Namun, Stefan tiba-tiba saja membatalkan niatnya untuk menelepon Nenek. Dia harus menyelesaikan masalah ini sendiri. Semua ini adalah keputusannya dan jalan yang sudah dia pilih. Dia sadar, kemarahan Olivia adalah sesuatu yang pasti tidak bisa dia hindari. Hal yang harus Stefan lakukan sekarang adalah minta maaf dan memberikan penjelasan kepada Olivia. Bahkan Stefan bersedia mengejar istrinya kembali agar bisa memenangkan hati istrinya lagi. Dia harus melakukan semua ini sendiri dan tidak bisa berharap kepada neneknya. Lagi pula, semua keluarga Adhitama juga ikut membohongi Olivia. Jadi, kemungkinan besar Olivia tetap akan sulit memaafkannya, sekalipun ada Nenek yang menengahi mereka. Bahkan Olivia mungkin juga akan menyalahkan Nenek karena Nenek adalah orang pertama yang berusaha menyembunyikan identitas Stefan. Pastinya ada banyak orang yang sudah melihat wawancara Stefan termasuk Olivia. Reaksi orang-orang bisa dibilang biasa saja. Walaupun mungkin ada beberapa orang yang merasa
Kedua orang tua itu terus membahas mengenai jumlah uang yang akan mereka terima ketika merayakan tahun baru nanti. Mereka berdua sudah menghabiskan tabungan mereka untuk perawatan ibu yang jatuh sakit. Sekarang mereka gelisah karena tidak memiliki uang. Jadi, mereka mengharapkan uang dari orang-orang itu agar mereka bisa menabung untuk hari tua mereka. “Pah, aku dengar kalau suaminya Olivia adalah keluarga Adhitama yang kaya raya. Mereka adalah keluarga miliarder nomor satu di Mambera,” ujar Bobby antusias.Fadil langsung menatap putranya dengan tatapan tidak percaya. Suami Olivia adalah penerus keluarga miliarder nomor satu di Mambera? Miliarder? Bukankah itu artinya dia benar-benar kaya raya? “Bobby, kamu serius?” tanya Fadil.“Aku serius, Pah. Aku nonton wawancara dia di TV, kok. Papa ingat kan ketika kita bertemu keluarga Adhitama dan ada yang disebut sebagai penerus keluarga Adhitama. Ya, dia itu orangnya si Stefan Adhitama. Aku yakin banget, kok,” ujar Bobby penuh keyakinan. F
“Stefan belum kembali ke kantor? Jadi, dia tidak ada di ruangannya?” tanya Olivia tidak percaya.Ke mana Stefan pergi? Kenapa dia belum kembali ke kantornya? Bukannya dia diwawancarai di kantornya sendiri?Olivia berpikir kalau tempat Stefan wawancara adalah di kantornya karena ruangan itu terlihat sangat mewah dan asing bagi Olivia. Sebenarnya, Olivia juga tidak pernah masuk ke dalam kantor Stefan, tapi entah kenapa dia berpikir seperti itu. Olivia pernah beberapa kali datang ke Adhitama Group. Namun, Stefan tidak pernah membawa Olivia ke ruangan kantor Stefan yang sesungguhnya. Stefan hanya membawanya ke sebuah bilik kerja yang Stefan bilang sebagai tempat kerjanya saat itu. Kemudian Olivia teringat akan kantor Calvin Adhitama yang ditulis sebagai ruangan wakil direktur. Ternyata seluruh anggota keluarga Adhitama sudah bersekongkol untuk menipu Olivia. Wajah Olivia langsung terlihat sangat kesal setelah teringat kalau Stefan sudah menipunya habis-habisan.“Bu Olivia, sepertinya Pa
