"Hoeekk ... hoeekk!" Suara mual dari kamar mandi di ujung pagi itu membangunkan Jonas dari tidur lelapnya.Pria itu terlalu lelah untuk bangun pagi-pagi buta dan tak menyadari istrinya menghilang dari sisinya di ranjang karena mereka terlalu banyak bercinta semalaman hingga dini hari. Sekalipun pernikahan Jonas bersama Audrey telah berjalan selama dua bulan lebih, mereka tetap saja mesra dan sepakat membuat rasa manisnya cinta tetap awet hingga ujung waktu.Dia bangkit dari tempat tidur dan setengah berlari menuju ke kamar mandi untuk memeriksa ada apa gerangan dengan Audrey. "Darling, kamu kenapa?" tanya Jonas, alisnya berkerut cemas."Hubby, mungkin aku butuh memeriksakan diri ke dokter kandungan. Menstruasiku terlambat dan rasanya sering mual di pagi hari. Biasanya aku bisa menahan rasa ingin muntah itu, tetapi pagi ini sudah tak mampu!" Audrey menyeka air matanya karena perutnya kembali bergolak. "Ohh, apa artinya aku akan jadi ayah? Wow, ini berita menggembirakan, Darling. Apa y
"Akhh ... perutku berkontraksi kuat sekali!" keluh Isabellla MacConnor saat dirinya sendirian di rumah. Suaminya masih bekerja di rumah sakit karena memang masih sore. Belum waktunya Gabriel pulang kerja.Sesaat Isabella berpikir bahwa dia ingin menunggu Gabriel saja baru memeriksakan diri ke dokter. Namun, kontraksi itu membuat perutnya serasa diremas-remas dan janinnya pun gelisah. Ketika akan naik ke ranjang, cairan hangat meleleh dari dalam melewati pahanya. "Astaga aku pecah ketuban!" Isabella lalu segera mengambil ponsel di nakas lalu menelepon nomor HP suaminya.Beberapa kali nada sambung terdengar lalu suara maskulin itu menyapa Isabella, "Hello, Dear Bella. Ada apa, tumben meneleponku jam segini?" "Gabe, aku pecah ketuban baru saja. Bagaimana ini?!" tanya Isabella panik karena belum pernah melahirkan."Hey ... hey, jangan panik, Sayang. Tarik napas dalam-dalam lalu hembuskan. Kamu akan melahirkan beberapa jam lagi, tak perlu terburu-buru. Siapkan saja yang ingin kau bawa ke
"Darling, aku ingin menunjukkan sebuah hadiah untukmu. Tutuplah matamu dulu sebentar!" ujar Jonas ketika mereka berkendara berdua dengan Lamborghini two seats menuju ke Woodlands, daerah suburban kota Houston yang lebih tenang lingkungannya."Ohh, hadiah dalam rangka apa, Jonas? Aku tidak sedang berulang tahun," tanya Audrey sedikit heran."Hadiah istimewa untuk istriku tercinta. Aku mempertimbangkan karena sebentar lagi kau akan melahirkan. Sabar ya, pakailah penutup mata yang kusiapkan di laci dashboard. Aku jadi teringat kencan buta kita dulu!" ujar Jonas terkekeh. Tempat tujuan mereka sudah dekat, dia pun melirik sekilas ke arah Audrey yang dengan patuh mengenakan penutup matanya. Setelah memarkir mobil di depan pintu garasi samping rumah bertingkat dua lantai itu. Jonas membukakan pintu mobil lalu membantu istrinya turun. Perut Audrey telah membuncit seiring berjalannya proses kehamilan, dia dibimbing dengan hati-hati oleh Jonas menaiki tangga teras depan lalu suaminya membuka
"TING TONG." Bel pintu depan rumah baru di Woodlands berbunyi. Audrey mencoba bangkit dari sofa dengan hati-hati dan melangkah sendiri untuk menyambut tamu istimewanya weekend ini. Senyuman menghiasi wajahnya yang kalem. "Surprise!" seru Jessica Carrera dan Chantal Brickman sembari memeluk hangat sobat mereka."Selamat datang, Guys! Senang melihat kalian lagi setelah beberapa bulan tak berkumpul," sambut Audrey terharu sekaligus gembira. Dia menepi dan membiarkan tamu-tamunya masuk ke dalam rumah barunya."Hai, Auntie Audrey!" sapa kedua putra Chantal kompak."Hai, Boys! Di mana ayah kalian? Kenapa kalian hanya berempat?" tanya Audrey sambil celingukan mencari suami-suami sahabatnya.Jessica yang menjawabnya, "Mereka mampir ke kantor Jonas di Houston. Sedangkan, kami diantar Donald ke mari bersama Raphael dan Michael!""Okay, biarkan para pria menghabiskan waktu bersama. Seharusnya di weekend Jonas hanya setengah hari kerja, pasti mereka bertiga akan segera menyusul ke mari," balas
