GEMA ARDANA
Pagi yang cerah bagi jiwa yang sedang berbahagia. Terlihat dari kejauhan seorang pria yang bernama Gema sedang memandang gadis yang sudah sangat memikat hatinya dari jauh jauh hari. Gema seorang pria yang terkenal dengan sikap ramahnya kepada semua teman - teman kampusnya. Gema sangat jarang terlihat mau menjalin hubungan dengan seorang gadis, atau hanya untuk sekedar melakukan pendekatan. Tapi hal ini sangat berbeda dari biasanya. Gema sangat instens memerhatikan semua kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswi yang satu itu. Ntah hal apa yang membuat Gema menjadi tertarik kepadanya. Padahal menurut sahabat-sahabat Gema, gadis itu termasuk gadis yang biasa saja dan dari kalangan yang biasa pula, karena tidak terlihat gadis itu pernah diantar oleh mobil mewah kekampus mereka. Tapi kebalikan dari teman-temannya Gema begitu tertarik dan sangat penasaran dengan mahasiswi yang satu itu. Ibaratnya bagi Gema mahasiswi itu adalah sebuah berlian yang harus diburu walau harus ke ujung dunia sekalipun.
Bree Atmajaya
Pagi yang cerah membuat hati menjadi tidak enak. Bree seorang mahasiswi baru yang baru mulai kuliah semester 1 dikampus terhebat dinegara I. Bree seorang mahasiswi yang tidak mengandalkan fasilitas yang berlebihan dari keluarganya. Padahal keluarga Bree merupakan keluarga pengusaha yang cukup terkenal di negara I. Tetapi dalam kesehariannya Bree merupakan mahasiswi yang sederhana. Bree pertama mulai ke kampus sangat senang, terlihat dari wajahnya yang terus tersenyum. Tetapi akhir-akhir ini senyuman itu mulai hilang, setelah Bree selalu diperhatikan oleh senior kampusnya yang tidak pernah absen untuk memerhatikan Bree. Senior itu sangat tampan dan populer di universitas tersebut. Tetapi Bree tidak suka ada yang memerhatikannya dalam keseharian.
Di Kantin Kampus
"Gue mulai jengah deh dengan senior kita yang satu itu, nggak pernah absen memerhatikan gue setiap hari", Bree berkata kepada sahabatnya Vira saat mereka sedang istirahat di kantin.
"Maksud lo, ada yang memerhatikan loe gitu sekarang, atau loe mulai ada fans fanatik, sehingga membuat loe bosan" Vira yang masih tidak percaya terhadap apa yang dikatakan Bree kepadanya berusah mengolok Bree. Vira tidak yakin ada yang memerhatikan Bree, karena selama ini Vira tau, Bree sangat cuek dengan penampilannya. Padahal Bree sangat cantik. Tanpa polesan make up Bree tetap sangat cantik, apalagi kalau Bree sempat berdandan, artis brandambasador sebuah produk kecantikan mah lewat.
Bree yang kesal dengan tanggapan semena-mena dari sahabatnya itu langsung pergi meninggalkan Vira sendirian di kantin tersebut tanpa sempat mencicipi makanan yang sudah dipesannya. Bree sangat kecewa dengan Vira. Bree berharap Vira mau mendengarkan semua keluh kesahnya, karena Bree tidak punya sahabat lain selain Vira, Bree seorang gadis yang sangat supel dalam bergaul, tetapi dia hanya memiliki satu sahabat yaitu Vira. Bree yang kesal langsung merutuki Vira di dalam hatinya.
Dasar Vira, katanya sahabat. Pas gue cerita malahan dia tidak percaya plus kenapa harus mengejek gue Vir. Gue kan sahabat loe. Loe sahabat gue satu-satunya yang ada di kampus ini Vir. Kesiapa lagi gue harus berbagi cerita kalau bukan ke elo. Ke mommy haduh gue bakalan malu Vir. Loe tega ke gue Vir. Gue mau carita sama loe. Tetapi lo nggak mau denger apa yang mau gue bilangin. Malahan loe berusaha mengejek gue. Loe jahat Vir. Bree berkata di dalam hatinya, dia sangat sedih dengan perlakuan Vira yang notebene merupakan sahabatnya semenjak dia menginjakkan kaki di kampus ternama ini enam bulan yang lalu.