Junia baru saja menelepon Reiki dan memberitahu Reiki kalau sepeda motor listriknya mogok di tengah jalan menuju Adhitama Group. Junia mengatakan kalau dia tidak bisa mendorong sepedanya kembali ke toko buku karena jaraknya sudah terlalu jauh. Dia juga masih terlalu jauh jika harus mendorong sepedanya sampai Adhitama Group. Oleh karena itu, Junia bergegas menelepon Reiki untuk meminta bantuannya. Ini adalah pertama kalinya Junia meminta tolong pada Reiki. Dia ingin meminta Reiki untuk menjemputnya agar dia bisa menenangkan sahabatnya. Kalau bukan karena Olivia, Junia pasti sudah meminta adiknya untuk menjemputnya dan bukan Reiki.Di sisi lain, Reiki sekarang sedang menghadapi Olivia yang terlihat sangat marah. Dia pun meminta Olivia untuk duduk dulu dan menunda rencananya untuk menjemput Junia. “Bu Olivia mau minum apa?” tanya Reiki sopan.“Tidak perlu! Aku cuma mau tanya beberapa hal sama kamu. Apa benar Stefan adalah penerus Adhitama Group? Apa dia juga atasanmu?” tanya Olivia deng
“Bu Olivia, bagaimanapun juga cinta Pak Stefan ke Ibu itu nyata. Dia benar-benar mencintai Bu Olivia. Jadi, Ibu tidak perlu meragukannya sama sekali,” jelas Reiki. Olivia langsung terkekeh dengan mata yang tiba-tiba berair. Dia langsung berdiri sambil mengangkat tangannya lalu mengusap matanya.“Terima kasih Pak Reiki atas penjelasannya. Maaf karena sudah mengganggu Bapak. Kalau begitu saya pamit dulu,” ujar Olivia. Reiki sama sekali tidak berusaha menahan Olivia setelah mendengar kata pamit yang terucap dari mulutnya. Kemudian dia juga ikut berjalan mengikuti Olivia seraya berkata, “Bu Olivia, saya tahu Ibu pasti sangat kaget dan marah atas berita ini. Tapi, Stefan sangat serius dengan perasaannya. Saya harap, Ibu bisa memberikan Stefan sedikit kesempatan untuk menjelaskan semuanya setelah Bu Olivia merasa sedikit lebih tenang. Bagaimanapun juga kalian berdua kan suami istri.”Olivia sama sekali tidak mengatakan sepatah kata pun untuk menanggapi perkataan Reiki. Wajahnya masih saja
Daniel dan Odelina akhirnya tiba di Adhitama Group. Mereka juga membawa Junia bersama dengan mereka. Mereka bertemu Junia di perjalanan ketika Junia sedang terlihat cemas dengan sepedanya yang kehabisan daya. Dia pun bergegas masuk ke dalam mobil Daniel dan meninggalkan sepedanya di pinggir jalan dalam keadaan terkunci. Dia akan kembali dan mengambil sepedanya setelah berhasil menenangkan Olivia.“Olivia!”“Olivia!”Odelina dan Junia bergegas menghampiri Olivia setelah mereka turun dari mobil. Bahkan Odelina sampai lupa dan meninggalkan putranya begitu saja. Untung saja ada Daniel yang langsung menggendong Russel bersamanya. Russel juga hanya bisa terdiam pasrah sambil melihat ibunya yang tidak ingat akan keberadaannya. Ibunya langsung berlari menghampiri Olivia setelah turun dari mobil dan meninggalkannya di dalam mobil Daniel. Daniel mengatakan kalau dia akan menggendong Russel turun dari mobil. Namun, Daniel tetap saja tidak menurunkan Russel dari gendongannya setelah mereka berdua
Hati Olivia terasa semakin dingin. Mobil kantor yang biasa digunakan oleh Stefan pastinya adalah mobil yang dibelinya untuk menipu Olivia. Sebaliknya, sekarang Stefan duduk di atas sebuah mobil mewah dengan dikelilingi oleh banyak pengawal. Seperti inilah bentuk asli dari kehidupan seorang miliarder. “Olivia,” panggil Stefan setelah turun dari mobil.“Olivia,” ujarnya kembali.Dia berdiri di hadapan dua saudari ini. Kemudian Stefan berkata kepada Odelina, “Kak, aku tahu aku salah. Sekarang Kakak bisa nggak biarkan aku bicara empat mata sama Olivia?”Odelina tidak menjawab pertanyaan Stefan. Dia hanya melirik ke arah Olivia.“Memangnya apa lagi yang harus kita bicarakan? Kamu itu pewaris keluarga miliarder, sedangkan aku cuma rakyat kecil. Kita benar-benar nggak sepadan, jadi aku juga nggak memenuhi syarat untuk bicara sama kamu,” ujar Olivia ketus lalu menarik kakaknya pergi. “Olivia,” ujar Stefan sambil mengulurkan tangannya berusaha untuk menarik Olivia.“Olivia, kamu bicaralah b
