Share

Bab 5. Diancam

Acara pernikahan Fania dan Devan sudah selesai tiga jam yang lalu. Banyak sekali teman Fania yang tidak percaya ia menikah secepat ini. Bahkan banyak teman kampusnya yang memuji ketampanan Devan dan membandingkannya dengan Riko—mantan kekasihnya.

Kini Fania dan Devan sudah berada di kamar hotel. Devan bahkan meminta pihak hotel untuk menghias kamarnya.

“Mau aku bantuin?” tanya Devan saat melihat Fania kesusahan membuka resleting baju gaunnya.

“Nggak perlu.” Fania menolak dengan nada ketus. Ia tetap berusaha membuka resleting bajunya sendiri.

Namun, Devan langsung mendekat. Tangannya dengan cepat membuka resleting gaun Fania secara perlahan. Fania tidak memberontak sama sekali. Karena ia memang tidak bisa membuka resleting bajunya.

Jantung Devan berdebar saat melihat punggung Fania yang putih mulus. Meski ia sering melihat punggung wanita terbuka saat berada di club malam.

Namun, kali ini berbeda. Apalagi ia pria normal yang memiliki h****t.

Fania langsung membalikkan badannya saat merasa resleting itu sudah turun ke bawah. Membuat kesadaran Devan kembali meski ia sedikit terkejut.

“Terima kasih,” ucap Fania. Dan ia berlari ke masuk ke dalam kamar mandi.

Devan mengusap wajahnya dengan kasar.

“Apa yang aku pikirkan!” ia menggeleng keras. Menepis pikirannya yang tidak-tidak.

Devan membuka jas dan juga kemeja putihnya. Ia berganti memakai kaos biasa dan celana pendek.

Bahkan Devan kini merebahkan tubuhnya di ranjang hotel yang dihiasi kelopak mawar mewah.

Fania keluar kamar mandi lalu menuju meja cermin untuk mengeringkan rambut. Untung saja ia tidak lupa membawa  hair dryer.

Ia menatap ke arah ranjang di mana Devan sedang tertidur pulas. Rasanya ia benar-benar seperti mimpi berada di satu kamar bersama pria asing yang sudah menjadi suaminya.

“Ini nyata ‘kan? Apa gue berhalusinasi ya!” Fania menepuk pipinya saat menatap ke cermin. Lalu ia mencubit pipinya. “Aww ... Sakit! Ini nyata berarti! Astaga konyol sekali pernikahan ini,” ucap Fania sendiri. Ia juga menggeleng pelan merasa tidak percaya. 

Saat Fania sudah selesai mengeringkan rambut. Devan terbangun dari tidurnya. Devan menatap Fania yang sedang sibuk memoles wajahnya.

“Kamu sudah mandi?” tanya Devan. Membuat Fania menghentikan riasannya.

Ia memutar tubuhnya ke arah Devan yang masih duduk di ranjang.

“Sudah. Jam tujuh malam. Papah mengajak makan bersama dengan ayahmu. Jadi, lo buruan siap-siap, kalo nggak mau gue tinggal!” ucap Fania membuat Devan mengangguk.

Devan turun dari ranjang lalu mendekat ke arah Fania.

Fania tampak gugup saat Devan kini berdiri di hadapannya.

“Apa kamu serius dengan perjanjian seratus hari itu?” tanya Devan memastikan.

Fania mengangguk cepat. “Seriuslah! Kenapa memangnya? Bukannya lo sudah menyetujui?” kini Fania berbalik tanya.

“Memang alasanmu apa membuat perjanjian seratus hari? Padahal kita menikah secara resmi bukan main-main!” ungkap Devan serius.

“Ada satu hal yang membuat gue menerima lo. Jadi lo jangan kegeeran jadi orang—,” Fania menjeda bicaranya. “Dan satu lagi. Gue sama sekali nggak cinta sama lo! Lo nggak usah berharap lebih dari gue. Karena gue sulit jatuh cinta!” tegas Fania menatap ke arah Devan dengan tajam.

Devan tertawa terbahak-bahak. Membuat Fania semakin kesal. Padahal ia bicara serius.  

“Baik, terserah kamu. Aku juga tidak ada perasaan apa pun ke kamu. Jadi kamu juga jangan kepedean aku ajak menikah!” Devan berkata kepada Fania. Ia langsung berjalan menuju kamar mandi.

“Tolong! Perjanjian ini menjadi rahasia kita berdua. Jangan sampai papahku tahu tentang hal ini!” Fania berkata membuat langkah Devan terhenti.

“Oke. Aku akan jaga rahasia ini! Namun, ada satu syarat!”

“Apa?”

“Aku minta jika di depan umum, kamu bisa berperan sebagai istri yang baik, penurut dan penuh kasih sayang!” ucap Devan, lalu masuk ke dalam kamar mandi.

Fania belum juga sempat menjawab. Namun, pintu kamar mandi sudah tertutup. Fania menutup matanya dengan mengeluarkan napas secara kasar.

Berperan sebagai istri yang baik?” gumam Fania. Ia menggeleng keras. “Itu sulit bagi gue!”

***

Fania dan Devan kini sudah bersiap-siap menghadiri acara makan malam bersama dengan keluarga.