Vira yang ditinggal oleh Bree merasa bersalah kepada Bree. Vira sangat tau kalau Bree sudah kabur tanpa memberi aba-aba, berarti apa yang dikatakan oleh Bree kepada dia tadi adalah kebenaran. Bukan hanya halusinasi dari seorang Bree. Vira yang menyesal telah mengolok Bree tadi berusaha mengejar sahabatnya itu. Vira sangat tau, kalau Bree sempat marah atau ngambek maka selamat Vira akan sangat susah membujuknya. Karena motto hidup Bree adalah Jika saya benar maka saya akan bertahan, tapi kalau saya salah saya akan mengakui dan mundur.
Vira terus berlari sepanjang koridor kampus itu. Vira terus menoleh ke kiri dan kanan jalan, dia berharap akan cepat menemukan Bree dan meminta maaf kepadanya. Pucuk dicinta ulampun tiba, setelah capek mencari Bree kesana kemari. Vira menemukan Bree sedang melamun disebuah bangku taman yang dilindungi oleh pohon matoa yang sedang berbuah lebat di sudut kampus yang jarang dilewati oleh penghuni kampus itu. Vira melihat Bree yang duduk, sambil sedang melamun atau lebih tepatnya bengong tanpa ada yang dilakukannya, hanya sekedar main Handphone pun tidak dilakukan oleh Bree. Bree bener bener bengong saja duduk di situ, hal ini sukses membuat hati Vira menjadi sedih karena kesalahannya tadi dan Vira bertekad akan membuat Bree menjadi ceria lagi.
"Bree, maapin gue ya Bree. Gue nggak maksud ngacangin atau mengolok cerita yang elu sampaikan ke gue tadi Bree, oke Bree, maapin gue ya Bree" Vira berusaha dengan sangat sungguh-sungguh meminta maaf kepada Bree, sampai-sampai bibir Vira dimonyong-monyongkan supaya Bree tersentuh dengan kata-kata rayuan yang dikeluarkan dari mulut monyong Vira.
Bree yang tidak tahan melihat monyongnya mulut Vira hanya berusaha menahan senyumnya. Bree mau memberikan pelajaran yang sangat berharga kepada sahabatnya ini.
Rasain lu Vir, gue kerjain lu. Siapa suruh ngacangin cerita gue. Hahahahaha. Bree tertawa didalam hatinya melihat ekspresi Vira yang sangat lucu saat meminta maaf kepada Bree."Bree, ayolah Bree maafin gue Bree. Gue janji akan menjadi pendengar setia loe Bree. Gue janji nggak akan mengolok lu lagi setelah selesai cerita." Vira tidak melihat sedikitpun reaksi dari Bree. Vira semakin melancarkan serangan mautnya kepada Bree.
"Ayolah Bree. Maafin gue Bree. Loe tega banget sih Bree ke gue. Gue tadi hanya bercanda Bree. Sekarang loe cerita deh puas-puas. Gue denger. atau sekalian loe cerita sambil makan batagor Mang Maman. Gue yang traktir Bree. Loe kan dari tadi belum makan Bree" Vira semakin memelas kepada Bree ditambah dengan menyogok Bree dengan makan Batagor Mang Maman yang memang kesukaan Bree. dan Vira sangat yakin rayuan Batagor Mang Maan akan berhasil, karena Vira tau kelemahan dari seorang Bree adalah Batagor Mang Maman.
Bree yang mendengar kata Batagor Mang Maman sontak lupa dengan tujuannya mendiamkan sahabatnya Vira. "Oke, berhubung gue beneran laper dan loe berbaik hati mentraktir gue batagor Mang Maman, kali ini kesalahan loe gue maafkan. Silahkan loe beli Batagor Mang Maman dan sekalian es jeruk untuk minum gue." Bree mengatakan permintaannya kepada Vira dengan memamerkan senyuman termanisnya.
