Share

Tuan Presdir?!

Pria muda itu masuk dan langsung berjalan ke arah Ricko. Berbisik sesaat dan lalu mulai duduk di sisi kiri kursi kebesaran yang hanya ada 1 di sana.

Pria itu tak menyapa. Hanya diam dan mulai membuka dokumen yang tadi dibawanya. Tampak begitu fokus dan kembali memeriksa dokumen penting yang akan diserahkannya pada tuan Presdirnya sesaat lagi.

“Tuan, apa kita bisa mulai bahas sekarang?”

Terdengar suara Kakek Raharja. Pria tua itu bertanya dengan suaranya yang sedikit bergetar. Heran melihat orang penting yang ditunggunya tak menyapa sama sekali. Tapi, dia juga tak sabar ingin segera membahas masalah inti pertemuan malam ini.

“Tunggu sebentar lagi, Kakek Raharja. Tuan Presdir kami akan tiba sesaat lagi,” ujar pria yang baru masuk itu, yang tentu saja tak lain tak bukan adalah Leonal.

Hening.

Ternyata dugaan mereka tadi salah. Pria berjas hitam itu bukanlah Sultan yang mereka tunggu.

Semua wajah kini terlihat terdiam dan kembali tampak menegang. Jelas di dalam pikiran mereka semua isinya sama. Ternyata mereka semuanya sudah salah menduga. Kini mereka masing-masing semakin merasa penasaran ketika mendengar perkataan Leonal barusan.

‘Tuan Presdir? Artinya itu putra dari pemilik The Lion Bank itu sendiri kah?!’ batin Claudia dengan jantungnya yang semakin memompa cepat. Tak sabar ingin memenangkan hati pria yang dikatakan sebagai tuan presdir dari kedua orang penting di hadapan mereka saat ini.

Detik-detik yang dilalui menjadi semakin lama. Denting jam seakan tak ingin bergerak ketika masing-masing yang hadir di sana memiliki pemikiran yang sama. Semuanya ingin memenangkan hati pria yang dikatakan sebagai ‘tuan presdir’ oleh Leonal barusan. Terserah itu tua atau muda. Yang jelas, di mata mereka semuanya saat ini hanyalah uang, uang dan uang. Jelas mereka akan menjadi Sultan mendadak jika berhasil mendapatkan hati dari pewaris The Lion Bank  yang memiliki puluhan cabang yang tersebar di berbagai Negara.

Setelah hampir 5 menit berlalu, tiba-tiba Ricko dan Leonal langsung bangkit dari duduk mereka. Langsung berjalan cepat menuju ke arah pintu keluar yang tiba-tiba juga sudah mulai terbuka secara perlahan.

Ricko dan Leonal langsung berdiri rapi di sisi pintu bagian kiri dan kanan. Menunggu dengan penuh khidmat.

“Silakan Tuan Presdir.”

Berselang beberapa detik, kedua pria berjas hitam yang merupakan kepercayaan dari The Lion Bank itu mempersilahkan sambil menundukkan kepalanya empat puluh lima derajat ke arah pintu yang sudah terbuka lebar, sama seperti yang dilakukan oleh beberapa anggota yang sejak tadi sudah berbaris rapi menunggu di sana.

Hal itu kembali membuat seluruh keluarga Kakek Raharja terlihat terkejut besar. Sebegitu hebatkan orang yang sedang mereka tunggu saat ini. Bahkan semua kepala tampak menunduk lama belum terangkat sama sekali?!

Sebelah sepatu hitam yang terlihat begitu mengkilap terlihat menginjak masuk ke dalam ruangan itu dengan tubuh yang masih terlindung oleh tubuh Leonal yang berdiri di sisi pintu.

Keluarga Kakek Raharja menunggu dengan wajah yang terlihat tegang untuk melihat wajah pria hebat yang sebenarnya merupakan tuan presdir, yang sudah diutus oleh pemilik The Lion Bank dan memiliki wewenang dalam mengambil semua keputusan.

Deg!

Huhh?!

Semua terpaku dengan bola mata yang membola dan juga mulut yang menganga.

Seorang pria gagah perkasa yang tampak memakai stelan jas berwarna putih dengan bawahan celana jeans hitam, tampak melangkah santai penuh wibawa. Rambut pria itu tampak disisir begitu rapi ke arah belakang, dengan kaca mata hitam yang bertengger  sempurna. Menjadi pusat perhatian dan memukau semua pasang mata yang saat ini ada di dalam ruangan itu.

Kini ada 6 orang berpakaian serba hitam yang mengikuti langkahnya di belakang sana, dan itu kembali membuat semuanya terkejut luar biasa.

“Silakan Tuan Presdir.”

