Kresna berpikir kata-kata Senia ini hanya alasan indah yang penuh kepalsuan saja. Trik ini mungkin bisa menipu orang lain, tetapi tidak akan bisa menipunya. Dia sudah mengenal Senia begitu lama, tentu saja sudah tahu Senia adalah orang yang seperti apa. Saat ini, apa yang dilakukan Senia ini semua hanya untuk memengaruhi hati orang lain saja.Namun, meskipun memahami alasan di balik semua ini, Kresna juga tidak ingin mengungkapkan kebohongan Senia ini."Jadi, di mana keluargaku sekarang?" tanya Kresna."Mereka tentu saja ada di rumah. Kalau nggak, kamu pikir mereka ada di mana?" kata Senia sambil tersenyum.Dilihat dari senyumannya yang polos, orang yang tidak mengenal Senia mungkin akan mengira apa yang dikatakannya itu nyata.Kresna mengepalkan tangannya dengan erat, mencoba untuk menenangkan amarah dalam hatinya karena melihat Senia yang terus berpura-pura.Namun, dalam situasi seperti ini, Kresna tidak memiliki pilihan lain selain menundukkan kepalanya. Meskipun tahu Senia sengaja
Hanya saja ....Setelah tertawa dingin dua kali, Kresna duduk di samping dan menuangkan secangkir teh untuk dirinya sendiri."Kenapa kamu tertawa? Apa ada masalah dengan rencanaku?" tanya Panji.Kresna langsung berkata, "Tentu saja ada beberapa masalah. Ini adalah kediaman jenderal dan kamu juga tahu ini tempat seperti apa. Bukan hanya Wira saja yang tinggal di sini, tapi pasukan elitenya juga. Karena Wira tinggal di sini, tempat ini sudah dipenuhi dengan jebakan.""Menurutmu, apa kita bisa membunuh seseorang di sini? Kalau kita benar-benar melakukannya, bukankah sama saja kamu terlalu meremehkan Wira?"Melakukan sesuatu di wilayah Wira adalah hal yang mustahil, ini adalah hal yang sama sekali tidak mungkin dilakukan.Mendengar perkataan itu, ekspresi Senia menjadi lebih serius dan jarinya mengetuk pelipisnya. Apa yang dipikirkan Kresna adalah hal yang dikhawatirkannya juga dan kenyataannya memang seperti itu. Tempat ini adalah wilayah Wira dan mereka juga tidak mungkin bisa menggeser
"Kamu nggak keberatan, 'kan?" tanya Panji sambil menyeringai dan menatap Kresna dengan dingin.Apa yang dikatakan Senia tadi memang hanya alasan belaka, dia memang menyandera seluruh keluarga Kresna. Hanya saja, mereka semua sedang dikurung di rumah mereka sendiri, tidak dibawa pergi. Namun, semua gerakan mereka di bawah pengawasan Senia.Jika Kresna menolak, akibatnya sudah bisa ditebak. Kenyataannya sudah jelas di depan mata, keputusan akhirnya tergantung pada pilihan Kresna sendiri."Kamu sedang mengancamku ya?" kata Kresna dengan dingin sambil mendekati Panji.Panji menggelengkan kepala dan tersenyum. Dia sama sekali tidak takut dengan tatapan Kresna yang penuh dengan niat membunuh, malahan berkata dengan santai, "Aku melakukan semua ini untuk meringankan beban Ratu, bukan untuk kepentingan pribadiku. Aku dan Doly nggak dekat, jadi dia nggak berarti apa-apa bagiku.""Meskipun dia benar-benar bergabung dengan kubu Wira, bukan hanya aku seorang saja yang terpengaruh. Ini akan memenga
