"Kami ingin mengambil trip singkat naik balon udara, Sir!" ujar Jonas kepada kru provider salah satu penyedia jasa naik balon udara di lapangan luas tempat benda-benda itu diparkir dengan diikat tali pancang ke patok yang ditanam dalam di tanah.
Ahmed Kirzi, pria berusia awal 30 tahunan yang diajak bicara oleh Jonas itu menjawab, "Sekarang sudah pukul 15.00, mengapa tidak ambil long trip saja, Tuan? Biayanya tak berbeda jauh dan jangkauan lebih luas, pasti lebih menyenangkan bisa menikmati pemandangan dengan puas!"
Maka Jonas pun berunding dengan teman-temannya. Setelah menimbang-nimbang maka mereka pun setuju mengambil long trip seharga 650 Euro. Ketiga pria itu membayar bersama-sama, Jonas yang menanggung 250 Euro, sisanya Calvin dan Jordan masing-masing 200 Euro.
Keenam penumpang dari rombongan itu diizinkan naik ke balon udara. Ada sofa di dua sisi kotak yang diangkut balon udara tersebut. Mereka duduk di sana sambil
"Selamat untukmu, Dicky!" ucap Pancho sembari memeluk sobatnya, pembalap Formula One yang berhasil menjuarai balapan di Sirkuit Riverside, California baru saja.Seringai bangga mewarnai wajah Dicky Bergins, dia telah mematahkan kepesimisan banyak pihak yang menyangka kemenangannya dulu saat kembali debut di sirkuit pasca koma lama di rumah sakit hanya sekadar keberuntungan. Dia memang jago dan layak diperhitungkan sebagai seorang racer masterpiece F1."Terima kasih, Kawan-kawan. Aku akan mentraktir kalian di bar untuk minum-minum bersamaku sekarang!" sahut Dicky sembari merangkul Woody dan Louis di kanan kirinya. Louis pun berkata, "Setelah bercerai dari Audrey, karirmu kembali melesat, Dicky. Bisa jadi dulu kau mengalami tekanan karena istrimu itu terus menerus menyuruhmu berhenti menjadi pembalap. Iya 'kan, Guys?" "Benar ... benar, aku setuju. Audrey memberi sugesti yang buruk kepadamu, Dicky!" timpal Woody. Dia juga tak menyukai mantan istri sobatnya itu."Hey, kalian ini sudahla
"Jadi kalian apa akan pulang ke rumah besok?" tanya Jonas yang masih dalam suasana bulan madu.Ketiga pasangan suami istri itu duduk mengelilingi meja makan salah satu restoran masakan khas Turki. Mereka sengaja makan malam usai seharian puas berkeliling kota Istanbul. Hari pertama dan kedua memang sengaja dihabiskan di Cappadocia dengan wisata festival balon udara."Iya, kami sudah berlibur terlalu lama, Jonas. Kalian berdua silakan menikmati momen spesial tanpa gangguan dari kami. Apa besok jadi terbang langsung ke Swiss?" jawab Jordan sambil menikmati suapan köfte (daging cincang berbentuk bola dengan rasa rempah) dari sendok Chantal.Jonas pun menyahut, "Rencananya begitu, nanti setelah dari Swiss barulah kami pulang ke Texas. Terima kasih sudah menemani liburan bersama ke Turki ya, Guys!"Mereka mengobrol seru mengenai rencana untuk kapan-kapan lagi tur Eropa. Namun, Chantal menyeletuk, "He
"Hello, Mom. Ada apa?" jawab Jonas yang baru saja melakukan check in tiket pesawat di Bandara Istanbul. Nyonya Cecilia Benneton berkata dengan nada geram, "Hello, Jonas. Apa wanita itu terus menerus mengajak kau berlibur dan melupakan pekerjaanmu di kantor? Daddy sudah terlalu lama menghandle pekerjaanmu di sini. Apa kau masih lama pulang ke Texas?"Perkataan ibundanya membuat Jonas menjadi tidak enak hati. Dia dan Audrey berencana memperpanjang bulan madu ke Swiss. Tiket telah dibeli dan mereka siap berangkat sebentar lagi kurang dari satu jam jadwal penerbangan pesawatnya. "Mom, kami akan meneruskan bulan madu ke—""Jangan berangkat, kau pulang sekarang ke Texas. Mom sudah melarang dad untuk masuk kantor besok pagi!" potong Nyonya Cecilia Benneton tak mau tahu alasan putra sulungnya yang menjadi CEO perusahaan manufaktur makanan dan minuman kaleng terkemuka.Jordan dan Calvin yang mendengar suara merepet ibunda Jonas dari loud speaker ponsel sobat mereka pun saling berbisik. Tiket
"Ohh no, Calvin. Baru saja kita sampai di hotel sudah turun salju. Udaranya dingin sekali!" keluh Jessica Carrera dengan tubuh menggigil. Seusai membayar tarif taksi yang mahal karena perjalanan jauh dari Bandara Zürich hingga hotel tempat mereka menginap, Calvin membiarkan bell boy mengangkut koper mereka dan tas belanjaan Jessica tadi ke dalam lobi. "Tenanglah, ada penghangat di kamar pastinya dan aku juga akan membuatmu tak kedinginan lagi. Tunggu sebentar ya aku akan selesaikan proses check in kamarnya di resepsionis!" jawab Calvin sembari berjalan ke meja konter di lobi."Selamat datang di Hotel Villa Honeg. Apa sudah membuat reservasi kamar, Sir?" sambut wanita muda berambut sedagu pirang itu kepada tamunya."Hello, Miss. Saya mereservasi sebuah kamar atas nama Mister Jonas Benneton. Apa ada di daftar Anda?" jawab Calvin sesuai perubahan rencana sobatnya.Petugas resepsionis itu memeriksa di layar komputer kerjanya lalu menjawab, "Yes, Sir. Ada reservasi satu kamar di lantai t