Vira yang melihat senyuman Bree sudah kembali terbit membuat hatinya damai. Vira sangat tau bahwasanya kalau Bree marah maka katakan saja ditraktir Batagor Mang Maman, maka dalam sekejap Bree akan melupakan kemarahannya kepada mereka yang bersalah.
"Oh Mamang Maman, kamu sangat berjasa kepadaku. Sahabatku menjadi tidak. marah karena ada kamu oh Mang Maman, Mang Maman paling the best diantara yang the best." Vira bernyanyi sesuai liriknya sendiri sambil menunggu antrian Batagornya siap dibuatkan oleh Mang Maman. Mang Maman dan pembeli yang lain hanya heran-heran dengan kelakuan Vira yang sempat-sempatnya mengarang sebuah lagu saat membeli Batagor.Setelah menunggu sekitar tiga puluh menit. Akhirnya batagor Mang Maman sudah sampai didepan hidung Bree, Bree sontan tersenyum dan tanpa aba-aba memeluk Vira yang sudah rela mengantri untuk batagor Mang Maman yang bener-bener enak itu. Vira hanya bisa memerhatikan Bree selama memakan Batagornya. Vira tidak berani meminta batagor tersebut, karena sampai nangis bombaypun tu batagor nggak akan pernah dikasih oleh Bree kepada siapapun. Selesai Bree makan Vira langsung bertanya ada apa dengan Bree.
" Oke Bree. Berhubung batagor dan es jeruknya sudah berpindah kedalam lambung loe, sekarang kewajiban loe tolong tunaikan. Loe harus cerita ke gue apa yang batal loe ceritakan di kantin tadi. Gue sebagai sahabat terbaik lo sepanjang hayat loe, bersedia dengan sangat besar hati seluas samudra untuk mendengar semua cerita loe yang sempat pending tadi." Vira berkata sambil membungkukkan badannya, seperti seorang pelayan yang siap menjalankan perintah nyonyanya.
"Hahahahaha, loe lucu Vir. Kenapa harus seekstrim itu kata kata yang loe keluarkan. Cimplakan mana itu yang loe baca tadi." Bree tertawa ngakak sampai harus merasakan pegal dimulutnya karena mendengar apa yang dikatakan oleh Vira tadi.
"Ayolah Bree cerita. Atau loe mau kita sampai maghrib di kampus." Vira berkata sambil mangambil tempat duduk persis di depan Bree, karena Vira sangat ingin melihat raut wajah Bree saat bercerita tentang masalahnya itu.
" Oke-oke, loe sabar dulu, tadi gue mau cerita loe males denger, sekarang loe maksa gue untuk cerita" dengan wajah kesalnya Bree memprotes rasa tidak sabaran Vira.
"Gini Vir, sudah beberapa minggu ini gue merasakan adanya makhluk yang mengintai atau memerhatikan gue, setiap gue melakukan aktifitas pasti gue merasa ada yang memerhatikan kegiatan gue." Bree berkata sambil membayangkan kejadian - kejadian mengerikan yang bisa menimpa dirinya.
" Gue menjadi risih dengan hal seperti ini, kadang gue rasa gue harus pindah dari kampus ini. Tapi kampus ini bener bener kampus idaman gue selama ini Vir. Jurusanpun sesuai dengan jurusan yang gue idamkan selama ini." Bree semakin frustasi dengan keadaan yang menimpa dirinya.
" Apa loe tau siapa orangnya?" Vira semakin menyesal dengan tingkah absurdnya tadi yang sudah tidak percaya dengan cerita Bree di kantin tadi saat pergantian jam mata kuliahnya.
" Gue tau Vir. Makanya gue semakin ngeri kalau banyak yang tau laki-laki itu sering memerhatikan aktivitas gue" Bree semakin takut dengan keadaan yang akan menimpa dirinya, akibat keisengan laki-laki yang terus memantau aktifitasnya.