"Tuan yang sudah menyelamatkan nyawaku dulu. Aku memang harusnya sudah mati, tapi aku bisa bertahan hidup sampai hari ini karena perlindungan Tuan dan bahkan mencapai posisi tinggi seperti ini. Mana mungkin aku melupakan kebaikan Tuan padaku, jadi aku harus melakukan sesuatu untuk Tuan. Keputusan sulit seperti ini, aku tentu saja harus membantu Tuan memutuskannya," kata Gina.Kresna hanya mengepalkan tangannya dan tidak mengatakan apa-apa karena sekarang hatinya terasa sangat sakit.Sementara itu, Senia dan Panji yang berdiri di samping tersenyum puas karena mereka sudah tahu hasilnya akan seperti ini. Benar-benar hubungan tuan dan bawahan yang membuat iri."Harus jaga dirimu baik-baik. Setelah berhasil, segera melarikan diri dan kembali ke wilayah tandus di utara. Selama bisa tiba di wilayah kita dan kekuatan dari Pasukan Bayangan juga, identitasmu nggak akan terungkap," kata Kresna sambil menggenggam tangan Gina.Sekarang Kresna hanya memiliki satu keinginan yaitu memastikan Gina tet
"Danu sudah mengirim orang untuk melindunginya, jadi kita nggak perlu khawatir," kata wira yang sudah menyerahkan urusan ini pada Danu. Ditambah lagi, ini adalah kediaman jenderal, semuanya sudah diatur oleh Danu. Melindungi seseorang di sini sebenarnya bukan hal yang sulit untuk dilakukan.Pada saat itu, pintu kamar tiba-tiba dibuka dan Danu masuk dengan ekspresi cemas. "Tuan, ada masalah ....""Apa maksudmu?" tanya Wira segera dengan ekspresi dingin.Danu mengernyitkan alis dan berkata, "Aku baru saja mendapat kabar bahwa terjadi sesuatu pada Doly. Tadi ada seseorang yang mencoba membunuhnya, tapi untung saja dia nggak terluka dan orang-orangku juga sudah mengejar si pembunuh itu."Swish!Ekspresi Wira langsung berubah. "Di mana Doly sekarang?""Dia masih tinggal di kamar yang sama, tapi aku sudah menempatkan penjaga di sekitarnya. Kali ini nggak akan ada masalah lagi," jawab Danu dengan segera. Tidak ada yang ingin melihat kejadian yang mendadak seperti ini."Bagaimanapun caranya, k
"Kalau Gina tertangkap Wira, keadaannya mungkin akan lebih menderita sepuluh atau bahkan seratus kali lipat dari sekarang. Aku juga nggak ingin orang yang berbakat seperti itu mati di tangan Wira, tapi sekarang kita hanya bisa terlepas dari kecurigaan dengan kematiannya. Meskipun tahu kita yang mengirimnya, Wira juga nggak akan berani datang menginterogasi tanpa bukti," kata Panji.Apa yang dikatakan Panji memang benar, Wira tidak akan berani datang menginterogasi mereka sebelum mendapatkan buktinya. Jika tidak, itu hanya akan memperburuk hubungan Wira dan Senia yang sudah canggung. Wira bukan orang bodoh dan selalu mempertimbangkan semua tindakannya dengan hati-hati, tentu saja tidak akan bertindak begitu nekat.Ini membuktikan bahwa Gina sudah terpojok karena Wira tidak akan melewatkan kesempatan yang begitu baik ini. Dia pasti akan menggunakan segala cara untuk menemukan Gina dan tidak akan membiarkannya melarikan diri. Pada akhirnya, hasilnya sudah bisa dipastikan."Sialan! Kalau b
"Memang Tuan Panji lebih cerdik. Bagaimana kalau Gina nggak bunuh diri dan inisiatif bernegosiasi dengan Wira? Kalau itu terjadi, posisi kita tetap akan buruk," kata Senia setelah merenungkannya."Nggak akan."Panji kembali menjelaskan, "Hubungan antara tuan dan bawahan ini jauh melampaui bayangan kita, jadi Gina nggak akan mengkhianati tuannya. Meskipun harus mempertaruhkan nyawanya, dia juga nggak akan membiarkan tuannya jatuh dalam situasi sulit. Kalau nggak, saat itu dia nggak akan menawarkan dirinya. Sekarang kita hanya perlu fokus bagaimana membunuh Doly, ini lebih penting."Jika tidak dimusnahkan, kelak Doly ini akan menjadi ancaman yang siap membahayakan mereka kapan pun. Dia pasti akan mengancam mereka karena dia memiliki peran yang sangat penting dalam rencana mereka dan dia juga tahu seluk-beluk tentang semua hal.Jika Doly membocorkan rahasia Panji dan Senia, mungkin seluruh dunia akan membenci Senia. Rencana mereka pun akan gagal dan bahkan menjadi musuh dari semua orang d