"Halo, Jonas. Tolong transfer sejumlah uang ke Pelelangan City Prestige Jewelry. Mommy membeli beberapa koleksi perhiasan limited edition," ujar Nyonya Cecilia Benneton di telepon. Sejenak Jonas tercenung lalu bertanya, "Halo, Mom. Berapa jumlah pembeliannya?" "Hanya satu juta lima ratus ribu USD, Jonas. Kau transferlah pembayarannya segera ke rekening bank perusahaan yang mengadakan pelelangan ini," jawab ibunda Jonas santai. Beberapa wanita sosialita menatap penuh perhatian ke arah Nyonya Cecilia Benneton. Mereka berbisik-bisik karena tahu bahwa yang akan membayar tagihan perhiasan super mahal itu adalah putra wanita tersebut.Mendengar jumlah belanja perhiasan mewah mommy-nya, Jonas syok berat. Dia tak sudi membayar jumlah sebanyak itu untuk pembelian perhiasan yang tidak bermanfaat dan nilai purna jualnya pasti turun jauh karena dibeli di sebuah pelelangan."Maaf, Mom. Batalkan saja pembelian perhiasan itu. Aku tak ingin membayarnya. Perusahaan memang menghasilkan profit, tetap
"Maaf, Teman-teman, aku harus pergi ke Houston sekarang juga. Mommy pingsan dan dilarikan ke rumah sakit!" ujar Jonas berpamitan dengan kedua pasangan Fremantle."Apa aku perlu ikut ke rumah sakit, Jonas?" tanya Audrey mencemaskan mertuanya.Namun, Jonas menggeleng tidak setuju. "Kamu di rumah saja menemani keluarga Fremantle, Darling. Kita bagi tugas ya, lagi pula terlalu melelahkan untukmu nantinya bila harus berjaga di rumah sakit!""Baiklah, aku mengerti. Hati-hati di jalan, Hubby!" ujar Audrey lalu mengantarkan Jonas sampai ke depan teras. Jordan dan Calvin berbisik-bisik mengenai ibunda Jonas yang memang agak merepotkan. Sejak di acara pernikahan Gabriel dan Isabella tempo hari, mereka menjadi antipati terhadap wanita berumur itu. Kasihan Audrey yang mendapat tekanan secara mental karena dianggap tak sederajat dengan keluarga Benneton."Dulu Cecilia itu setahu Daddy bukan berasal dari keluarga terpandang, Richard Benneton sangat menyukainya semenjak kuliah bersama di Harvard. M
"Honey, aku rindu menyentuhmu lagi. Beberapa hari ini aku terlalu sibuk dengan pekerjaan dan urusan mommy di rumah sakit," ujar Jonas sembari membelai-belai tubuh Audrey di atas ranjang. Telapak tangan Audrey menangkup wajah tampan suaminya, dia tak banyak komplain dengan kesibukan Jonas. Akan tetapi, mereka memang sama-sama merindukan satu dengan lainnya. Sebuah ciuman yang dalam tercipta dan mengawali gairah yang bergelora di ujung pagi.Perut membuncit Audrey dikecupi oleh suaminya Dia pun mendesah memanggil-manggil nama Jonas dengan mesra hingga Jonas makin bersemangat untuk membawa mereka ke puncak kenikmatan bercinta. "Ohh Baby ... faster akhh!" ucap Audrey dengan mata birunya berkabut hasrat nan pekat.Jonas pun mengisap pucuk buah kembar ranum istrinya seolah tak ingin permainan panasnya berakhir cepat. Dia menahan pergelangan tangan Audrey di atas kepala dan mengayunkan pinggulnya ritmis hingga kejantanannya yang keras melesak keluar masuk di liang sempit Audrey."Mmhh ...
Kunjungan singkat Audrey ke rumah sakit untuk menjenguk ibu mertuanya menjadi kali terakhir baginya bertemu Nyonya Cecilia Benneton. Hal itu dikarenakan Jonas marah dengan penolakan kasar mommy-nya atas kebaikan Audrey. Mereka berdua pun otomatis tinggal berjauhan dengan keluarga Benneton yang berada di Houston, sedangkan pasangan itu meninggali rumah mereka di Woodlands. Kehidupan rumah tangga Jonas dan Audrey dijalani dengan harmonis. Pasangan yang penuh cinta tersebut menantikan kelahiran putra pertama mereka.Hari demi hari terlewati hingga usia kehamilan Audrey mencapai bulan kesembilan. Jonas sengaja tidak melakukan perjalanan ke luar kota dan selalu pulang sebelum petang dari kantornya. Dia bertekad akan menemani istrinya ketika tiba saatnya melahirkan buah hati mereka.Malam itu selepas makan malam berdua di rumah, Jonas menemani Audrey menonton film HBO. Pria itu membelai lembut perut istrinya yang membuncit dan merasakan tendangan si jagoan kecil dari dalam habitatnya."Hey