Jesika berjalan menuju laptopnya dan membuka kembali petunjuk peta yang dibukanya tadi.
"Apakah itu data dari laboratorium?" tanya Criss yang berdiri di sebelah Jesika.
"Iya, sekarang kita tahu substansi uji vaksin. Kita harus segera mengirimkan ke laboratorium lain. Semakin cepat vaksin itu di produksi secara massal, semakin banyak hidup yang kita selamatkan." jelas Jesika panjang lebar di depan Criss.
"Iya, mungkin begitulah," ucap Criss singkat seraya menundukkan diri di atas kasur Jesika.
Jesika duduk di atas kursi yang berhadapan dengan Criss. Ia menyimpangkan kedua tangannya di dadanya. "Ada alasan, kenapa kamu datang kesini? Kau pasti sedang mencari seseorang," imbuh Jesika.
"Iya, seorang pria bernama Kenzo Albert," balas Criss singkat.
"Siapa dia?" tanya Jesika.
"Dia mengambil alih semua perusahaan beserta toko yang berada di kota ini. Dia menjual senjata mereka ke organisasi kriminal dan negara-negara berperang." jelas Criss memberikan sebuah foto lelaki yang ditampilkan dari layar ponselnya.
"Dia adalah pedagang kematian. Dia menggunakan tentara bayaran dan penawar virus itu. Sekarang membangkitkan lagi orang mati," lanjut Criss.
"Apakah kau yakin bahwa Kenzo adalah dalangnya?" tanya Jesika.
"Ya, ketika aku menemukan bahwa penelitianmu adalah milik dunia yang paling canggih." jawab Criss.
"Sepertinya kamu melewati helikopter dan datang menemui aku," ucap Jesika.
"Iya, sekarang aku sudah melihat laboratorium yang kau hancurkan. Tampaknya. bahwa orang-orang jahat juga dikenal untuk penelitianmu," imbuh Criss.
"Aku beritahukan tentang temuan kami ke WHO. Mereka mengirimnya untuk klinik-klinik di seluruh dunia. Ada vaksin khususnya yang mungkin kebocoran berasal dari setiap tempat-tempat." jelas Jesika panjang lebar di hadapan Criss.
"Tepatnya, Kenzo akan menggangu penelitianmu. Sekarang ia memiliki datamu, ia bahkan lebih berbahaya," ujar Criss.
"Aku membandingkan virus baru dari DNA dengan semua senjata biologis dalam database kami. Urutan itu sangat dekat dengan lengan parasit." jelas Jesika lagi.
"Apakah kamu pikir Kenzo adalah salah satu dari mereka?" tanya Criss.
"Berdasarkan informasi yang aku tahu, aku tidak yakin." jawab Jesika.
"Sebaiknya kita berbicara dengan seorang ahli yang nyata." saran Criss.
"Seorang ahli yang nyata?" tanya Jesika.
Kini helikopter yang ditumpangi oleh Jesika, Budi, Daniel, dan Criss beserta TNI AU lainnya mulai melakukan penerbangan di atas udara.
"Aku tidak percaya bahwa kau dapat membaca sekarang?" tanya Jesika saat membuka pembicaraan pertamanya.
"Tapi bagaimana bisa untuk melewatkan waktu." lanjut Jesika.
"Jadi, seseorang pernah berkata bahwa *Pengetahuan adalah kekuatan.* " jawab Hans rekan kerja Criss yang duduk di hadapan Jesika.
"Yang dibutuhkan adalah satu peluru untuk membubarkan musuh. Tapi dengan pengetahuan semua kejahatan dapat dikalahkan." celetuk Hans.
"Apakah benar apa yang mereka katakan? Kau pergi dari pasukan khusus pecandu ilmu," ucap Risa yang dibalas anggukan oleh Jesika.
"Perusahaan itu dikemas dengan orang-orang yang riwayat hidup yang aneh. Kau mungkin cukup pintar di sepanjang waktu. Mengapa kamu berubah?" tanya Risa yang duduk di sebelah Jesika.
"Ini kisah yang hebat. Setelah aku menjadi dokter lapangan di unit rumah sakit di kota z. Di satu sisi, aku selalu tertarik dalam kedokteran. Suatu hari aku memutuskan itu adalah tugasku, untuk mencegah orang menyalahgunakan itu. Aku berpikir, perusahaan yang dijalankan oleh para bedebah memanfaatkan yang lemah. Mereka adalah penyakit manusia." jelas Jesika panjang lebar.
