Richard tercengang mendengar ucapan Nyonya Amber. Selama ini Richard mengirimkan uang kepada Nyonya Amber bukan untuk tujuan itu. Tidak terbersit sedikit pun niatan Richard seperti yang Nyonya Amber tuduhkan. Lagi pula, Richard pikir dia tidak akan sanggup jika harus membayar Kyra agar tetap berada di sisinya. Sebab, Kyra terlalu berharga. Tidak bisa diniali dengan mata uang mana pun.
“Menyingkir sekarang juga, Tuan Kaya Raya! Apa kau belum cukup puas merebut putri semata wayangku?! Tidak bisakah kau enyah saja?! Bahkan aku akan lebih senang jika kau tidak ada di dunia ini!” Nyonya Amber meluapkan amarahnya.
Richard mengalah. Dia tidak mau semakin memperkeruh keadaan dengan melawan wanita yang selalu diliputi emosi setiap kali berhadapan dengannya itu. Jujur saja, Richard tidak tega hati melihat Nyonya Amber hidup kekusahan. Akan tetapi, Richard tahu betul wanita tersebut memiliki perangai yang keras.
Hanya ada satu cara untuk membuat Nyonya Amber ma
Memang tidak mudah untuk bersama selamanya. Akan tetapi, demi Kyra Dellania, Richard Parker akan melakukan apa saja.“Kita akan selalu bersama. Aku akan tetap berada di sisimu, Sayang,” ucap Richard.“Apa pun yang terjadi?” tanya Kyra untuk memastikan keteguhan hati atas ucapan yang Richard lontarkan tersebut.Richard mengangguk tanpa keraguan. “Apa pun yang terjadi, aku akan tetap di sisimu.”“Bagaimana jika—”“Sayang, tolong berhenti memikirkan sesuatu yang membuatmu terbebani.” Richard merangkul Kyra dan mengusap lembut surai perempuan mungil itu. “Kau harus bahagia agar bayi kita juga merasakan bahagia, bukan?” imbuhnya.Usapan tangan Richard kini berpindah ke perut Kyra. Masih terlihat rata. Namun, janin itu tumbuh di sana. Kyra sudah sempat memeriksakan kandungan tersebut ke dokter, meskipun Richard tidak sempat menemaninya.“Aku mencintaimu, Say
Setelah perusahaan rintisan Richard mulai beroperasi, laki-laki itu menepati janjinya. Richard memboyong Kyra dari apartemen mereka di South East ke rumah baru yang dia beli di North Island. Meskipun perihal waktu, Richard masih belum bisa menemani Kyra setiap hari. Paling tidak, intensitas pertemuan mereka menjadi lebih sering dibandingkan dengan sebelumnya saat Richard fokus mengurusi perusahaan Tuan Parker di Midtown. Tuan Parker —ayah Richard— tidak mengizinkan putra semata wayangnya keluar dari perusahaan begitu saja. Jadi, Richard mau tidak mau harus membagi waktu untuk tetap mengurus perusahaan keluarga di Midtwon dan juga bisnis pribadi di North Island. Akan tetapi, Richard memastikan bahwa Kyra tetap menjadi prioritas utama baginya, apalagi mengingat wanita kesayangan Richard itu tengah mengandung buah hati pertama mereka. Richard tidak mau Kyra melalui semua kesulitan seorang diri. Rumah seluas 72 meter persegi itu memiliki satu kamar utama, satu kamar tamu
“Maaf. Aku tidak seharusnya mengatakan itu, aku—”“Sayang ….” Richard menyela ucapan Kyra. “Untuk apa meminta maaf? Kau tidak melakukan kesalahan apa pun,” imbuhnya menenangkan.“Tapi ….” Kyra menggantung kalimatnya, ia tahu betul perbincangan tentang Nyonya Amber sering kali tidak membawa akhir yang menyenangkan, justru hanya menyisakan kecanggungan.