Fania memakai gaun berwarna hitam selutut dengan hiasan pita putih di pinggang. Rambutnya ia sengaja digerai lalu ia pakaikan bando dengan hiasan permata kecil.

Devan menatap Fania dengan tatapan yang berbeda. Entahlah di matanya Fania memang cantik. Namun, Fania sedikit bar-bar. Membuat ia merasa tertantang untuk memilikinya.

Devan mengulurkan tangannya kepada Fania. Karena ia sudah sampai di restoran yang berada di hotel bintang lima yang mereka tempati.

“Halo, Mantu. Kamu cantik sekali malam ini!” puji Sam kepada Fania saat bersalaman.

“Terima kasih, Om—maksudku, Pah.” Fania yang gugup sampai ia salah menyebut panggilan.

“Tidak masalah.”

Kini Fania bersalaman dengan Alnando, lalu berganti ke Angela.

“Kamu nggak usah senang dulu atas pernikahanmu ini. Aku akan buat kamu menderita—bukan, menghancurkan lebih tepatnya!” ancam Angela yang berbisik di telinga Fania.

Fania bahkan membelalak saat mendengar ancaman ibu tirinya. Namun, ia tidak membalas. Fania mencoba menahan amarahnya. Apalagi di sini ada keluarga dari pihak Devan. Ia tidak ingin mengacaukan hari bahagia Alnando dan juga Sam—mertuanya.

“Wah, pengantin baru sepertinya bahagia sekali!” ucap Angela saat mengurai pelukannya. Bahkan Angela menatap Fania dengan senyuman yang lebar. Membuat Fania muak melihat sikap ibu tirinya yang bermuka dua.

“Bahagia sekali. Ternyata menikah itu enak. Ya ‘kan, Sayang?” Fania berkata sambil mengarah ke arah Devan yang sudah duduk di sebelah Sam.

Devan terkejut saat mendengar panggilan Fania menyebut nama ‘Sayang’.

Namun, Devan hanya membalas anggukan dan senyuman.

Alnando dan Sam yang mendengar mereka berdua tertawa bahagia. Akan tetapi, berbeda dengan Shanum. Ia menatap Fania dengan kebencian.

“Harusnya gue yang bahagia. Tapi, lo merampas kebahagiaan gue. Bahkan lo merampas calon suami gue! Lihat aja Fania, gue akan rebut Devan! Dan pernikahan lo bakalan hancur!” ancam Shanum dalam hati.

Makan malam keluarga berjalan dengan kehangatan. Alnando bahkan memesan hidangan makanan terbaik di hotel bintang lima ini.

“Apa rencanamu setelah wisuda nanti?” tanya Sam mengarah ke arah Fania.

Fania mendongak. Ia menghentikan sendok serta garpu. Lalu menelan terlebih dahulu makanannya. Dan berkata, “Belum kepikiran, Pah,” sahut Fania gugup.

“Harusnya sudah kepikiran dong. Dulu aja Shanum pas mau wisuda ia sudah memikirkan untuk menjadi model. Masa kamu belum kepikiran?” tanya Angela seakan-akan ia membanggakan anak kandungnya.

Fania terdiam. Ia merasa dirinya di permalukan oleh ibu tirinya. Akan tetapi, ia memang belum menemukan tujuan selanjutnya setelah kuliah selesai.

“Kalo belum ada tujuan tidak apa. Toh kamu sudah menjadi istri aku. Mau lanjut karir, silakan. Tidak juga tidak masalah,” timpal Devan membuat Fania terkejut.

Fania tidak menyangka Devan akan membela dirinya di hadapan semua. Angela bahkan membuang muka tidak suka atas pembelaan Devan pada Fania.

“Wah, terima kasih, suamiku!” ucap Fania senang.

Alnando yang mendengar ia tersenyum. Ia merasa bahagia melihat putrinya ternyata sangat di perhatikan oleh Devan. Dugaan hatinya yang merasa putrinya terpaksa menerima penikahan ini. Kini mulai menghilang. Dan ia juga yakin. Devan bisa membahagiakan Fania.

Sam mengangguk senang mendengar ucapan putranya. “Papah, bangga padamu!” ucap Sam seraya menepuk pundak Devan.

Angela dan Shanum pamit untuk ke toilet. Mereka berdua pergi dengan tatapan amarah di wajahnya.

“Mah, aku nggak sudi lihat Fania bahagia seperti sekarang. Harusnya aku yang bahagia saat ini,” decak Shanum mengarah pada Angela.

“Tenang, Sayang.” Angela mencoba menghibur putrinya.

“Aku cemburu, Mah. Sudah sejak lama aku menginginkan Devan. Tapi malah semua kacau karena anak sialan itu!” geram Shanum.

Angela paham dan mengerti apa yang dirasakan putrinya. “Kamu tidak perlu cemas, ya, Sayang. Mamah yakin sebentar lagi Devan akan menjadi milikmu! Karena mamah punya rencana untuk memisahkan mereka berdua!”

Shanum tersenyum mendengarnya. “Apa itu, Mah?”

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Erni Pang
lanjut dong, kalau bisa jgn pake koin
goodnovel comment avatar
A Aghnia
penasaran sama rencana angela
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status