Sebelum bertindak, Panji masih perlu mempersiapkan beberapa hal agar bisa diam-diam membunuh Doly tanpa perlu muncul di kediaman jenderal. Ini adalah keahliannya juga.Senia yang berada di dalam kamar meregangkan pinggangnya, lalu tersenyum dengan puas dan berkata, "Kalau nggak ada Gurun Agung ini di sisiku, semuanya nggak mungkin akan selesai dengan begitu lancar. Dia benar-benar tangan kananku. Bisa mendapatkan bantuannya, benar-benar berkat dari leluhurku."Di sisi lain. Saat ini, Lucy dan yang lainnya sudah mulai bergerak dan sedang terus mencari jejak Gina. Tidak sampai dua jam, mereka sudah menemukan posisi Gina dan segera mengejarnya. Meskipun sudah melarikan diri dari kota Provinsi Yonggu, Gina tetap belum lolos dari pengawasan mereka.Saat terus berlari ke sebuah kuil rusak di luar kota, Gina sudah menghabiskan sebagian besar tenaganya. Untungnya, tidak ada yang mengejarnya sampai di sana. Begitu masuk ke dalam kuil itu, dia mengeluarkan makanan kering yang dibawanya dan seger
Setelah merenung beberapa saat, Guntur tiba-tiba berucap dengan suara rendah, "Bos, kalau kita berhasil merebut Pulau Hulu, menurutmu masih perlu mempertahankan Adjie?"Mendengar itu, Enji tertegun sejenak. Sesaat kemudian, dia mulai merenung. Sebelumnya, kepintaran Adjie benar-benar membuatnya terkejut. Jika mengikuti dugaan awalnya, Adjie seharusnya bukanlah seorang pengungsi.Jelas bahwa seorang pengungsi tidak mungkin memiliki begitu banyak pengetahuan, apalagi memiliki pengalaman militer yang begitu kaya.Setelah berpikir sejenak, Enji akhirnya berkata, "Lebih baik begini, kirim orang untuk menyelidiki latar belakang Adjie. Pergilah ke selatan. Aku khawatir ada sesuatu yang mencurigakan tentang orang ini."Mendengar itu, Guntur berpikir sesaat, lalu mengangguk sambil menyahut, "Baik. Kalau begitu, aku akan segera mengirim orang."Setelah mengatakan itu, Guntur pun keluar untuk menemui orang kepercayaannya dan memberikan instruksi dengan sungguh-sungguh. Setelah semuanya diatur, di
Setelah beberapa saat melihat Adjie tetap diam, Guntur menjadi tidak sabar dan berkata dengan cemas, "Aduh, Kak Adjie, di saat seperti ini jangan jual mahal lagi dong."Mendengar itu, Adjie hanya bisa tersenyum pasrah. Setelah beberapa saat, dia akhirnya berucap dengan pelan, "Saat aku berada di selatan, aku menemukan sebuah pola. Setiap kali pasukan mulai bergerak, pasti akan terjadi peperangan. Awalnya ini hanya dugaanku, tapi setelah mendengar apa yang dikatakan Bos, aku semakin yakin."Guntur tampak terkejut sejenak, lalu mengacungkan jempolnya dan berkata, "Wah, aku benaran nggak nyangka. Kalau begitu, rencana ini bisa dijalankan. Tapi, sekarang kita harus memastikan satu hal. Bagaimana kalau dua hari ke depan Tuan Wira nggak mengerahkan pasukannya?"Enji juga mengangguk pelan. Dalam situasi ini, dia benar-benar penasaran. Lagi pula, jumlah orang di markas mereka sudah tidak banyak lagi. Ditambah dengan informasi yang mereka miliki juga terbatas, hal ini membuat Enji tidak bisa ya
