Share

Part 4 Rencana Evaluasi

Jesika berjalan menuju laptopnya dan membuka kembali petunjuk peta yang dibukanya tadi.

"Apakah itu data dari laboratorium?" tanya Criss yang berdiri di sebelah Jesika.

"Iya, sekarang kita tahu substansi uji vaksin. Kita harus segera mengirimkan ke laboratorium lain. Semakin cepat vaksin itu di produksi secara massal, semakin banyak hidup yang kita selamatkan." jelas Jesika panjang lebar di depan Criss.

"Iya, mungkin begitulah," ucap Criss singkat seraya menundukkan diri di atas kasur Jesika.

Jesika duduk di atas kursi yang berhadapan dengan Criss. Ia menyimpangkan kedua tangannya di dadanya. "Ada alasan, kenapa kamu datang kesini? Kau pasti sedang mencari seseorang," imbuh Jesika.

"Iya, seorang pria bernama Kenzo Albert," balas Criss singkat.

"Siapa dia?" tanya Jesika.

"Dia mengambil alih semua perusahaan beserta toko yang berada di kota ini. Dia menjual senjata mereka ke organisasi kriminal dan negara-negara berperang." jelas Criss memberikan sebuah foto lelaki yang ditampilkan dari layar ponselnya.

"Dia adalah pedagang kematian. Dia menggunakan tentara bayaran dan penawar virus itu. Sekarang membangkitkan lagi orang mati," lanjut Criss.

"Apakah kau yakin bahwa Kenzo adalah dalangnya?" tanya Jesika.

"Ya, ketika aku menemukan bahwa penelitianmu adalah milik dunia yang paling canggih." jawab Criss.

"Sepertinya kamu melewati helikopter dan datang menemui aku," ucap Jesika.

"Iya, sekarang aku sudah melihat laboratorium yang kau hancurkan. Tampaknya. bahwa orang-orang jahat juga dikenal untuk penelitianmu," imbuh Criss.

"Aku beritahukan tentang temuan kami ke WHO. Mereka mengirimnya untuk klinik-klinik di seluruh dunia. Ada vaksin khususnya yang mungkin kebocoran berasal dari setiap tempat-tempat." jelas Jesika panjang lebar di hadapan Criss.

"Tepatnya, Kenzo akan menggangu penelitianmu. Sekarang ia memiliki datamu, ia bahkan lebih berbahaya," ujar Criss.

"Aku membandingkan virus baru dari DNA dengan semua senjata biologis dalam database kami. Urutan itu sangat dekat dengan lengan parasit." jelas Jesika lagi.

"Apakah kamu pikir Kenzo adalah salah satu dari mereka?" tanya Criss.

"Berdasarkan informasi yang aku tahu, aku tidak yakin." jawab Jesika.

"Sebaiknya kita berbicara dengan seorang ahli yang nyata." saran Criss.

"Seorang ahli yang nyata?" tanya Jesika.

Kini helikopter yang ditumpangi oleh Jesika, Budi, Daniel, dan Criss beserta TNI AU lainnya mulai melakukan penerbangan di atas udara.

"Aku tidak percaya bahwa kau dapat membaca sekarang?" tanya Jesika saat membuka pembicaraan pertamanya.

"Tapi bagaimana bisa untuk melewatkan waktu." lanjut Jesika.

"Jadi, seseorang pernah berkata bahwa *Pengetahuan adalah kekuatan.* " jawab Hans rekan kerja Criss yang duduk di hadapan Jesika.

"Yang dibutuhkan adalah satu peluru untuk membubarkan musuh. Tapi dengan pengetahuan semua kejahatan dapat dikalahkan." celetuk Hans.

"Apakah benar apa yang mereka katakan? Kau pergi dari pasukan khusus pecandu ilmu," ucap Risa yang dibalas anggukan oleh Jesika.

"Perusahaan itu dikemas dengan orang-orang yang riwayat hidup yang aneh. Kau mungkin cukup pintar di sepanjang waktu. Mengapa kamu berubah?" tanya Risa yang duduk di sebelah Jesika.

"Ini kisah yang hebat. Setelah aku menjadi dokter lapangan di unit rumah sakit di kota z. Di satu sisi, aku selalu tertarik dalam kedokteran. Suatu hari aku memutuskan itu adalah tugasku, untuk mencegah orang menyalahgunakan itu. Aku berpikir, perusahaan yang dijalankan oleh para bedebah memanfaatkan yang lemah. Mereka adalah penyakit manusia." jelas Jesika panjang lebar.