" Apa yang loe takutin. Kan bukan salah loe kalau loe diikutin seseorang. Toh lo juga nggak maksa tu orang untuk ngikutin elo kan. Dia aja yang dengan rela dan suka hati untuk mengikuti segala aktifitas loe." Vira berbicara dengan menggebu gebu, karena dia juga kesal dengan orang yang sudah berani mengikuti kegiatan yang dilakukan Bree selama ini.
Tiba-tiba Vira teringat satu hal yang rasanya wajib dia tanyakan, kenapa begitu takutnya Bree terhadap pria misterius itu. " Oke Bree, segini takutnya loe dengan semua kejadian ini. Semakin gue penasaran siapa sebenernya pria misterius yang udah ngikutin loe selama ini."
" Loe sendiri kalau tau siapa orangnya pasti akan stress seperti gua. Bukan stress karena diikuti, kalau diikuti gue mah bangga. Tapi efeknya dengan keadaan gue dikampus. Hal ini yang bikin gue nggak nyaman." Bree semakin frustasi dengan keadaan yang harus dihadapinya.
" Udah deh Bree, jangan bikin gue penasaran sama fans gelap lu yang melebihi fans drakor itu Bree." Vira semakin tidak sabar mendengar siapa orang yang telah sukses membuat sahabatnya yang terkenal cuek ini menjadi luar biasa takut dan stress menghadapi masalahnya.
" Orangnya, sekarang coba loe pura-pura nengok kearah gedung F. Dia disitu dari tadi. Semenjak loe datang membawa batagor." Bree ngomong sambil berusaha untuk tidak melihat kearah dimana pria tersebut duduk-duduk dengan teman-temannya.
Vira yang penasaran langsung melirik dengan sudut matanya kearah yang disebutkan Bree tadi. Betapa terkejutnya Vira, pria yang dikatakan Vira tadi adalah rombongan senior pria yang digilai oleh para mahasiswi, baik senior maupun yunior di kampus itu.
" Serius loe Bree, orangnya yang mana? Kak Gema, Kak Galang, Kak Bumi atau Kak Guntur?" Vira yang penasaran langsung menyebutkan nama keempat mahasiswa senior yang sedang duduk-duduk di pelataran gedung F yang tidak jauh dari tempat mereka duduk.
" Gue nggak kenal namanya, emang gue selama ini peduli dengan nama. Sedangkan tau yang ngebuntuti gue selama ini salah satu dari gank pria digilai dikampus udah bikin gue males. Apalagi kalau gue harus tau namanya dan gue harus tau popularitasnya. Waduah makin apes hidup gue Vir." Bree terlihat semakin kesal dengan pertanyaan Vira.
" Oke gini aja deh Bree. Loe tunjukin ciri-cirinya atau loe tunjuk aja dari yang empat itu. Nanti gue akan jawab siapa namanya." Vira menatap ke wajah Bree dengan seksama dan sekali sekali melihat kearah empat pria tersebut.
" Oke Vir hari ini pria yang ngikutin gue pake baju hitam Vir. Oh ya, lupa selama ini dia selalu pake baju hitam kalau nggak putih." Bree berbicara sambil mengingatnya.
Vira yang mendengar pernyataan dari Bree langsung saja komentar tanpa mikir panjang dulu. "Bree kalau ciri ciri yang lo katakan tadi. Hanya dari bajunya saja, gue kasih loe selamat. Selamat untuk langsing tanpa harus diet." Vira tersenyum penuh makna kepada Bree.
"Maksud loe Vir, gue gagal paham" Bree semakin tersiksa dengan yang dikatakan Vera tadi.
"Aduh Bree loe oon atau memang gak peka terhadap lingkungan sih Bree. Sama mereka yang sangat luar biasa populer loe nggak tau ciri khas mereka apanya. Mereka berempat punya ciri masing masing Bree. Semua mahasiswi maupun mahasiswa di kampus ini tau Bree. Loe memang manusia langka Bree. Loe harus dikasih rekor muri karena sampai tidak tau ciri-ciri mereka Bree. Hanya loe satu-satunya makhluk yang nggak tau Bree." Vira semakin semangat memojokkan Bree tanpa Vira sadari wajah Bree sudah memerah menahan marah.