Stefan sebenarnya ingin menggendong Olivia turun dari mobil setelah mereka sampai di Vila Puncak Bukit. “Aku mau turun sendiri. Kamu nggak perlu gendong aku lagi. Kamu juga jangan sentuh aku lagi,” ujar Olivia ketus.Olivia tidak ingin Stefan menggendong ataupun menyentuhnya. Dia dengan cepat turun sendiri dari dalam mobil setelah sempat mendorong Stefan menjauh darinya. Pak Marwan dengan cepat keluar dari dalam rumah, lalu berkata, “Non Olivia.”“Tidak perlu memberiku hormat begitu. Aku bukan orang yang perlu kalian hormati. Lagi pula, aku juga nggak sepadan sama majikan kalian itu,” ujar Olivia ketus. Kekesalannya benar-benar sedang memuncak. Kemudian dia melirik ke arah Stefan lalu berkata, “Kamu masih mau bilang kalau kamu tinggal sendirian? Akting kamu itu natural banget, ya. Kamu bisa berbohong dengan mudahnya, tanpa naskah, wajahmu juga nggak kelihatan memerah, bahkan napasmu juga biasa saja.”Akting Stefan memang sangat bagus sampai Olivia tidak bisa melihatnya. Mungkin bis
Pak Samuel, ini bukan soal utang uang dan nggak punya uang untuk bayar utang. Kalau begitu, apa karena utang perasaan? Saya lihat Pak Samuel baik banget sama perempuan itu. Sudah ditendang pun Pak Samuel nggak marah.”Samuel juga tidak berusaha menutupi perasaannya terhadap Rubah. “Tebakanmu benar sekali. Aku ingin jadikan dia sebagai ibu bos kalian. Tapi sayangnya aku belum berhasil. Aku sudah kenal dia selama tiga mau empat bulan. Aku bahkan nggak tahu namanya, juga nggak bisa dapatkan nomor teleponnya.”“Nggak mungkin. Pak Samuel bukan hanya bos kami. Pak Samuel juga tuan muda keempat dari keluarga Adhitama. Di luar sana, ada begitu banyak perempuan yang rela melakukan apa saja demi bisa menikah dan menjadi menantu keluarga Adhitama. Bagaimana mungkin dia nggak suka Pak Samuel? Setelah kenal begitu lama, dia bahkan nggak beritahu namanya. Kecuali dia bukan perempuan normal, atau dia sudah menikah. Pak Samuel, jangan-jangan dia suka sama perempuan? Lesbian gitu?”Samuel langsung meme
Sebenarnya berapa banyak utang Samuel kepada perempuan berbaju merah itu? Perempuan itu tampak tidak senang. Apakah karena dia gagal menagih utangnya?Rubah masuk ke dalam lift. Samuel ingin mengikutinya, tapi Rubah menendangnya keluar dari lift. Sekretaris Samuel menyaksikan bosnya ditendang keluar dari lift hingga mundur ke belakang lalu jatuh dan duduk di lantai. Samuel terlihat kasihan, tapi juga terlihat lucu.Si sekretaris diam-diam tertawa, lalu cepat-cepat berhenti tertawa. Takut ketahuan oleh bosnya. Bisa-bisa dia dipecat.Setelah pintu lift tertutup, Samuel baru berdiri. Dia mengusap perutnya sambil bergumam, “Tendangannya benar-benar kuat. Sakit juga ternyata.”Lift sudah turun ke bawah. Meskipun Samuel ingin mengejar tetap saja tidak bisa. Apa daya, dia hanya bisa kembali ke ruangannya. Tiba-tiba, Samuel teringat dengan pesan neneknya. Semoga Samuel tidak menyesal di kemudian hari.Apakah karena neneknya tahu kalau Rubah tidak mudah untuk ditaklukkan? Ada kemungkinan Samuel
