Menikah dengan pria tampan dan mapan pasti menjadi dambaan bagi setiap kaum hawa. Apalagi jika yang menikahi adalah seorang pengusaha muda yang sukses di bidang property seperti Bastian Pramoedya. Namun, bagaimana jika pernikahan tersebut dilandaskan oleh keterpaksaan dan pria itu hanya menjadi pengganti sang adik yang kabur di hari pernikahan karena tertuduh menghamili sahabat dari pengantin wanita? Awal-awal pernikahan antara Arandita dan Bastian terasa berat. Selain wajah Pria itu selalu mengingatkan Arandita pada Bobby yang sudah mengkhianati cintanya, terlebih sikap Bastian yang begitu dingin padanya. Akan tetapi, lama-kelamaan, kebersamaan mereka menumbuhkan benih-benih cinta di hati masing-masing. Lalu bagaimana jika Arandita kemudian mengetahui Bastian mau menjadi pengganti demi untuk menutup kabar yang menyatakan Bastian adalah pria tidak normal? Bagaimana pula jika ternyata Bobby bisa membuktikan bahwa dirinya tidak bersalah dan memohon Arandita untuk kembali padanya? Akankah kisah antara Bastian dan Arandita berakhir dalam perceraian ataukah akan bersatu untuk selamanya?
View More"Aku hanya takut Abang salah paham, aku beneran sudah tidak ada hubungan apa-apa dengan Arandita," jelas Bobby, dia sedikit takut pada Bastian setelah mendapatkan ancaman waktu itu. Perusahaannya sudah semakin maju dan dia tidak ingin ada badai lagi jika Bastian mengambil tindakan."Sudahlah kau boleh pergi biar aku yang masak untuk istriku," ucap Bastian dengan ekspresi datar."Lah-lah nggak ada hubungan apa-apa katamu?" Arandita menarik baju Bobby dengan kasar dan menatap tajam wajah adik iparnya itu. "Aku ini kakak iparmu Bob! Sebagai adik kamu harus nurut!" seru Arandita sambil berkacak pinggang. Bukan hanya Bobby, Bastian pun terbelalak melihat tingkah Arandita yang aneh."Biarkan dia pergi Sayang, aku yang akan masakin buat kamu. Katakan saja kamu ingin makan apa?" Bastian mendekati Arandita lalu merengkuh pinggang sang istri."Menyingkir Mas, kamu bau!" Arandita mendorong tubuh Bastian hingga sang suami hampir oleng lalu Arandita menjepit hidungnya.Bastian mengendus bahu tubu
Sudah satu bulan Bastian dan Arandita menempati rumah baru, sudah selama itu juga Annin tinggal bersama ayah kandungnya. Hari ini Arandita merasa kesepian tinggal sendiri setelah Bastian berangkat bekerja."Apa aku salah ya, seharusnya aku mengizinkan Mas Bastian membawa Bik Lin ke sini." Arandita kepikiran karena telah menolak penawaran Bastian beberapa waktu yang lalu. Inginnya dia hidup berdua bersama sang suami dan ingin melayani suaminya sendiri tanpa bantuan orang lain. Namun, sekarang baru terasa kalau dia merasa sepi hampa jika sudah ditinggal suaminya.Sebelumnya Lean masih sering membawa Annin ke rumah mereka akibat anak itu selalu bertanya tentang Arandita sehingga Arandita masih merasa ramai dengan keberadaan Annin.Arandita menghela nafas panjang lalu melempar kerikil pada ombak yang bergulung. Ya di sinilah, di tepi pantai yang berada tepat di depan rumahnya Arandita sering menghabiskan waktu kesendiriannya. Andai saja Bastian mengizinkan Arandita untuk pergi ke kafe set