"Aku ingin menemukan obat, seperti, Criss. Perbedaannya adalah bahwa ia menggunakan otot, dan aku menggunakan otakku."lanjut Jesika.

"Otak dan otot bekerja sama untuk menyelamatkan umat manusia. Seberapa baik peluangmu?" tanya Daniel yang duduk di sebelah Criss.

"Apa artinya harus memiliki segalanya?" tanya Jesika.

"Tidak ada.Tapi misalnya ada obat yang harus kita temukan." jawab Daniel.

"Para bedebah yang kami kejar, mengobati kehidupan dan kematian. Itu bagaikan permainan. Sekelompok bedebah, aku baru menyadari bahwa untuk pertama tidak berbicara tentang berita buruk," jelas Criss.

"Diam Criss, hey ini adalah masa depan." celetuk Budi.

Criss tersenyum ke arah Jesika dan helikopter yang mereka tumpangi mendarat di salah satu tempat untuk menemukan seseorang yang handal dalam menghadapi situasi ini.

***

Di sebuah kafe terlihat seorang lelaki muda yang duduk di salah satu meja yang berisi minuman wine yang ia teguk.

Diki mengingat saat ia sedang berjalan dan tanpa sengaja menabrak salah satu wanita yang berada di pusat supermarket. Matanya yang bulat, hidungnya yang mancung dan bibirnya yang seksi mengingatnya pada adik kesayangannya. Sebenarnya, Diki mempunyai keluarga, tetapi saat kejadian dimana kecelakaan di jalan raya secara beruntun membuat dirinya kehilangan kedua orang tuanya dan adik perempuannya.

Waktu itu, mobil Alphard berwarna hitam melaju kencang ke arah jalan raya. Namun, tiba-tiba kecelakaan beruntun membuat mobil yang ditumpangi oleh Diki, kedua orang tuanya dan adiknya terjatuh ke dalam jurang. Untunglah, ia berhasil Selamat saat ia terlempar di pinggir jalan raya. Sementara, mobil itu terjatuh ke dalam jurang dan akhirnya meledak.

Kecelakaan itu terjadi disaat Diki berusia 15 tahun. Keluarganya di dalam satu kota itu seperti tutup mata dan tidak mencari informasi terbaru tentang keluarganya. Diki pun tinggal bersama keluarga dari Papanya. Setiap hari, ia seperti pembantu yang sesuka hatinya istri dari pamannya menyuruhnya untuk membersihkan seluruh seisi rumah. Jika tidak, ia tidak akan diberi makan dan tidak diizinkan pergi ke sekolah. Semua harta dan tahta dari kedua orang tuanya diambil alih oleh adik Ayahnya.

Diki menjalani kehidupannya di rumahnya sendiri tetapi ia diperlakukan seperti pembantu tanpa bayaran. Padahal itu rumahnya sendiri, bukankah itu tidak adil bukan? Lalu, harus bagaimana lagi itulah satu-satunya keluarga yang ia punya. Sedangkan keluarga dari sebelah Ibunya berbeda negara darinya.

Setiap hari, Diki selalu memanfaatkan waktu istirahatnya untuk belajar, belajar dan belajar. Karena ia tidak ingin tergantung hidup ataupun disuruh seenak jidatnya memerintah tak sesuai perasaannya.

Disaat Diki, lulus dari sekolah menengah atas. Ia mendaftar diri untuk masuk ke dalam TNI AU dan berkat kerja kerasnya berlatih fisik dan mentalnya yang sekuat baja. Akhirnya ia lulus dan menjadi anggota TNI AU. Ia selalu menaati tata tertib aturan yang berlaku dan ia menjadi kepercayaan dari Panglima dan diutus menjadi pimpinan anggota dari TNI AU. Namanya sudah tidak asing lagi didengar oleh masyarakat dan bahkan ia selalu turun tangan dalam menangani setiap permasalahan yang terjadi di kehidupan masyarakat. Ia selalu bersyukur kepada Tuhan atas kenikmatan yang diberikannya sudah melebihi yang diharapkannya.

"Andai saja kedua orang tuaku masih hidup, kalian pasti bahagia dengan kehidupanku seperti ini." gumam Diki dalam hati. Ia menatap kosong pada ruangan kafe yang sedang ia kunjungi.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status