“Samuel, Pak Samuel, coba kamu katakan apa yang harus aku lakukan agar kamu mau kembalikan barangku? Jangan bilang kamu nggak ingat taruh di mana. Itu hanya alasanmu saja. Aku sama sekali nggak percaya.”Samuel pura-pura bodoh. “Apa pun yang kamu lakukan juga nggak ada gunanya. Aku benar-benar nggak ingat. Terserah kamu percaya atau nggak. Nggak ingat ya nggak ingat. Kalau kamu benar-benar mau cari kakak iparku, cari saja. Kakak iparku memang ramah dan mudah didekati. Dia juga suka berteman. Dia paling suka berteman sama orang seperti kamu. Oh ya, kakak iparku juga menguasai ilmu bela diri. Kalau kamu sempat, kamu bisa coba lawan dia.”“Tapi kakak iparku sedang hamil. Lebih baik tunggu sampai keponakanku lahir saja baru kamu coba lawan dia. Sekalipun kamu minta dia datang dan minta barang denganku, percuma saja. Paling-paling kakak iparku merasa kesal. Nanti kakakku yang pukul aku.”Samuel bersikap seperti orang tidak tahu malu. Sikapnya membuat Rubah marah bukan main, tapi tidak bisa
Rubah duduk tegak, lalu mengambil gelas berisi air hangat. Dia minum beberapa teguk, lalu pura-pura hendak menyiram Samuel dengan air. Samuel hanya menatapnya sambil tersenyum. Akhirnya, Rubah meletakkan gelasnya.“Nggak usah sanjung-sanjung aku begitu. Aku hanya ingin tanya. Kapan kamu akan kembalikan barangku?”Samuel duduk di seberang Rubah dan tetap memberikan jawaban yang sama. “Aku benar-benar nggak ingat taruh di mana. Sekarang nggak ketemu. Tunggu ketemu, aku akan kembalikan ke kamu. Aku antar sendiri. Kamu kasih saja aku alamat dan nomor teleponmu. Gimana kalau aku ganti yang baru? Kamu bilang saja di mana kamu beli barang itu.”“Kalau bukan punyaku, biar barang baru aku juga nggak mau. Samuel, sudah kubilang. Caramu minta nomor telepon ini terlalu buruk. Sama saja seperti jadi pencuri. Nggak, seperti perampok. Kamu sedang merampok.”Samuel tersenyum tipis. “Rubah, kamu sepertinya sudah lupa gimana aku bisa ambil barang itu dari kamu. Kalau kamu nggak bersikap sopan padaku leb
Samuel membuka pintu dan mempersilahkan Rubah masuk. Semua orang melihat gadis berbaju merah itu berjalan dengan arogan. Sedangkan Samuel tetap memasang wajah tersenyum. Samuel benar-benar seorang pria berkelas, juga memiliki temperamen yang sangat baik.Di antara saudara-saudaranya, Samuel memang memiliki temperamen yang lebih baik. Akan tetapi, dia tetap bersikap serius dan tegas di perusahaan, sehingga meninggalkan kesan-kesan kepada karyawannya kalau dia sosok yang serius dan tegas. Semua orang sering bilang kalau Samuel sangat mirip dengan kakak sepupunya, Stefan. Meskipun mereka belum pernah bertemu Stefan secara langsung, mereka sering mendengar kalau Stefan adalah orang yang dingin, tegas dan serius.Barusan mereka dengar Samuel bilang kalau gadis baju merah itu datang untuk menagih utang. Bahkan seorang bos seperti Samuel tetap harus tersenyum saat berhadapan dengan penagih utang. Mereka jadi penasaran berapa besar utang Samuel pada gadis itu.Setelah pintu kantor Samuel ditu
Samuel Group adalah perusahaan yang didirikan oleh Samuel sendiri, tanpa ada hubungan dengan Adhitama Group. Bahkan, tidak ada interaksi bisnis di antara keduanya, terutama karena industri yang digeluti perusahaan ini sama sekali tidak ada hubungannya.Baru saja selesai rapat dan kembali ke kantornya, Samuel mendengar suara familier yang disertai nada marah begitu dia tiba di depan pintu kantornya. "Samuel!" Rubah itu datang. Samuel menoleh ke arah suara tersebut dan melihat si Rubah yang masih mengenakan gaun merah. Meskipun model pakaiannya berbeda, warnanya tetap merah. Di malam hari, melihatnya dengan pakaian merah menyala membuatnya tampak sangat mempesona. Di siang hari, dia bahkan terlihat lebih luar biasa. Kecantikannya begitu mencolok dan penuh percaya diri. Namun, satu-satunya masalah adalah temperamennya yang tidak begitu baik. Meskipun begitu, kepribadiannya yang seperti itu membuat Samuel menyukainya. "Pak Samuel, perempuan ini bersikeras ingin menemui Anda. Kami suda