"Aku ingin menemukan obat, seperti, Criss. Perbedaannya adalah bahwa ia menggunakan otot, dan aku menggunakan otakku."lanjut Jesika.
"Otak dan otot bekerja sama untuk menyelamatkan umat manusia. Seberapa baik peluangmu?" tanya Daniel yang duduk di sebelah Criss.
"Apa artinya harus memiliki segalanya?" tanya Jesika.
"Tidak ada.Tapi misalnya ada obat yang harus kita temukan." jawab Daniel.
"Para bedebah yang kami kejar, mengobati kehidupan dan kematian. Itu bagaikan permainan. Sekelompok bedebah, aku baru menyadari bahwa untuk pertama tidak berbicara tentang berita buruk," jelas Criss.
"Diam Criss, hey ini adalah masa depan." celetuk Budi.
Criss tersenyum ke arah Jesika dan helikopter yang mereka tumpangi mendarat di salah satu tempat untuk menemukan seseorang yang handal dalam menghadapi situasi ini.
***
Di sebuah kafe terlihat seorang lelaki muda yang duduk di salah satu meja yang berisi minuman wine yang ia teguk.
Diki mengingat saat ia sedang berjalan dan tanpa sengaja menabrak salah satu wanita yang berada di pusat supermarket. Matanya yang bulat, hidungnya yang mancung dan bibirnya yang seksi mengingatnya pada adik kesayangannya. Sebenarnya, Diki mempunyai keluarga, tetapi saat kejadian dimana kecelakaan di jalan raya secara beruntun membuat dirinya kehilangan kedua orang tuanya dan adik perempuannya.
Waktu itu, mobil Alphard berwarna hitam melaju kencang ke arah jalan raya. Namun, tiba-tiba kecelakaan beruntun membuat mobil yang ditumpangi oleh Diki, kedua orang tuanya dan adiknya terjatuh ke dalam jurang. Untunglah, ia berhasil Selamat saat ia terlempar di pinggir jalan raya. Sementara, mobil itu terjatuh ke dalam jurang dan akhirnya meledak.
Kecelakaan itu terjadi disaat Diki berusia 15 tahun. Keluarganya di dalam satu kota itu seperti tutup mata dan tidak mencari informasi terbaru tentang keluarganya. Diki pun tinggal bersama keluarga dari Papanya. Setiap hari, ia seperti pembantu yang sesuka hatinya istri dari pamannya menyuruhnya untuk membersihkan seluruh seisi rumah. Jika tidak, ia tidak akan diberi makan dan tidak diizinkan pergi ke sekolah. Semua harta dan tahta dari kedua orang tuanya diambil alih oleh adik Ayahnya.
Diki menjalani kehidupannya di rumahnya sendiri tetapi ia diperlakukan seperti pembantu tanpa bayaran. Padahal itu rumahnya sendiri, bukankah itu tidak adil bukan? Lalu, harus bagaimana lagi itulah satu-satunya keluarga yang ia punya. Sedangkan keluarga dari sebelah Ibunya berbeda negara darinya.
Setiap hari, Diki selalu memanfaatkan waktu istirahatnya untuk belajar, belajar dan belajar. Karena ia tidak ingin tergantung hidup ataupun disuruh seenak jidatnya memerintah tak sesuai perasaannya.
Disaat Diki, lulus dari sekolah menengah atas. Ia mendaftar diri untuk masuk ke dalam TNI AU dan berkat kerja kerasnya berlatih fisik dan mentalnya yang sekuat baja. Akhirnya ia lulus dan menjadi anggota TNI AU. Ia selalu menaati tata tertib aturan yang berlaku dan ia menjadi kepercayaan dari Panglima dan diutus menjadi pimpinan anggota dari TNI AU. Namanya sudah tidak asing lagi didengar oleh masyarakat dan bahkan ia selalu turun tangan dalam menangani setiap permasalahan yang terjadi di kehidupan masyarakat. Ia selalu bersyukur kepada Tuhan atas kenikmatan yang diberikannya sudah melebihi yang diharapkannya.
"Andai saja kedua orang tuaku masih hidup, kalian pasti bahagia dengan kehidupanku seperti ini." gumam Diki dalam hati. Ia menatap kosong pada ruangan kafe yang sedang ia kunjungi.