"Mana putriku?" tanya Lean dengan suara lirih. Bibir dan tangannya masih bergetar lemah. Leo langsung membawa Annin duduk di sisinya. Annin tidak mau tetapi Arandita mencoba membujuk. Dokter di samping mereka pamit setelah melepaskan selang-selang yang menempel pada tubuh Lean. Leo sendiri mengucapkan rasa syukur dalam hati. Baginya ini sebuah keajaiban Lean bisa siuman dari komanya, padahal tadi pagi keadaan saudara kembarnya sudah berada dalam tahap tidak dapat diharapkan lagi. Kata dokter kemungkinan hidupnya sangat tipis dan Lean hanya menunggu waktu saja.Saat Lean hendak duduk Leo mencegahnya. "Lebih baik berbaring dulu. Keadaanmu belum pulih benar." Lean mengangguk dan tidak jadi bangkit dari berbaringnya. Namun demikian, pria itu berusaha membujuk agar Annin mau bicara dengannya. Awalnya Annin menolak dan terus bersembunyi. Lambat laun anak kecil itu bid menerima keberadaan Lean di sampingnya karena Lean memang pandai mengambil hati anak kecil."Terima kasih ya Arandita dan B
Arandita lalu menelpon Pak Furqan dan meminta tolong untuk membawa Annin ke rumah sakit tempat Lean dirawat. Sebelum ayahnya datang dia dan Bastian tiba terlebih dahulu. Jadi keduanya menunggu di luar rumah sakit.Saat ada sebuah taksi berhenti di depan rumah sakit Arandita selalu melihat dengan seksama, berharap itu adalah ayah atau ibunya. "Ternyata bukan." Selalu kecewa setiap kali yang keluar dari taksi adalah orang lain."Telepon saja deh Sayang daripada gelisah terus seperti itu!" Bastian terkekeh melihat ekspresi sang istri. Istrinya itu akhir-akhir ini memang sering tidak sabaran. Arandita mengangguk dan Bastian tersenyum.Saat Pak Furqan mendapatkan panggilan dari Arandita. taksi yang baru ditumpanginya sudah tiba di depan rumah sakit. Jadi pria itu memilih mengabaikan telepon dari putrinya sebentar. Ketika kakinya menginjak lantai pria itu melihat Arandita melambaikan tangan dengan antusias. Bibirnya tersenyum lebar."Ada apa sih hingga harus tergesa-gesa membawa Annin ke ru
Fajar menyingsing, matahari mulai naik dari cakrawala. Sinarnya menciptakan kehangatan di pagi yang indah. Arandita duduk di depan cermin sambil menyisir rambutnya yang basah sedangkan Bastian masih berkutat di kamar mandi. Sesaat kemudian pria itu keluar dengan tubuh terlilit handuk dengan rambut yang basah pula. Saat memandang sang istri ia tersenyum puas. "Kita kemana hari ini Mas?" Arandita bertanya sambil memandang tubuh gagah suaminya lewat pantulan cermin."Ada request?" Bastian balik bertanya karena memang tidak ada rencana. Hari ini dan beberapa hari ke depan ia hanya ingin menghabiskan waktu berdua bersama sang istri. Bastian melangkah ke arah Arandita dan berdiri di belakangnya.Arandita menggeleng. Wanita itu meletakkan sisir dan bangkit dari duduknya. Tubuhnya berbalik dan menatap wajah Bastian lamat-lamat. "Kamu tidak masuk kerja?""Tidak dulu, saya sudah memberi tahukan pada Rafi."Kali ini Arandita mengangguk. Bastian tersenyum kembali lalu mengucapkan terima kasih."