" Vir, loe kalau hanya nambah beban gue mending nggak usah komen Vir. Loe emang kebangetan ya jadi sahabat." Bree berkata sambil memukul meja yang didepannya.
Vira kaget dan langsung memasang ekspresi rasa bersalah. " Gini Bree. Maaf sebelumnya karena gue lancang tadi sama loe. Mereka berempat itu kalau yang sering terlihat memakai baju warna biru dan dongker namanya Kak Biru. Sedangkan yang hobi memakai baju warna coklat namanya Kak Galang. Sedangkan yang hobi memakai baju merah gelap itu Kak Guntur. Selanjutnya yang hoby memakai baju hitam atau putih itu Kak Gema. Mahasiswa yang sangat digilai orang para mahasiswi dikampus ini. Kak Gema paling populer dari keempat pria itu Bree."
" Aduh Vir, gue harus gimana Vir." Bree semakin cemas dengan nasibnya dikampus. Terbayang dimatanya dia akan diBully oleh seluruh mahasiswi yang menggilai Kak Gema.
"Gini aja Bree. Loe santai aja. Kalau ada yang berusaha membully loe. Loe katakan saja gue nggak nyuruh Kak Gema tuk merhatiin gue. Udah selesai masalah loe Bree." Vira yang memberi saran merasa tidak yakin dengan sarannya.
Bree terdiam, tanpa tau apa yang harus dilakukannya. Akhirnya setelah setengah jam mereka terdiam. Bree bersuara.
" Gini Vir, akan gue amati selama seminggu ini. Kalau Kak Gema masih merhatiin semua aktifitas Gue. Gue akan langsung tanya ke dia. Gue nggak peduli dia siapa dan sepopuler apa dia. Karena dia udah masuk ke ranah pribadi gue." Bree berkata dengan sorot mata tajam yang penuh dengan keyakinan. Vira yang sudah sahabatan lama dengan Bree paham dengan apa yang dikatakan Bree.
" Oke. Baru sahabat gue. Manusia yang gue kenal nggak pernah takut dengan orang. Karena baru denger nama lengkap loe maka orang akan lari menghindar dari loe." Vira berkata sambil tertawa renyah. Dia senang melihat Bree yang kembali ceria.
" Oke sekarang mari kita angkat kaki dan pergi dari kampus ini. Jam kuliah kita habiskan. Mari ngemall lagi."
Akhirnya Bree dan Vira pergi ke mall dengan menaiki mobil Vira. Karena Bree tidak pernah mau membawa mobil sendiri. Dia lebih suka naik taksi online.
Rumah Gema"Pagi mi" kata Gema menyapa mami reta."Pagi, Gem" kata mami Reta, yang keheranan melihat anaknya begitu ceria pagi ini, walaupun biasanya Gema tetap ceria. Tapi hari ini keceriaan Gema agak berbeda."Gem, mami boleh tanya sesuatu nggak ke kamu?" kata mami Reta sambil duduk di sebelah Gema."Boleh mi, sejak kapan mami mau bertanya sama Gema pakai minta izin dulu" kata Gema sambil mengambil roti bakar favoritnya."Kamu kok kelihatannya hari ini begitu ceria Gem?" kata mami Reta."Nggak ah mi, biasa aja. Oh ya mi. Papi mana?" kata Gema berusaha mengalihkan pembicaraan mami."Ooo papi subuh tadi ada perjalanan bisnis ke luar kota. Makanya tidak ikut sarapan dengan kita". kata mami Reta sambil menyuap sarapan paginya.Tak lama kemudian Gema pamit kepada maminya untuk berangkat ke kampus. Hari ini Gema membawa salah satu mobil sport kesayangannya. Gema berencana mau membawa Bree ke suatu tempat yang sangat spesial.**
