Share

Bab 7

# Bab 7

Aku semakin aneh dengan mbah Suminten, mengapa ia bisa berkata seperti itu, apakah ia seorang paranormal atau dukun sehingga ia bisa tahu segalanya.

"Emm.. baik mbah nanti sepulang dari sini saya langsung periksa," ucapku mengiyakan saja.

Saat kami sedang mengobrol tiba tiba Riri muncul dari arah dapur dengan membawa teh manis hangat yang berada di atas nampan yang ia pegang.

"Nih Rin di minum dulu biar relaks," ucap Riri sambil tersenyum ke arahku.

"Iya Ri, makasih ya." Aku pun langsung menyeruput teh manis yang di bawakan Riri.

"Habis ini loe mau di anter kemana lagi Rin ?" Tanya Riri.

Aku berpikir sejenak, namun aku merasa penasaran dengan apa yang di katakan oleh mbah Suminten barusan.

"Anter gue ke dokter kandungan ya Ri, habis itu kita langsung pulang aja," ucapku yang sepertinya membuat Riri sedikit terkejut karena saat ia sedang menyeruput teh manis nya ia langsung terbatuk.

"Uhukk... Hah ke dokter kandungan ? Mau ngapain ?" Tanya Riri spontan.

Namun belum aku menjawab mbah Suminten langsung menjawabnya.

"Mbah yang nyuruh ndok, soalnya sepertinya teman mu ini sedang hamil, nanti kamu antar ya ?" ucap mbah Suminten berkata dengan santainya.

"Oh iya mbah, nanti Riri antar," jawab Riri menurut.

* * * *

Setelah cukup lama berbincang bincang akhirnya kami pun berpamitan kepada mbah Suminten.

"Mbah saya izin pami ya mbah," ucapku sambil menyalami mbah Suminten.

"Iya hati hati di jalan ya nak, dan jangan lupa pesan mbah, jika kamu ingin bahagia maka bertahanlah jika kamu kuat melewati cobaan berat ini kelak kamu akan menemukan kebahagiaan dengan suamimu," ucap mbah Suminten kembali mengingatkan ku akan ucapannya di awal obrolan kami tadi yang membuatku merasa bingung.

"Iya mbah, assalamualaikum."

"Waalaikumussalam."

Aku pun langsung masuk ke dalam mobil dan kami pun langsung bergegas ke dokter kandungan terdekat.

Setelah sampai di dokter kandungan tak menunggu antrian yang terlalu lama akhirnya namaku di panggil.

"Nyonya Karina." Terdengar namaku di panggil dari dalam ruangan dokter kandungan tersebut.

Aku pun langsung melangkahkan kaki ku, dan berharap apa yang di katakan mbah Suminten tadi tak benar, karena jujur saja bukannya aku ingin menolak rezeki anak, namun dengan keadaan yang seperti ini aku tak ingin hamil anak mas Roni lagi, karena aku ingin bercerai dengannya, sudah cukup ku rasa selama ini aku hanya di manfaatkan saja olehnya, karena dalam biduk bahtera rumah tangga ini ku rasa hanya akulah yang memiliki cinta tanpa ada balasan cinta lagi untukku.

"Permisi dok," sapaku setelah aku membuka pintu ruangan ini.

"Mari silahkan masuk mbak," ucapnya dengan ramah.

Aku pun langsung masuk melangkahkan kaki ku ke depan dokter muda yang sedang duduk di depan meja tersebut lalu aku pun langsung duduk di hadapannya di sembrang meja tersebut.

"Dok saya mau periksa, soalnya sepertinya saya sudah telat 1 minggu," ucapku dengan sedikit ragu.

"Oh seperti itu, ya sudah kita tespek dulu ya mbak, ini alat tes nya dan silahkan mbak pakai di kamar mandi," ucap dokter tersebut.

Aku pun langsung meraih gelas kecil dan alat tes kehamilan tersebut dan langsung segera bergegas ke kamar mandi yang terletak di ruangan ini.

Setelah sampai di kamar mandi, ku diamkan sebentar untuk menunggu hasilnya dan dengan terus berharap agar hasilnya negatif.

Namun setelah menunggu beberapa saat ternyata hasilnya....

Bersambung....

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status