Matanya pun nampak berkaca-kaca, sungguh Arandita tidak menyangka Bastian memberikan kejutan seperti ini padanya. Baginya ini terlalu istimewa."Mas, terima kasih," ucap Arandita sambil menyeka air mata. Tangis haru mewarnai wajahnya yang cantik.Bastian meraih tisu lalu mengelap pipi dan sudut mata Arandita yang basah. Pria itu menangkup wajah sang istri lalu menatapnya lekat-lekat. "Terima kasih sudah mau melangkah sejauh ini bersama, terima kasih sudah mau menjadi teman hidupku." Bastian tersenyum lalu mendekatkan bibirnya ke wajah sang istri. Saat Bastian mengecup keningnya mata Arandita terpejam, menikmati sentuhan benda kenyal di pelipisnya. Mereka berdua lalu berpelukan erat, untuk sesaat larut dalam irama hati yang senada."Kita ke sana yuk!" ajak Bastian dan Arandita langsung melepaskan pelukan mereka. Bastian menggenggam tangan sang istri dan menuntunnya ke meja. Setelah sampai di sisi meja, Bastian menyingkirkan lilin yang tepat berada di hadapan dan meminta Arandita untuk
Sepanjang perjalanan Bastian hanya diam saja membuat hati Arandita semakin cemas."Mas, kita akan kemana?" Tak tahan dengan keterdiaman mereka akhirnya Arandita buka suara. "Nanti kamu akan tahu sendiri," jawab Bastian tanpa menatap sang istri hingga Arandita mendesah kasar."Kenapa Mas Bastian kembali main rahasia-rahasiaan begini? Apakah Mas tidak tahu kalau jantung Arandita pun tidak sehat karena ini semua?"Bastian terkekeh mendengar ucapan sang istri. Arandita langsung tersenyum dan bernafas lega karena ternyata suaminya tidak marah."Kenapa bisa tidak sehat?""Karena jedug-jedug nggak karuan melihat ekspresi Mas Bastian, sudah gitu nggak ngomong lagi.""Aku lagi konsentrasi nyetir, tahu sendiri kan, keadaan jalanan seperti apa? Ditambah belakangan juga ramai. Aku harus memastikan istriku aman. Kenapa jedag-jedug, bukannya kita sudah terbiasa senam jantung berdua setiap hari?""Cuma takut Mas Bastian marah.""Atas?""Foto-foto Bobby di kamarku."Bastian menatap ke arah Arandita
"Kamu menemui Agresia?" tanya Bastian sambil melirik ke arah sepasang kekasih yang berjalan menjauh. "Ya begitu deh Mas, jadi malas aku gara-gara jawaban dia yang menjengkelkan," sahut Arandita lalu menggandeng tangan Bastian dan membawanya menuju rumah orang tuanya."Memang kamu ngomong apa sama dia?" Bastian mengerutkan kening melihat raut wajah istrinya yang nampak emosi."Aku bilang Annin bersamaku barangkali dia kangen dan ingin melihat putri kandungnya. Eh jawabannya dia bilang kalau aku hanya mau fitnah dirinya di depan pacarnya dan dia sudah menganggap Annin anak haram dan sudah mati. Kurang aja sekali nggak sih?"Kedua orang tua Arandita hanya menggeleng mendengar penjelasan putrinya sedangkan Bastian tersenyum miris."Biarkan saja, nanti kalau dia sudah bosan dengan dunianya dia akan menyesal dan pada saat itu mungkin saja Annin tidak akan mau mengakuinya." Melihat penampilan Agresia yang sangat terbuka dan tidak seperti biasanya Bastian dapat menebak kalau wanita itu menj
"Iya Yah, kami paham, iya kan Sayang?" Bastian tersenyum ke arah sang istri dan Arandita menjawab dengan anggukan."Aku pamit mandi dulu ya, nggak nyaman ini." Bastian menggerakkan baju atasan."Iya Mas sana!"Bastian mengangguk lalu menunduk kepada ayah dan ibu mertuanya. Setelah itu barulah pria itu menarik handuk dan masuk ke kamar mandi."Ibu dan ayah keluar dulu ya," pamit Devina lalu menarik tangan sang suami agar keluar dari kamar anak dan menantunya. Sungguh ia takut Bastian tidak nyaman di kamarnya sendiri karena ada orang tua Arandita mengingat pria itu sedang mandi."Iya Bu, tapi jangan pulang dulu ya, Aran masih kangen.""Oke, kamu istirahat dulu, ayah sama ibu mau jalan-jalan di luar." Arandita mengangguk dan hanya diam menatap punggung kedua orang tuanya yang berlalu dari kamar."Eh besan mau kemana?" tanya nenek menyambut kedua orang tua Arandita dengan senyuman ramah."Jalan-jalan di luar Nyonya," sahut Devina."Oh boleh-boleh, tapi jangan jauh-jauh ya, nanti kita maka
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.