Enji yang sebelumnya begitu bersemangat tiba-tiba terdiam saat mendengar pertanyaan itu. Hal itu belum sempat terpikirkan olehnya.Di sisi lain, Guntur yang sudah siap akan semuanya pun maju dan bertanya, "Kak Adjie, maksudmu apa? Apa kamu sudah punya rencana? Kalau begitu, lebih baik kamu jelaskan dulu."Enji mengangguk sambil berkata, "Benar juga, Adjie. Apa kamu sudah punya rencana? Kalau sudah, katakan saja, biar kami tahu harus gimana."Adjie melihat keduanya menatapnya. Dia mengangguk dan berkata, "Rencanaku cukup sederhana. Kita akan menyerang dalam 2 hari.""Oh?" Enji dan Guntur bertatapan, tampak ragu. Mereka tidak mengerti kenapa harus menunggu 2 hari. Setelah berpikir beberapa saat, akhirnya mereka bertanya, "Kenapa harus 2 hari?"Guntur menatap Adjie dengan heran. Mereka hanya mendapatkan kabar bahwa Wira akan segera bergerak melawan pasukan utara, tetapi kapan tepatnya, mereka sama sekali tidak tahu. Hal ini membuat mereka semakin ingin tahu alasan Adjie.Setelah hening se
Adjie pun mengangguk pelan dan duduk dengan tenang. Tak lama kemudian, Guntur menuangkan secangkir arak dan meletakkannya di hadapannya.Melihat sikap mereka yang begitu sopan, Adjie terkekeh-kekeh dan berkata, "Kalau ada yang perlu dibicarakan, langsung saja ke intinya. Nggak perlu sungkan-sungkan."Enji tertawa ringan sebelum akhirnya bertanya, "Hehe. Saudaraku, ini masih soal yang tadi. Kalau kita benar-benar menyerang Pulau Hulu, seberapa besar peluang keberhasilan kita?""Itu tergantung pada jumlah pasukan yang kita bawa. Pulau Hulu memang cukup mudah untuk direbut. Tempat itu memiliki akses dari tiga sisi. Kalau melakukan serangan mendadak, kita bisa menembusnya dengan mudah."Adjie menjawab dengan tenang. Karena Wira akan menjadi pihak ketiga yang diuntungkan, dia harus memastikan agar seluruh pasukan di Desa Riwut bergerak ke sana.Enji dan Guntur saling bertukar pandangan, tampak sedikit ragu. Setelah berpikir sejenak, Guntur membulatkan tekadnya dan berujar, "Kak, kalau nggak
Mendengar pertanyaan itu, Guntur segera menjawab, "Kami sudah mendapatkan cukup banyak informasi. Bisa dipastikan Tuan Wira memang berada di selatan dan berencana menyerang Pulau Hulu dalam waktu dekat."Enji tampak senang mendengar kabar itu. Tiba-tiba, terdengar suara riuh dari luar. Dia tahu bahwa semua bawahannya telah kembali. Hal ini membuatnya semakin bersemangat, jadi dia kembali bertanya untuk memastikan.Salah satu orang yang terakhir masuk langsung berkata, "Bos, informasinya memang benar. Ketika ke sana, aku melihat mereka sedang berlatih. Sepertinya mereka adalah orang-orang dari Kerajaan Nuala. Aku rasa ini pasti ada hubungannya juga dengan mereka."Enji semakin bersemangat setelah mendengar ini. Dia berujar, "Sebelumnya aku nggak nyangka akan seperti ini, tapi sepertinya kenyataannya memang begitu. Kalau ini benar, berarti bukan hanya Tuan Wira yang ingin menyerang Pulau Hulu, tapi Kerajaan Nuala juga mendukung. Ini pasti bukan kabar burung lagi."Menurut Enji, jika situ
Mendengar instruksi itu, Hayam tersenyum dan mengangguk, lalu segera pergi.Begitu Hayam pergi, Wira langsung membakar surat itu. Setelah memastikan semuanya hancur, dia memanggil, "Penjaga!"Seorang penjaga yang selalu siaga di luar segera menyahut, "Tuan, ada perintah?"Wira terkekeh-kekeh dan memerintahkan, "Siapkan tinta dan batu."Penjaga itu mengangguk dan segera menyiapkan peralatan menulis.Wira menuliskan balasan kepada Adjie. Setelah selesai, dia memasukkan surat itu ke dalam tabung kecil dan menyerahkannya kepada penjaga. "Gunakan merpati pos. Kirimkan pesan ini ke Adjie secepatnya.""Baik, Tuan!" Penjaga itu segera mengambil tabung pesan dan bergegas pergi.Setelah penjaga pergi, Wira kembali menatap peta di hadapannya. Keberhasilan rencana ini kini tergantung pada bagaimana Adjie bisa meyakinkan para bandit di Desa Ruwit.....Di Desa Ruwit, setelah mengirimkan pesan, Adjie segera keluar dari ruangan. Saat itu, dia melihat beberapa ekor kuda melaju cepat ke arah selatan.M
