Setelah beberapa saat berdebat, mereka akhirnya mencapai kesepakatan untuk berbicara dengan terapis pernikahan mereka. Dengan bantuan profesional, mereka berdua berharap bisa mengatasi masalah ketidakpercayaan mereka dan membangun kembali kepercayaan yang telah tergores.
Meskipun perjalanan mereka menuju rekonsiliasi tidak akan mudah, Edward dan Emily menyadari bahwa mereka harus bekerja keras untuk memperbaiki hubungan mereka.
Dengan harapan dan tekad yang kuat, mereka mengambil langkah pertama untuk mengatasi konflik yang mengancam hubungan mereka, dengan harapan untuk menemukan kedamaian dan kebahagiaan bersama-sama.
Edward merasa terbebani oleh tanggung jawab untuk merawat Emily, yang semakin bergantung padanya karena keterbatasannya setelah kecelakaan tragis itu. Di sisi lain, Emily merasa terasing dan tidak berguna karena ketergantungannya pada Edward.
Pria dalam pesan-pesan yang dikirim setiap hari itu hanya seorang teman biasa. Mereka bahkan jaran
Melinda mendengar suara mobil tidak jauh dari sana, menandakan dirinya tidak jauh dari jalan raya. Dia segera menepiskan amarah dalam dirinya terlebih dahulu lalu segera mengambil selimut tipis, satu-satunya barang yang dia miliki saat ini dan dengan cekatan membungkusnya di sekitar tubuhnya.Meskipun selimut itu tidak memberikan bentuk yang pasti, Melinda berhasil menata kain tersebut sehingga terlihat seperti sebuah gaun yang modis.Dengan gerakan yang anggun, dia memastikan bahwa penampilannya tetap terjaga bahkan dalam keadaan yang tidak terduga seperti ini.Dengan langkah-langkah yang mantap, Melinda menyusuri jalan yang mulai terlihat dan sebuah kota yang ramai, mencari taksi yang akan membawanya ke tujuannya.Ketika akhirnya dia melihat lampu taksi yang menyala di kejauhan, dia mengangkat tangannya untuk menarik perhatian pengemudi.Tak lama kemudian, taksi itu berhenti di sisi jalan, dan Melinda dengan cepat masuk ke dalamnya.Setela
Melinda menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya di tengah hiruk-pikuk aktivitas yang mengelilinginya. Meskipun pikirannya terus melayang pada Adam, dia memilih untuk menahan emosinya dan fokus pada tugas yang harus diselesaikan.Duduk di meja kerjanya, Melinda membuka laptopnya dan mulai merapikan rencana bisnis untuk hari ini. Dia tidak bisa membiarkan dirinya terjebak dalam angan-angan dan kerinduan yang tidak pasti. Ada pekerjaan yang harus diselesaikan, tanggung jawab yang harus dipertahankan.Afgan saja bisa dia lupakan, apalah artinya seorang Adam? Duda yang tidak jelas? monolog Melinda dalam hati.Namun, raut wajahnya kembali berubah sendu saat mengingat hubungannya dengan Afgan. Pernikahan yang tidak dia hadiri.Sejak awal, pria itu memang bukan miliknya. Namun, apa salahnya dia menginginkan kehidupan yang lebih baik? Afgan sangat tampan dan kekayaan keluarganya bahkan tidak akan habis walau tujuh turunan.Sementara Adelia, w
Melinda terdiam sejenak, matanya memancarkan kejutan dan kebingungan yang sulit disembunyikan. Dia menatap Adam, mencoba memproses kedatangan mendadaknya. Pikirannya berkecamuk dengan pertanyaan, mencoba mencari jawaban atas misteri yang mengelilingi kepergiannya dan kini kembalinya.Sementara itu, Adam terus maju dengan langkah pasti, senyumnya memancarkan kehangatan yang mencoba meredakan ketegangan yang terasa di ruangan itu.Dengan lembut, dia menawarkan bungkusan makanan dan buket bunga kepada Melinda, sebagai tanda kedatangannya yang tidak terduga.Melinda masih terpaku pada kejutan tersebut. Tidak pernah terbayangkan dalam benaknya bahwa Adam akan muncul begitu tiba-tiba seperti ini.Dia merasakan getaran aneh di dalam dadanya pada saat menerima buket yang sangat indah dan terkesan mewah. Teringat olehnya bagaimana hatinya bergetar di masa lalu saat menerima buket dari Afgan.Kedua matanya berkaca-kaca, perasaannya tidak terucapkan saat ini,
"Bagaimana bila kita pergi berbelanja sesudah ini? Saya ingin sekali memanjakanmu," ucap Adam setelah mereka hampir menyelesaikan acara makan mereka."Hum, ide yang bagus, saya suka berbelanja," jawab Melinda dengan hati berbunga-bunga.Semua terjadi seperti sebuah ulangan saat-saat dia muda dulu, saat bersama dengan Afgan. Pria di hadapannya ini tidak kalah ketampanan dan juga dari sisi mana pun.Adam Offel juga berkuasa dan termasuk dari sepuluh besar orang terkaya di dunia. Sebuah pilihan yang sepadan dengan dirinya. Sama-sama menginginkan sebuah kesempatan kedua.Sesaat kemudian, di dalam pusat perbelanjaan yang mewah, Melinda merasakan kehangatan yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Setiap gerakan Adam terasa penuh perhatian, setiap senyumannya menghangatkan hatinya. Meskipun awalnya terasa canggung, Melinda semakin menikmati waktu yang mereka habiskan bersama."Bagaimana dengan ini?" tanya Adam, sambil mengangkat seutas kalung mutiara yang berkilauan dari rak perhiasan.Mel