Ricko yang sudah bergerak lebih cepat segera menggeser sebuah bangku khusus yang sejak tadi memang terus dikosongkan, dan berada pada bagian paling ujung meja panjang tersebut.

Leonal yang sudah menutup pintu itu kembali berjalan mendekat ke arah Ricko. Mereka berdua tampak saling melakukan transformasi.

Kini kelima anggota berjas hitam lainnya, tampak berbaris agak jauh di belakang membentuk barisan pelindung dengan tubuh tegap mereka.

Sementara itu, Ricko dan Leonal kini sudah berdiri tegak rapi di sebelah kiri dan kanan tuan Presdirnya.

“J-Jo—Joandra?!”

Sejak tadi Kakek Raharja dan yang lainnya tercekat dengan wajah mereka yang terlihat begitu tegang. Dan saat ini suara Madam Donna memecah keterpakuan keluarga besar Raharja semuanya.

Meski sedang memakai kaca mata hitamnya dan dengan pakaian mewahnya seperti saat ini, Madam Donna tentu saja tidak akan pernah lupa dengan menantu yang selama 1 bulan belakangan ini sudah menjadi budaknya yang sangat patuh dengan segala perintah semena-menanya. Madam Donna hapal sekali dengan rambut, wajah, dan juga bentuk tubuh menantu sampahnya yang tidak berguna dan sungguh tidak akan masuk ke dalam kategori menantu idamannya lagi untuk selamanya. Menantu sampah yang setiap hari mendapatkan cemoohan dan hinaannya kali ini ada di hadapannya. Dan tanpa berkata-kata, menantunya itu sudah berhasil membuat detak jantungnya hampir ingin berhenti.

Joandra melepaskan kaca mata hitamnya dan lalu menyampirkannya di tengah-tengah kerah kemeja putihnya, lalu dia mengembangkan senyum tipisnya sesaat.

Mata Joandra kini tertuju ke arah Jessica yang sejak tadi tidak berkedip menatap ke arahnya. Bukan tidak menyadari, Joandra menyadari itu. Kaca mata hitam yang digunakannya tadi begitu membantu dirinya memantau gadis belia yang sudah beberapa hari ini terus menghantui pikirannya. Ya, Joandra melihat dengan jelas jika sejak melihatnya masuk ke dalam sana, mata Jessica tidak berhenti menatap dan melihat ke arahnya. Kali ini gadis kecilnya itu juga tampak begitu terkejut luar biasa.

Tentu saja Joandra tidak memperhatikan yang lainnya, karena sejak dia melangkah masuk ke dalam ruangan khusus itu matanya sudah bertumpu pada satu tempat. Sungguh Jessica sudah menguasai hatinya, dan Joandra menyadari itu dengan sangat.

Joandra seolah menunggu bibir kecil yang tipis itu menyapanya, tapi tampaknya kali ini Jessica tak lagi bernyali. Dia tahu orang yang kali ini sedang ditunggu dan ingin ditemui oleh kakeknya adalah orang yang sangat penting. Tapi, ketika melihat abang iparnya begitu dihormati dan diagungkan di sana membuat Jessica begitu kebingungan dan tak lagi bisa berpikir.

‘Siapa Abang Ipar sebenarnya? Kenapa dia bisa ada di sini?! Bukankah semua mengatakan jika dia sudah jatuh miskin dan hidup melarat saat ini. Lalu, apa benar saat ini dia sudah menemukan pekerjaan barunya dan menjadi orang kepercayaan pemilik perusahaan raksasa ini?’

Jessica tercekat tak mampu melontarkan kata-kata apa lagi menyapa abang iparnya. Terlebih lagi sejak awal dia memang di minta ibunya untuk diam dan menurut tanpa boleh berbicara sama sekali. ‘Kalau memang Abang Ipar sudah mendapatkan pekerjaan yang sangat hebat seperti ini, ini sangat bagus sekali,’ Jessica langsung mengucap syukur ketika pikirannya mengarah ke sana. Terselip rasa bahagia yang sangat membuat hatinya langsung merasa lega oleh kekhawatirannya  beberapa hari ini.

“J-Joandra?!” ucap Kakek Raharja begitu terpukau dan bagai sedang terhipnotis, apa lagi ketika melihat Joandra kini sudah melepaskan kaca mata hitamnya.

“Kakek Raharja. Selamat malam semuanya.”

Joandra mulai membuka suara dengan tanpa mengurangi kharisma dan ketegasannya. Aura kepemimpinannya begitu terpancar jelas, yang sesungguhnya selama ini tidak pernah diperlihatkan sama sekali di keluarga besar mantan istrinya. Jika saat itu dia diperlakukan seperti seorang pengemis di keluarga besar itu, kali ini dia yang memegang kendali!

**

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Gitarius
mampus kalian
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status