Setelah beberapa saat, Wira tertawa pelan dan berkata, "Kalau begitu, kita atur seperti ini dulu. Nanti setelah mereka bertiga selesai melatih pasukan, kita bisa membahasnya lebih lanjut."Hayam mengangguk ringan, tidak ingin berlarut-larut dalam masalah ini. Saat itu juga, seorang penjaga di luar berteriak sambil menangkupkan tangan. "Tuan, ada pesan yang baru tiba!"Wira tertegun sesaat, lalu segera bertanya, "Apa itu pesan dari Adjie?"Penjaga itu menjawab, "Ini pesan yang dikirim lewat merpati pos, tapi isinya belum kubaca."Begitu mendengar kata merpati pos, wajah Wira sontak berseri-seri. Sementara itu, Hayam tampak agak terkejut, karena hanya Wira yang mengetahui keberadaan Adjie.Bagi mereka, hilangnya Adjie selama beberapa hari ini berarti dia sedang menjalankan tugas rahasia yang diberikan oleh Wira.Wira membuka gulungan kertas dan membacanya dengan saksama. Setelah beberapa saat, dia berkata, "Ini informasi besar, tapi justru membuat segalanya lebih mudah. Hayam, cepat seba
Setelah kembali ke tempat tinggalnya dan memastikan tidak ada orang di sekitar, Adjie segera menulis sepucuk surat. Kemudian, dia mengirimkan pesan itu melalui merpati pos.Sementara itu, di dalam kemah di kota, Wira sedang menatap peta besar di hadapannya. Arhan, Nafis, dan Agha sedang melatih pasukan di luar, sehingga satu-satunya orang yang menemani Wira mengamati adalah Hayam."Hayam, coba lihat bagian ini. Kalau kita berhasil merebut Pulau Hulu, tampaknya kita nggak bisa langsung mendirikan markas di sana. Medan di sana terlalu terbuka dan ada 3 titik lemah yang bisa menjadi masalah."Hayam mengangguk setuju. Baginya, ucapan Wira memang sangat masuk akal. Setelah berpikir sejenak, dia terpikir akan sesuatu dan menggerakkan jarinya perlahan di atas peta.Setelah menemukan sebuah lokasi, dia menengadah menatap Wira dan bertanya, "Tuan, gimana kalau tempat ini?"Wira mengikuti arah jari Hayam dan sedikit terkejut. Tempat yang dimaksud berada di sebelah utara Pulau Hulu, sebuah kawasa
Mendengar itu, Enji mengangguk pelan. Setelah beberapa saat, dia menatap mereka dan tertawa. "Sebelumnya aku memang nggak terpikirkan. Kalau berita ini benar, ini adalah kabar baik."Desa Riwut terletak cukup dekat dengan Pulau Hulu. Jadi, bagi Enji, jika Wira benar-benar membawa orang untuk merebut Pulau Hulu, segalanya akan jauh lebih mudah.Memikirkan hal ini, dia mengernyit dan bertanya, "Baiklah. Kalau begitu, jangan terburu-buru. Ini adalah urusan besar. Setidaknya biarkan kami menyelidikinya terlebih dahulu, 'kan?"Mendengar itu, Adjie tersenyum tipis. Setelah beberapa saat, dia mengangguk dan berujar, "Tentu saja bisa, tapi kita harus bergerak cepat. Kalau sampai melewatkan kesempatan ini, semua akan sia-sia.""Paham! Paham!" Adjie memberi hormat dengan mengepalkan tangan, lalu berbalik dan pergi.Setelah Adjie pergi, Enji dan Guntur berpandangan. Enji berkata, "Sebelumnya aku nggak terlalu memikirkan ini, tapi sekarang aku merasa ini memang peluang yang nyata. Yang paling pent