"Perjalanan pulang yang melelahkan, Audrey. Kuharap kau tidak jatuh sakit setelah liburan usai!" ujar Jonas setelah menurunkan koper Jessica dan Calvin di Bandara Miami, Florida. "Tidak, aku baik-baik saja, Hubby. Lantas apa koper mereka akan kita bawa sampai Texas?" balas Audrey sembari berjalan di sebelah Jonas menuju ke loket pembelian tiket pesawat dari Miami ke Dallas. Setelah selesai membeli tiket berdua, Jonas pun menjawab, "Ada karyawan Calvin yang akan membawa pulang koper-koper ini ke penthouse mereka. Sepertinya itu orang suruhan Calvin!" Dia menunjuk seorang pria awal dua puluh tahunan berkemeja lengan pendek mengangkat papan kertas bertuliskan nama Mr. Jonas Benneton."Hello, Sir. Saya Bobby, yang akan membawa pulang koper Mister Calvin dan istrinya," ujar pemuda itu berjabat tangan dengan Jonas. "Ini silakan diambil, ada dua koper saja. Baiklah, saya harus melanjutkan penerbangan ke Dallas, terima kasih atas bantuanmu, Bobby!" jawab Jonas seraya menyerahkan troli beri
"Mom, ada apa pagi-pagi begini sudah bertandang ke kantorku? Permintaan Mommy kemarin untuk membatalkan honeymoon ke Swiss sudah kulakukan, bukan?" ujar Jonas dengan wajah tanpa senyuman. Dia melirik ke arah wanita muda berpakaian elegan yang duduk di sebelah Nyonya Cecilia Benneton, dia seperti sempat berpapasan dengannya di suatu tempat.Ibundanya tertawa riang lalu bangkit dari sofa diikuti perempuan yang menemaninya. "Mom, ada perlu denganmu tentunya, Jonas My Son. Oya, perkenalkan ini Camilla Sanders, cucu dari Mrs. Agatha Sanders. Aku ingin dia menjadi asisten pribadimu mulai hari ini!" tuturnya ringan dengan tatapan meremehkan ke arah Audrey yang nampak terkejut."No. Itu tak bisa terjadi. Kalau Mom mau, nona ini bisa kucarikan pekerjaan di bagian lain di perusahaan kita. Di Departemen Marketing atau Departemen Humas, dia bisa magang di bagian tersebut!" tolak Jonas dengan keras. "Ya ampun, kenapa kau begitu kasar dengan putri kolegaku, Jonas?! Camilla ini memiliki gelar Maste
"Auntie Cecil, nampaknya Jonas sudah lengket sekali dengan istri barunya itu. Aku jadi tak enak hati harus mengganggu pernikahan mereka!" cerocos Camilla Sanders sambil duduk di sofa ruangan presdir Benneton Prime Company.Ibunda Jonas memijit pelipisnya karena bingung memikirkan taktiknya yang gagal total pagi ini. Dia mencoba mencari kesempatan lain untuk memisahkan Jonas dan Audrey."Sepertinya aku minta bagian personalia memasukkanmu ke perusahaan ini saja dulu!" jawab Nyonya Cecilia Benneton berusaha mencari solusi jitu dari segala penolakan Jonas."Sebenarnya tujuan Auntie Cecil mendekatkan aku dengan Jonas untuk apa sih?" pancing Camilla berharap memang ada kesempatan menjadi menantu keluarga Benneton.Wanita paruh baya itu tersenyum penuh arti seraya menjawab, "Aku ingin Jonas mendapat pasangan yang sepadan. Wanita intelek yang berasal dari keturunan terhormat pastinya!""Ohh ...benar, memang penting, Auntie. Kalau memang aku pilihan yang dianggap cocok sebagai pendamping Jona
Dengan dagu terdongak angkuh Camilla Sanders memasuki Gedung Pusat Benneton Prime Company pagi itu. 'Hmm ... kelak semua karyawan pasti akan menunduk hormat ketika berpapasan denganku. Tentu saja karena aku dapat dipastikan menjadi nyonya bos. Mommy dari Jonas, CEO sombong itu sudah merestui langkah pendekatanku dengan putranya!' batin wanita berambut pirang terang tersebut percaya diri."TING." Lift terbuka di hadapannya dan beberapa karyawan menyenggol lengannya secara tidak sengaja karena berebut masuk untuk segera sampai di lantai divisi masing-masing."Hey, kalian tak tahu ya siapa aku?!" hardik Camilla meradang. Mata cokelat itu melotot seakan mau copot saja dari tempatnya. Salah seorang karyawati menyahut, "Memangnya kau siapa? Anak baru saja banyak tingkah!" "APA?! DASAR KURANG AJAR!" teriak Camilla mengamuk dan mengulurkan tangan kanannya yang berkuku tajam bermanikur dengan cat kuku merah menyala."Alaa ... siapa sih dia? Sudah tutup saja pintu lift. Dasar orang gila sok p