Share

Pernikahan Kontrak 100 Miliar
Pernikahan Kontrak 100 Miliar
Penulis: Talaka

Bab 1. Tunangan Berselingkuh

Sepatu hak tinggi 5 cm berwarna peach menapaki lantai marmer putih menggemakan suara yang berirama. Pemilik sepatu memiliki kaki yang putih bersih, lurus dan panjang. Dress berwarna peach senada dengan sepatu dan tas tangan yang dipegang di tangannya. Sebuah senyum manis tersungging di bibir merah mudanya setiap kali melihat karyawan yang menatapnya.

Para karyawan tersipu melihat senyum nona muda yang cantik dan lembut itu. CEO mereka benar-benar beruntung memiliki tunangan seperti itu.

Pemilik sepatu peach terus berjalan memasuki lift dan naik ke lantai atas menuju kantor CEO. Setibanya di depan pintu tanpa mengetuk dia langsung membuka pintu itu.

Bibir yang tadinya masih tersenyum berubah datar melihat pemandangan di depan matanya. Dilihatnya tunangannya tengah berciuman dengan seorang wanita lain di pelukannya.

Wajah cantik itu membeku tidak percaya, matanya memerah berembun, hingga setitik air mata terjatuh melintasi kulit yang halus dan lembut. Bibir merah mudanya mengerucut berusaha menahan rengekan yang ingin keluar dari bibirnya.

Akhirnya sebuah kata dia beranikan meluncur dari mulutnya. "Evan...." Suaranya gemetar menyebut nama itu, nama milik tunangannya, Evan Andreas.

Dua orang yang menikmati ciuman prancis tersadar mendengar suara itu. Wanita di pelukan Evan langsung menjauh dan berdiri di samping Evan menunduk malu tidak berani menatap ke arah pemilik suara.

Evan yang telah sadar melihat ke arah pintu di mana ada tunangannya, Asrina berdiri di sana. Bukannya khawatir Evan malah terlihat marah saat melihat Asrina.

Asrina bergegas memasuki ruangan dan berhenti di depan meja menatap Evan dengan sedih. "Siapa wanita ini Evan? Kenapa kamu melakukan itu?" tanya Asrina kecewa.

"Dia pacarku. Kenapa kamu datang ke sini?" tanya Evan kesal.

Asrina tertegun mendengar jawaban Evan, hatinya terasa perih bagai disayat pisau. Dia tidak pernah menyangka tunangannya berselingkuh di belakangnya.

Wanita yang berdiri menunduk di samping Evan langsung mengangkat wajahnya menatap Evan terkejut. "Tidak, saya bukan pacar Anda. Saya hanya sekretaris Pak Evan," bantah Bella cepat menatap Asrina sambil menggelengkan kepalanya.

Bella tidak menyangka akan dilihat oleh tunangan bosnya seperti ini. Dia tidak ingin tunangan bos jadi salah paham.

Asrina tidak percaya dengan ucapan Bella, dia lebih percaya apa yang dikatakan Evan, mana ada seorang sekretaris semata bisa berduaan hingga berciuman dengan bosnya seperti itu. Mereka pasti berselingkuh.

"Apa maksudmu Evan? Aku tunangan kamu. Kenapa kamu berbuat seperti itu padaku?" Asrina berusaha tenang mencoba memberi Evan kesempatan untuk menjelaskan. Mungkin Evan hanya marah padanya, ingin membuatnya cemburu.

Ya, pasti seperti itu.

Selama ini mereka bertunangan Asrina tidak pernah melakukan tindakan intim dengan Evan seperti berciuman. Bahkan berpegangan tangan pun hanya sesekali. Setiap kali Evan ingin menciumnya Asrina selalu menghindar, bukan karena apa, tapi Asrina ingin memberikan dirinya seutuhnya pada pria yang telah menjadi suaminya, termasuk ciuman pertamanya. Dia tidak ingin melakukan itu sebelum menikah.

"Kamu bukan lagi tunangan ku. Pertunangan kita sudah dibatalkan," beber Evan.

"Apa?!"

"Bagaimana bisa? Kamu pasti berbohong kan sama aku? Katakan padaku kalau kamu bercanda kan Evan?" Asrina merasa putus asa melihat Evan menggelengkan kepalanya.

Pertunangan mereka selama 3 tahun ini benar-benar sudah berakhir. Kenapa?

"Pertunangan kita adalah masalah bisnis keluarga. Kenapa kamu bisa mengatakan pertunangan kita berakhir?"

"Ya, kita bertunangan hanya untuk bisnis keluarga. Dan bisnis itu sekarang sudah berakhir. Jadi, tidak ada gunanya kamu menjadi tuananganku," lontar Evan acuh.

"Kamu bisa pergi sekarang," sambungnya.

Melihat wajah Evan yang marah dan mengusirnya membuat hati Asrina semakin sakit. Dia pun berbalik dan berlari meninggalka ruangan itu.

Dengan berderai air mata Asrina keluar dari perusahaan Evan. Para karyawan yang melihat Asrina berlari sambil menangis tertegun dan penuh ingin tahu. Kenapa tunangan bos menangis setelah keluar dari ruangan bos? Apa mereka bertengkar?