Adam merasa sedikit kecewa oleh reaksi Melinda yang dingin. Namun, dia tidak menunjukkan kekecewaannya dan mencoba untuk tetap tenang."Tentu saja, Melinda," jawab Adam dengan suara yang tenang. "Kita bisa pulang sekarang jika kamu ingin istirahat.""Aku akan mengantarmu sampai ke hotel," lanjutnya.Mereka berdua bergegas keluar dari pusat perbelanjaan mewah itu, meninggalkan suasana yang tegang di belakang mereka.Saat mereka berjalan menuju mobil, Melinda merasakan tekanan di dadanya. Dia merasa tidak nyaman dengan situasi yang terjadi di antara mereka. Semua yang dia harapkan dari pertemuan ini terasa begitu jauh dari kenyataan.Ketika mereka tiba di mobil, Melinda duduk di kursi penumpang dengan pandangan kosong. Adam memandanginya dengan penuh perhatian, mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi di dalam pikiran wanita itu."Apakah semuanya baik-baik saja, Melinda?" tanyanya dengan suara lembut.Melinda menarik napas dalam
Adelia terlelap dalam tidurnya yang nyenyak setelah dibuat lelah oleh suaminya.Afgan menatap wajah istrinya yang sangat disukai. Mengelus pipinya yang mulus dan putih. "Aku akan melakukan segala hal untuk berperang melawan Melinda, kalau pun dia akan memanfaatkan kekuasaan yang dimiliki keluarga Offel," bisiknya dengan suara kecil setengah bergumam.Afgan tidak bisa tidur, dia memutuskan untuk menghubungi Achmed, ayahnya dan bertanya mengenai apa yang mungkin sedang direncanakan oleh Melinda."Ayah tidak paham, dia merebut sebagian kekuasaan kita di Dubai. Saya sudah memberitahukan kepada Adam Offel mengenai kelicikannya, tapi di luar prediksi Ayah, pria itu malah menjadi kekasih Melinda," sahut Achmed dengan nada kesal."Apakah ini juga sebuah kesempatan bagi keluarga Offel untuk lebih berkembang atau tidak? Ayah sungguh tidak bisa menebak dengan pasti."Perkataan sang ayah membuat Afgan semakin bingung. "Baiklah, saya akan mengutus orang untuk menyelidikinya," ucapnya sesaat kemudi
Adam tersenyum lembut saat masuk dan mendektai Melinda. "Selamat ulang tahun, Melinda," ucapnya dengan lembut.Melinda terdiam sejenak, matanya memancarkan kekaguman dan kebahagiaan yang tak terkatakan. "Terima kasih, Adam. Aku... aku benar-benar tidak mengira kalau kamu akan menyelenggarakan ini.""A-aku bahkan melupakan hari ulang tahunku sendiri," ucapnya dengan perasaan haru yang tertahan.Adam mendekatinya dan menawarkan tangannya. "Ayo, mari kita berdansa bersama."Mereka berdansa di tengah-tengah ruangan yang dipenuhi dengan kegembiraan dan tawa. Melihat balon-balon yang melayang di langit-langit, Melinda merasa hangat di dalam hatinya. Meskipun awalnya terkejut karena lupa tentang ulang tahunnya sendiri, dia merasa sangat bersyukur atas kejutan indah ini.Pada akhirnya, hari itu tidak hanya menjadi ulang tahun yang istimewa bagi Melinda, tetapi juga momen yang akan selalu diingat sebagai bukti kasih sayang dan perhatian dari Adam."M
Malamnya, Melinda tidak sanggup memejamkan mata karena masih terbayang dan terpesona dengan apa yang Adam lakukan untuknya. "Melinda i-care," gumamnya berulang, membayangkan sebuah yayasan sosial bagi anak-anak panti asuhan yang sungguh didambakan olehnya selama ini.Tiba-tiba, teleponnya berdering, menarik perhatian Melinda dari lamunannya. Dia tersenyum saat melihat nama Adam muncul di layar."Halo, Adam," sapa Melinda dengan suara lembut."Halo, sayang. Aku hanya ingin mengucapkan selamat malam dan berharap kamu tidur dengan nyenyak," ucap Adam dengan penuh perasaan.Terharu oleh kehangatan dalam suaranya, Melinda menjawab, "Terima kasih, Adam. Aku benar-benar terkesan dengan hari ini. Terima kasih atas semua yang telah kau lakukan untukku.""Kamu pantas mendapat yang terbaik, Melinda. Aku berharap ulang tahunmu menjadi yang tak terlupakan," kata Adam dengan lembut."Aku tidak akan pernah melupakan hari ini. Dan... terima kasih atas semua