Pagi yang cerah bagi dua makhluk ciptaan Tuhan yang sedang dilanda mabuk kepayang memikirkan kata-kata cinta yang belum terlontarkan dari mulut masing-masing. Meraka masih memikirkan apakah yang mereka rasakan ini cinta atau sedekar obsesi belaka. Obsesi yang hanya untuk memiliki dan diakui sebagai pasangan.Bree berjalan dengan langkah gontai keluar dari kelasnya menuju ke perpustakaan. Dia berjalan sendirian tanpa didampingi oleh sahabatnya Vira. Bree berjalan dengan sangat lambat, tetapi saat dia teringat dengan surat teguran dari dosennya Bree kembali melangkah dengan semangat. Bree tidak ingin dia gagal dalam matakuliahnya yang ini, Bree mengingat bagaimana perjuangannya dalam mengambil mata kuliah ini.Tak lama berjalan Bree sampai juga di perpustakaan kampusnya yang luar biasa besar. Bree langsung menuju ke bagian buku bidang kedokteran. Bree sibuk memilih buku sumber yang akan dijadikannya sebagai referensi.Saking seriusnya Bree mencari buku yang dii
Gema memasuki gerbang rumah mewah bergaya eropa. Jarak rumah utama dengan gerbang depan lumayan jauh. Sebelum sampai ke rumah utama, setiap mata orang yang datang bertama kerumah Gema akan melihat hamparan kebun bunga yang indah. Kebun bunga ini merupakan tempat favorit dari mommy Gema. Setelah melalui taman bunga yang menyejukkan mata, selanjutnya kita akan melewati jembatan yang dibawahnya terdapat kolam ikan. Barulah setelah itu kita akan melihat sebuah rumah gaya eropa yang sangat cantik dan megah tak ketinggalan kemewahan dari setiap isi rumah itu.Gema kemudian memarkirkan mobil sport keluaran terbarunya di tempat parkir khusus mobil Gema. Gema kemudian berjalan masuk ke dalam rumah mewah itu."Tina, kamu lihat teman-teman saya?" kata Gema kepada kepala pelayan di rumah utama."Ada tuan. Teman-teman tuan menunggu tuan di gazebo taman belakang." kata Tina."Baik, saya kesitu dulu. Kalau mommy tanya katakan saya berada di gazebo belakang dengan teman-tema
Gema terlihat sangat gelisah dalam tidurnya, terlihat keringat membasahi badannya. Gema mendadak terbangun dari tidurnya karena mimpi buruk yang menghantuinya. Gema terbangun dengan napas yang memburu, itu terlihat dari dadanya yang naik turun dengan sangat cepet. Gema langsung mengambil air minum yang terletak di nakas sebelah tempat tidur. ' Kenapa gue bisa mimpi Bree ya? Apa ada terjadi sesuatu dengan dirinya?' kata Gema dalam hati sambil melap mukanya yang sudah mandi keringat itu.Gema mencoba kembali untuk tidur karena hari baru menunjukkan pukul 02.00 wib. Semakin Gema berusaha untuk tidur, hasilnya sama saja, mata Gema tetap tidak bisa dibawa kompromi. Gema hanya membolak balik badannya saja di atas kasur itu. Mulai dari telentang, telungkup, miring kiri, miring kanan, hasilnya sama saja, Gema tetap tidak bisa tidur.'Nggak mungkinkan gue harus telpon Bree malam-malam gini. Takutnya nanti gue mengganggu Bree.' bathin Gema. Gema bangun sambil menuju ke wastefek ya
Bree hari ini berangkat ke kampus dengan tergesa-gesa, Bree terlambat bangun karena gangguan Gema tadi malam. Bree yang biasanya pergi ke kampus dengan memperhatikan penampilannya, tetapi pada hari ini tidak. Bree terpaksa acuh saja karena takut terlambat sampai di kampus. Bree hari ini ada kelas kuliah pagi dengan dosen yang terkenal galak. Dosen itu tidak mau menerima alasan apapun dari mahasiswa yang terlambat masuk ke kelasnya. Dosen itu hanya akan mengatakan 'Kalau anda telat begini bisa mati pasien Anda nanti.' kata dosen galak itu.Bree langsung saja berlari menuruni tangga rumahnya menuju ke ruang makan. Bree hanya sambil teriak meminta bibik untuk memasukkan sarapannya ke dalam kotak bekal saja."Bik, sarapan Bree masukin ke kotak makan saja ya. Bree telat bik." kata Bree teriak. Mami yang ada dimeja makan yang mendengar Bree teriak tidka seperti biasanya langsung menegur Bree."Bree, kenapa harus teriak-teriak Bree. Kamu kira ini di hutan. Sini sarapan."