Benarkah hubungan mereka 3 tahun ini tidak ada artinya bagi Evan? Sebegitu mudahnya dia memutuskan pertunangan dan mencari wanita lain.

ꕤꕤꕤ

Asrina Gazbiyya Morael, putri semata wayang Morael dan Kinanti, merupakan salah satu keluarga kaya tingkat 3 di kota Jampu. Asrina yang kini berusia 25 tahun selalu di lindungi oleh keluarganya. Sehingga dia tetap bisa mempertahankan kepolosan dan kebersihan hatinya meski hidup di kota metropolitan yang penuh intrik.

Pertunangan Asrina dengan Evan Andreas, CEO Andreas Corporation merupakan salah satu intrik bisnis untuk kemajuan kedua perusahaan. Kepentingan perusahaan kini sudah berubah, jadi Evan langsung membatalkan pertunangan keduanya.

Awalnya Evan sangat senang bisa bertunangan dengan Asrina yang memiliki wajah yang sangat cantik. Namun, seiring waktu Evan merasa bosan, Asrina seperti anak kecil tidak mengerti hubungan antar pria dan wanita. Asrina selalu menghindar setiap kali dia ingin memeluk atau menciumnya. Dia pria normal yang ingin bermesraan dengan tunangannya, tapi Asrina seperti batu yang tidak mempan bagaimana pun dia membujuknya.

Atau harus dia katakan hatinya sangat murni dan polos berkat ajaran kedua orang tuanya yang saat kaku dan kolot. Ya, Asrina yang polos dan lugu, penuh pengekangan, menganggap semua hal di dunia ini baik adalah hasil didikan papa dan mamanya yang sangat tradisional dalam hal hubungan.

Kedua orang tua Asrina awalnya hanya berasal dari desa yang perlahan berkembang di kota menjadi salah satu keluarga kaya. Karena mereka selalu menanamkan kesederhanaan dan kebaikan dalam diri Asrina.

Asrina yang terus berlari hingga keluar dari gedung perusahaan tanpa melihat jalan hampir saja tertabrak mobil. Untungnya sopir mobil itu bertindak cepat langsung menginjak rem saat melihat seorang wanita berlari keluar.

Melihat mobil yang berhenti hanya beberapa sentimeter dari dirinya membuat jantung Asrina serasa keluar dari tempatnya. Dia memegang dadanya syok sambil melihat ke arah mobil di depannya. Air mata masih berderai di wajah cantiknya yang sekarang basah oleh air.

Pak Sopir yang melihat wanita itu berdiri diam dan terus menagis segera keluar dari mobil menghampiri Asrina. "Kamu tidak apa-apa kan, Nona?" tanya Sopir itu khawatir.

"Apa Nona terluka? Haruskah saya antar Anda ke rumah sakit?" tanya Sopir itu lagi.

Asrina yang telah sedikit tenang melihat ke arah Pak Sopir dan mengangguk secara tidak sadar.

"Kalau begitu Nona naik ke mobil. Saya akan membawa Anda ke rumah sakit," kata Pak Sopir menunjuk ke mobil.

Asrina yang pikirannya berantakan mengangguk dan berjalan menuju pintu penumpang belakang. Pak Sopir juga segera masuk ke dalam mobil.

"Tuan, sepertinya wanita itu terluka dan perlu ke rumah sakit," ucap Pak Sopir melihat bos yang duduk di kursi belakang.

"Baik." Suara dalam dan tenang pria itu terdengar menjawab Pak Sopir.

Asrina membuka pintu mobil, masuk, duduk, memasang sabuk pengaman secara mekanis. Setelah duduk dia baru sadar kalau ada orang lain di dalam mobil itu.

Menoleh ke samping dilihatnya seorang pria tampan mengenakan setelan jas berwarna hitam. Sebuah dokumen dipegang di pangkuannya. Pria itu memancarkan aura tegas, sombong, dan tidak mudah di dekati. Meski wajahnya sangat tampan, tapi terlihat muram, lelah, dan lingkaran hitam terlihat jelas dibawah matanya.

Pria itu memiliki rambut pendek, alis pedang, mata sayu akibat kurang tidur, bulu mata yang panjang, hidung tinggi, dan bibir yang tipis. Pria itu lebih tampan dari tunangannya, Evan.

Memikirkan Evan membuat Asrina merasa sedih, matanya terasa panas lagi dan air mata mulai keluar lagi. Asrina memalingkan muka ke arah jendela mobil sambil menyandarkan kepalanya ke kursi. Dia tidak sanggup menahan air matanya meski duduk bersama orang asing. Dengan tangan sebagai penutup Asrina terus melampiaskan kesedihannya, membiarkannya hanyut bersama air mata.

Mamanya pernah berkata jika dia sangat sedih dan ingin menangis, maka menangislah. Jangan ditahan, karena dengan mengeluarkannya kesedihannya akan berkurang hingga lenyap dan hatinya tidak akan sedih lagi.

ꕤꕤꕤꕤꕤ

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status