Hari ini, Diki berniat menenangkan dirinya untuk pergi ke sebuah kafe yang tidak jauh dari kediamannya. Ia menaiki mobil kesayangannya, saat ia memarkirkan mobil di area parkiran, ia mendengar suara seorang wanita yang berteriak meminta tolong. "Ada apa lagi ini!" gumam Diki yang sudah mengerti dengan situasi di kota ini. Ia membuka bagasi mobil dengan menggunakan remote kunci mobil yang digenggamnya. Bip! Bip! Bagasi mobil terbuka secara otomatis, ia mulai mengambil beberapa peralatan senjata api pistol dan menaruhnya di samping celananya. Diki menutup bagasi itu dan ia melangkahkan kaki menuju sumber suara yang snagat familiar di dengarnya. "Tolong! Tolong aku!" teriak suara seorang wanita yang dikenalnya. Diki berlari dari tempat dan mendapati 4 bodyguard di serang oleh 10 mayat hidup yang ingin memangsanya, Diki menembaki 10 mayat hidup itu
"Apa yang kalian inginkan?" tanya Diki tanpa basa basi menatap mereka secara bergantian. "Kami membutuhkan bantuanmu." jawab Criss singkat. "Aku akan terus mengambil cuti libur," ucap Diki cetus. "Mari kita bicara tentang virus mematikan ini. Ingat jenis B.O.V vaksin yang mereka gunakan?" celetuk Daniel. "Ini sudah sangat lama dan aku lupa itu." imbuh Diki memegang minuman yang hampir abis yang diminumnya. Sementara makanan nasi goreng yang berada di atas meja sudah ia makan tanpa sisa. "Jadi, apa kamu hanya ingin duduk di sini selama berminggu-minggu dan tidak melakukan apapun?" tanya Criss. "Sejauh ini, aku tidak memiliki rencana." jawab Diki cuek. "Hey! Bawakan aku minuman baru." perintah Diki menatap pelayan wanita yang berlalu lalang. "Batalkan pesanan!" ucap Criss cetus. "H
"Itu bukan kalian! Atau apakah itu kalian?" tanya Dissa berdiri di hadapan mereka dan berjalan keluar dari ruangan itu. Criss, Daniel dan Budi terdiam saat mendengarkan semua keluh kesah Dissa yang disampaikan di hadapan mereka. Sementara di tempat lain, Dissa sedang membersihkan tangannya di westalfel toilet. Ia menatap pantulan dirinya di depan kaca toilet. "Itu bukanlah hal yang baik dari diriku," gumam Dissa pada diri sendiri. Dissa mematikan kran wastafel dan membersihkan sisa air di tangannya menggunakan tisu kering. Brak! Dissa mendengar suara dari dalam kamar toilet dan ia membalikkan tubuhnya dan berjalan menuju salah satu kamar toilet itu. Ia memegang gagang pintu dan membukanya. saat ia ingin membukanya, ia melihat ada darah segar yang mengalir dari bawah kamar toilet, Dissa menghela nafas sejenak, ia membuka p
"Aku tahu yang orang yang pandai menyakiti, dia adalah Kenzo." ucap Diki berdiri dari tempat duduknya. Daniel berjalan mendekati Diki. "Apa yang akan Kenzo lakukan dengan Dissa?" tanya Daniel berdiri di depan Diki. "Aku tidak tahu, aku hanya ingin dia kembali. Aku bisa pergi liburan lagi." jawab Diki frustasi menghadapi situasi yang dialaminya saat ini. Drt! Drt! Criss menoleh ke arah sebelahnya terdapat sebuah ponsel milik Kornelius. Ia mengambil ponsel itu dan memberikan layar ponsel yang di genggamnya di hadapan Diki dan Daniel. Criss menerima panggilan masuk dari ponsel di genggamnya. "Hey sayang, ini aku. Apakah orang itu akan membantu kita?" tanya seorang wanita dari panggilan masuk di ponselnya. "Aku sangat takut, Selena merindukan dirimu. Kornelius? Hallo?" lanjut wanita itu dan disambut oleh suara anak kecil. "Ma
