Share

Flashback 10 Tahun yang Lalu (Part 2)

Sekitar kurang dari 2 kilometer, mereka sampai di sebuah SPBU. Denny keluar dari mobil dengan lengan jasnya yang ditutupi oleh jas lain agar darah bekas yang ditembaknya tidak kelihatan. "Tunggu di sini gue nggak bakalan lama." Kata Denny kepada Bams dan Andika yang mobilnya terparkir cukup jauh letaknya dari kamar mandi dan toilet.

Denny dengan cukup tegang namun berusaha santai mengganti pakaiannya dengan yang baru. Kemudian memasukan jas yang berdarah itu ke dalam tas. Tapi Denny tiba-tiba dikagetkan dengan suara tembakan dari luar. Denny dengan sigap mengeluarkan pistol desert eagle miliknya, dan berlari keluar dari kamar mandi SPBU.

Dia melihat mobil Range Rover hitam itu melaju dikemudikan oleh Bams. Mobil itu diberondong oleh tembakan beberapa orang, kira-kira lima orang berpakaian preman. Sontak para pegawai SPBU berlarian dan berteriak ketakutan untuk melindungi diri.

Denny juga melihat Andika yang sudah terbujur kaku dan bersimbah darah di bagian dada dan kepala.

Denny menyadari ada seseorang dari mereka yang mendapati keberadaannya.  Dia lalu sembunyi di sebuah tiang tembok yang cukup besar untuk berlindung. Tembakan memberondong ke dirinya tapi tidak ada yang kena.

Denny berusaha membidik sambil berlindung tapi dia kesulitan karena kalah jumlah. Terlebih lagi mereka menggunakan senjata laras panjang.

Ketika akan membidik dan menembak, lengan Andika malah tertembak dan pistolnya terjatuh. Dia mengaduh kesakitan luar biasa saat tangannya penuh darah.  Denny pun tersungkur.

Kelima gerombolan itu berlari ke arah Denny, semuanya memakai penutup kepala, dan salah satunya menendang kepala Denny. Orang bertubuh paling kekar mencekik Denny . "Di mana koper itu?"

"Di-di mobil. " Kata Denny sambil menahan kesakitan.

Seorang lagi memeriksa tas yang dibawa oleh Denny, tidak ada apa-apa selain jas yang ada darah begal tadi.

"Berapa kode pembukanya?"

"Mana gue tahu!" Denny meraung saat kaki orang itu menekan kepalanya.

Orang yang paling kekar tersebut memberikan kode pada salah satu anak buahnya dan kemudian anak buahnya memberondong Denny dengan senapan. Denny tewas seketika.

***

Bams terus memacu Range Rover yang dikendarainya dengan sangat kencang dan dia menyadari mobil di belakangnya terus mengejarnya. Mobil yang mengejarnya sejenis mobil sedan dan juga berkecepatan tinggi. Sesekali tembakan melesat ke arah Range Rover tapi tak ada yang mengenai Bams.

Dengan nafas menderu, Bams terus menghindari tembakan dan dia menyadari kalau sudah ada tiga mobil yang mengejar di belakangnya. Orang-orang yang menginginkan koper itu.

Saat menuju pertigaan, ada sebuah mobil lagi yang kini ada di depannya dan juga mengincarnya. Kini Bams tahu kalau yang mengincar koper itu ada banyak. Dia sempat mengerem di tengah tembakan peluru dan memilih jalan sebelah kanan.

Merasa putus asa, Bams ingin sekali meledakan diri. Tapi di depannya ada sebuah bangunan gedung yang belum selesai dibangun, belum ditembok sebagian dan masih dalam tahap pengerjaan. Tanpa pikir panjang Bams memacu mobilnya untuk berbelok dan masuk ke dalam gedung tersebut dan menabrak kayu-kayu penyangganya.

Dengan cepat Bams meraih sebuah kotak yang ditutupi kain berwarna hitam, itu adalah kopernya. Koper besi itu berwarna perak mengkilap dan berada di kursi belakang mobil. Dia keluar dari mobil dengan menggenggam koper tersebut.

Bams lantas berlari tidak karuan di dalam gedung tersebut dan berpacu dengan waktu. Di sebuah ruangan dia menemukan sebuah sekop, air di dalam gentong, dan semen. Bams berpikir cepat dan memutuskan untuk mengubur koper itu.

Dia menggali dengan sangat cepat, menaruh kopernya dan kemudian menyemennya.  Dia sangat kelelahan setelah melakukan itu selama sekitar satu jam dan Bams lalu mengeluarkan ponselnya dan mengetik sesuatu. Setelah itu Bams mengeluarkan buku catatan kecil, menulis sesuatu dan menyimpannya lagi di saku yang ada di kemejanya.

Terdengar suara dari luar kalau gerombolan itu menemukan Bams dan bunyi langkah puluhan orang terdengar.

"Sialan, bangsat!" Bams dengan terhuyung naik ke tangga untuk menuju ke lantai atas gedung tersebut dan dia sampai di atas atap. Sebelum gerombolan itu menemukannya. Bram menangis sekaligus tertawa, dia mengeluarkan pistolnya dan mengarahkannya ke kepalanya sendiri.

"Terima kasih, Pak Satia." Dorr. Bams menembak kepalanya sendiri, nyawanya menghilang hampir bersamaan dengan datangnya para gerombolan.

Tak lama kemudian tim kepolisian datang yang membuat gerombolan tersebut kabur berhamburan sebelum dapat menemukan koper itu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status