Bab 19Richard menarik napas dalam-dalam sebelum turun dari mobil. Langkah tegapnya kemudian menapaki paving blok yang terpasang di halaman rumah, membentuk jalanan setapak menuju pintu utama. Bunga warna-warni berjejer menghias di kanan dan kiri. Nyonya Parker yang merawat itu semua dengan telaten.‘Andai Kyra di sini, dia pasti betah,’ gumam Richard.Setipe dengan Nyonya Parker, Kyra juga menyukai berbagai jenis bunga. Mungkin itu menurun dari Nyonya Amber yang juga hobi merawat tanaman. Bahkan di halaman rumah Nyonya Amber yang tidak begitu luas, terdapat deretan krisan aneka warna. Richard tidak tahu kenapa wanita tersebut memilih krisan dari sekian banyak bunga yang ada.“Selamat datang, Tuan Rich,” sapa seorang pelayan yang tiba-tiba membukakan pintu utama untuk Richard.Seolah-olah kedatangan Richard sudah dapat terendus oleh indra pembauan si pelayan. Atau mungkin di rumah mewah itu terpasang radar yang bisa mendet
Tinggal seorang diri ketika Richard berada di Midtown menjalankan kesibukannya, tidak membuat Kyra hanya duduk manis tanpa melakukan apa-apa. Perut Kyra yang sudah semakin besar sering jalannya waktu kehamilan pun bukan alasan untuk dia berdiam diri di rumah. Kyra tetap menjalankan aktivitas seperti biasa, membersihkan rumah dan menyiapkan sarapan untuk dirinya sendiri. Jika orang-orang lain melakukan healing dengan berlibur, memasak justru menjadi momen paling menyenangkan bagi Kyra. Saat di dapur bersama peranti memasaknya, Kyra bisa sedikit melupakan segala kegundahan. Bahkan sekali-sekali Kyra sempat mengabaikan panggilan masuk ataupun pesan elektronik dari Richard. Namun, sejak Richard mengomel panjang lebar karena mengkhawatirkannya, Kyra selalu menempatkan telepon genggam tidak jauh dari jangkauan. Supaya dia bisa mendengar dering ketika Richard menghubungi. “Ya Tuhan!” Kyra nyaris saja melempar wajan dari tangan karena terkejut oleh dering ponselnya.
Kyra patut bersyukur atas kehamilannya saat ini. Meskipun semula Kyra ragu dan mengkhawatirkan perihal kehadiran sang jabang bayi, sekarang itu menjadi anugerah terindah dalam hidupnya. Selain Nyonya Amber yang bersedia membuka pintu maaf bagi Kyra, kini hubungan sang ibu dengan Richard pun perlahan-lahan mulai membaik.Awalnya Nyonya Amber memilih pulang ke South East setiap Richard berkunjung, seperti kesepakatan yang mereka buat, tetapi lama kelamaan Nyonya Amber mulai terbiasa menerima keberadaan Richard. Dan tidak lagi keberatan tinggal di bawah atap yang sama dengan si anak konglomerat.Senyum manis tersemat di bibir Kyra ketika melihat dua orang yang dicintainya itu bahu membahu menghias kamar si jabang bayi. Sekali-sekali Richard dan Nyonya Amber akan beradu argumen jika tidak menemukan kesepahaman. Seperti saat ini, Nyonya Amber ingin kamar bayi dicat warna biru, sedangkan Richard mengusulkan merah muda saja.“Biru lebih netral. Bisa untuk bayi pe
Mendekati hari persalinan, Richard semakin protektif kepada Kyra. Ketika sedang berada jauh di Midtwon, lelaki itu akan menghubungi Kyra melalui panggilan video, hampir setiap tiga puluh menit satu kali. Jangan lupakan pesan singkat yang dikirim nyaris tanpa jeda. Bahkan, ketika Richard sedang dalam rapat direksi sekalipun.Nyonya Amber juga tidak kalah protektif dari Richard. Kyra tidak diperbolehkan melakukan kegiatan apa pun di rumah. Bahkan, hanya sekadar membersihkan debu di meja makan. Apalagi melakukan hobinya memasak di dapur, Nyonya Amber melarang Kyra.
Kyra meringis lirih seraya bergerak tertatih menuju ke arah kamar mandi. Belakangan ini dia sering mengalami kontraksi palsu, di mana perutnya begitu terasa melilit dengan dorongan mengejan, tetapi yang terjadi ternyata hanya desakan untuk membuang air dalam kemih.“Ibu!” Kyra memekik dari dalam kamar mandi.Nyonya Amber segera menghampiri dan membuka pintu kamar mandi yang sengaja tidak dikunci. Wanita itu menjadi sedikit panik ketika air ketuban tampak membasahi kedua paha bagian dalam Kyra.Bibi Juni yang ikut menghampiri, segera tanggap memanggil sopir yang Richard sediakan untuk berjaga jika hal darurat semacam ini terjadi. Ketiga orang tersebut kemudian membawa Kyra ke rumah sakit terdekat. Mereka yakin sudah waktunya Kyra untuk melahirkan.Sementara itu di Midtown, Richard sedang bersiap untuk bertemu klien setelah makan siang, tetapi pikirannya mulai resah karena pesan teks yang dia kirimkan sejak pagi tadi belum kunjung mendapatkan ba