Kenzo menghela nafas panjang dan tetap menatap fokus ke arah depan. "Aku minta maaf telah mengatakannya, tetapi penelitian kau tidak lengkap. Kau menemukan obatnya, tetapi kau tidak diserang setelah mengambilnya. Tapi itu kau, bukan?" tanya Kenzo menoleh ke arah Dissa yang duduk di sebelahnya. "Bukan hal yang penting. Tidak, kau dan vaksin kau segera terlambat. Besok dunia akan menjadi tempat yang berbeda." jawab Kenzo dibalas tatapan penuh arti oleh Dissa. *** "Kenzo sedang merencanakan sesuatu yang besar. Kornelius tahu terlalu banyak tentang hal itu," ucap Diki membuka memori eksternal pada ponsel di genggamannya. "Oleh karena itu, ia dibunuh." jawab Criss menatap wajah tampan Diki. Diki memegang memori eksternal ponsel yang menampilkan satu merek dari memori tersebut. *** "Aku tahu, apa yang terjadi padamu? Mereka datang untuk membunuhmu, tapi membunuh orang yang kau cintai. Itu hari pernikahanmu," ucap Dissa dan Kenzo pun
Kenzo terus memantau kondisi kota dari arah balkon apartemennya."Keadaan dunia akan berubah dengan semestinya, sebentar lagi rencanaku akan berhasil. Sayangku, kau disana pasti akan bahagia. Lihatlah, aku bisa membalaskan dendam lama yang hampir fana." gumam Kenzo dengan senyuman miringnya. Setelah puas, melihat kekacauan yang terjadi di kotanya. Kenzo melangkahkan kakinya menuju pintu masuk kamar apartemennya. Saat ini, ia tinggal di Apartemen di ujung kota U dan apartemennya paling tinggi dan menjulang dengan tingkatan lantai 30. Kenzo berjalan menuju tempat tidurnya. Ia menduduki diri di pinggir tempat tidur dan diambilnya sebuah bingkai foto yang tertata rapi di atas meja sebelah tempat tidurnya. Kenzo menatap sebuah foto yang menampilkan foto pernikahan dirinya bersama sang istri tercintanya. "Sayang, aku merindukanmu," gumam Kenzo dengan menitikkan buliran kristal yang membahasi wajah tampannya. "Andai waktu itu tidak terjadi, kita pasti hid
Hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh sepasang kekasih yang saling mencintai walaupun salah satu keluarga besar dari mempelai wanita tidak merestui hubungan mereka tetapi mereka tetap melaksanakan janji suci di hari pernikahan ini. Di sebuah taman yang letaknya di pinggir pantai, disana, terlihat beberapa tenda dan dekor bunga mawar putih yang sangat indah bergaya pesta outdoor. Semua orang berdatangan dalam menyambut pesta ikatan janji suci dari kedua insan yang dimabuk cinta. Ayah Kenzo dan Yanti yang merupakan adik kandung Kenzo pun datang dalam menyaksikan acara pernikahannya. Teman-teman dekat Kenzo datang dan mengucapkan selamat atas pernikahannya. Setelah mengucapkan ijab kabulnya dan dinyatakan sah menjadi sepasang suami-istri. Di acara terakhir, saling memasangkan cincin pernikahan. Semua orang yang berada memberikan tepuk tangan yang sangat meriah kepada mereka. Kenzo berdiri dari duduknya dan memberikan isyarat agar tetap tenang. K
Dissa yang masih duduk di atas lantai mendengar semua ucapan dari Kenzo. Ia terus menatap punggung belakang pria yang sedang menelpon seseorang. "Kau merencanakan serangan lain?" tanya Dissa dan Kenzo membalikkan badannya ke arah Dissa. "Aku merencanakan masa depan kita. Waktu kita di mulai dari sekarang." jawab Kenzo berjalan menuju mendekati Dissa. "Kita?" tanya Dissa lagi. "Iya, seiring dengan sisa temanku dan memasuki kehidupan baru kami bersama-sama." jawab Kenzo mengalihkan pandangannya menuju sebuah tampilan foto dirinya bersama istrinya dan seorang laki-laki tua dan wanita muda di sebelah istrinya. *** Di sebuah tempat yang berbeda, terlihatseorang wanita berpakaian seksi sedang mengetik dan di sebelahnya terlihat seorang pria dengan tangan di borgol bersamanya. "Sudah waktunya, Ayah." ucap seorang wanita bernama Yanti menoleh ke arah ayahnya. Pria yang sedang berdiri itu mengangguk dan Yanti berjalan mendek