“Nenek, kami akan makan siang dulu, lalu istirahat sebentar, setelah itu kembali ke kota. Setelah menjemput Russel, kami akan pergi ke rumah tanteku untuk makan malam,” kata Olivia. Nenek mengangguk. “Baiklah, aku akan bersiap-siap. Aku akan ikut kalian ke sana. Jarang sekali para orang tua itu datang ke Mambera. Aku harus menunjukkan keramahan sebagai tuan rumah. Setelah itu, aku akan tinggal di rumah kalian selama beberapa hari. Sebelum aku datang tadi, apa yang kalian bicarakan?” Nenek tiba-tiba mengalihkan topik pembicaraan, membuat ketiganya terdiam sejenak. Dewi pun menjawab,“Setelah liburan musim dingin, Russel akan pergi ke rumah keluarga Junaidi untuk bermain. Olivia dan Stefan lagi sibuk kerja, jadi aku akan ikut ke sana untuk menjaga Russel, agar mereka bisa bekerja dengan tenang. Kami akan berusaha menyelesaikan pekerjaan lebih cepat supaya bisa libur lebih awal.” “Ma, apakah Mama ingin ikut juga?” “Tentu saja! Aku sangat merindukan cicit perempuanku. Nanti aku akan p
Nenek tertawa dan berkata, “Inilah Yuna yang aku kenal. Kalau memang sesuatu itu milik kita sendiri, maka ambil aja Kembali. Perlu alasan apa lagi?” “Meski kematian nenekmu dan keluarganya nggak ada banyak bukti dari Kakek Setya, dia adalah saksi hidup dari kejadian itu. Apa yang dia katakan juga bisa menjadi bukti. Kalau nenekmu nggak dibunuh, mengapa dia harus dikejar dan dibunuh?” “Orang yang menyelamatkan Kakek Setya adalah Dokter Panca dan teman-temannya. Meski mereka telah pensiun dari dunia persilatan selama puluhan tahun, cerita tentang mereka masih beredar di kalangan masyarakat.""Ditambah lagi dengan reputasi Dokter Dharma, mereka kembali menjadi perhatian publik, membawa kenangan orang-orang terhadap masa lalu mereka.” “Dengan kesaksian mereka kalau Kakek Setya memang dikejar dan terluka parah, setiap kata yang dikatakan Kakek Setya akan dipercaya oleh banyak orang.” “Sekarang, yang terpenting adalah Kakek Setya menjaga kesehatannya. Kalau dia bisa menemani kalian untuk
Olivia menjawab, "Baik, nanti biar Papa dan Mama yang menjaga Russel. Kami akan kembali lebih awal untuk urus pekerjaan. Menjelang Tahun Baru, kami akan kembali menjemput kalian."Para orang tua dari kedua keluarga sudah pensiun dan tidak banyak kesibukan. Jika mereka berkumpul, bahkan hanya untuk bermain kartu, pasti akan terasa ramai. Yose juga pasti akan menyetujuinya.Dewi tertawa senang, lalu pergi ke dapur untuk meminta koki menyiapkan beberapa hidangan favorit Olivia, sambil tetap memperhatikan selera makan putranya juga.Ketika keluar dari dapur, Nenek sudah kembali. Mendengar bahwa cucu pertama dan istrinya datang berkunjung mencarinya, Nenek pun meninggalkan sekumpulan teman lamanya dan kembali ke vila.“Nenek.”Olivia menyapa dengan manis.Senyum Nenek sangat ramah dan penuh kasih sayang. Setelah saling menyapa dengan hangat, Nenek menarik Olivia untuk duduk bersamanya di sofa.Dewi secara pribadi mempersiapkan buah-buahan, camilan, dan berbagai makanan ringan untuk menantu