juga merupakan suatu proses penemuan.Dengan demikian, pada hakikatnya IPA adalah ilmu untuk mencari tahu, memahami alam semesta secara sistematik dan mengembangkan pemahaman ilmu pengetahuan tentang gejala
Aku mencoba untuk memejamkan mata tapi tetap saja tidak bisa. Keadaan di luar sudah sangat sunyi, tentu saja ini sudah dini hari kan? Ada sesuatu yang mengganggu pikiranku untuk saat ini. Sesuatu yang tidak aku ketahui jenisnya dan apa yang aku pikirkan? Entahlah.Sudah puluhan kali aku mencoba posisi miring ke kanan atau ke kiri, tetap saja kedua mata ku dengan kurang ajar nya tidak mau menutup. Saat merasa lelah, aku mendudukkan diri dan mengambil nafas perlahan dalam keadaan yang dingin. "Aish mata ini menyebalkan"Aku melihat Luna yang tidur dengan tenang, meskipun liurnya merambat sampai ke telinga. Sejenak aku terdiam dan dengan kesal aku menyingkap selimut dengan kasar. Lalu berdiri dan mengambil jaket di dalam ransel, langsung memakainya.Keluar. Ya, aku keluar tenda untuk menenangkan diri.Gelap.Kata itu yang pertama kali muncul saat aku keluar dari tenda.Dingin.Dan kata itu yang k