Selesai jam kuliahnya Bree kemudian menuju tempat janjiannya dengan Gema yaitu taman depan gedung F. Padahal sebenarnya Bree sangat malas untuk menunggu Gema di taman grdung F. Hal ini disebabkan karena akan banyak mata yang melihat Bree duduk di sana. Bree sampai saat ini masih tidak nyaman dengan tatapan orang kepada dirinya.Tiba-tiba Bree memiliki sebuah ide untuk membawa Vira menemani dirinya untuk menunggu Gema selesai kuliah."Vir, lie temani gue ya nunggu Gema di taman gedung F?" kata Bree dengan menampilkan muka memelasnya."Haduh Bree. Loe aja ya yang nunggu sendiri. Gue udah ada janji mau pergi nemani kakak gue ke mall." kata Vira dengan wajah merasa bersalahnya."Ya udah lah Vir. Nggak apa-apa. Gue nunggu sendiri aja." kata Bree sambil melangkah gontai."Bree. Tunggu bentar. Gue telpon kakak gue dulu. Bisa nggak pergi ke mallnya jam satu aja." kata Vira sambil mengambil ponselnya dari dalam tas.Vira kemudian menelpon kakaknya.
Gema melajukan mobilnya ke tempat yang dia tuju untuk berbicara dengan Bree. Apa yang sudah dialami Bree sewaktu dia ke mall bersama maminya. Disepanjang perjalanan Bree hanya memandang ke arah luar melalui kaca jendela mobil. Gema nampak serius dalam melajukan mobilnya. Sekali-sekali Gema melirik ke arah Bree."Bree, kamu serius mau membicarakan hal tersebut Bree? Kalau kamu merasa tidak nyaman tidak usah saja Bree. Tidak masalah kok." kata Gema meyakinkan Bree."Nggak kak. Aku nggak keberatan." kata Bree meyakinkan Gema."Jadi kenapa kamu diam Bree?""Aku diam, karena nggak tau aku mau cerita apa kak. Lagian muka kamu muka serius banget.""Hahahahaha." Gema tertawa mendengar alasan Bree."Bree. Buatlah kamu senyaman mungkin. Nanti saat kita sampai, kamu harus sudah nyaman. Oke." kata Gema kembali serius menatap jalanan yang sedang dilaluinya.Tak terasa perjalanan selama satu jam itu telah mereka lewati. Mereka berdua turun dari mobi
Gema yang baru saja sampai dirumahnya langsung menuju kamar. Gema menghubungi ketiga sahabatnya untuk datang kerumah utama. Setelah menghubungi ketiga sahabatnya. Gema membersihkan tubuhnya dahulu. Setelah membersihkan dirinya, Gema menuju ruang kerja pribadinya yang terletak dilantai tiga rumah besar itu. Tak lama kemudian datanglah Galang dan Guntur terlebih dahulu tanpa Biru." Pria sok tampan mana? Tumben nggak bareng loe"? Gema bertanya kepada Galang kenapa Biru tidak bersama mereka."Biasa Gem. Dia mau ngembalikin mobil kamu kameran. Tapi nanti pulangnya dia akan bawa mobil loe yang lain lagi. Kayak nggak tau dia aja loe." kata Galang sambil tersenyum mengejek."Hahahahaha. Tu anak memang ngak ada berubah juga." kata Gema sambil meraih gagang telpon untuk menelpon pelayan bagian dapur rumahnya."Bik, tolong buatkan minuman empat dan bawa cemilan ke ruangan kerja saya ya." kata Gema."Baik Tuan Muda" kata pelayanan itu.Tak lama menunggu pela