"Baiklah, barang belanjaan dari California sudah diturunkan semua dari mobil. Beristirahatlah yang cukup. Sampai bertemu besok pagi, Audrey!" pamit Jonas seusai dia mengantar asisten pribadinya yang cantik ke unit apartemen kelas menengah di pusat kota Houston itu.Perlahan Audrey melangkah maju lalu berjinjit untuk mengecup pipi bosnya sekali dengan penuh keraguan. "Terima kasih, Mister Benneton. Uhm ... Anda orang yang sangat baik!" ucap Audrey dengan wajah merona.Jonas berdehem, dia menarik napas panjang untuk menenangkan diri. Wanita itu jelas tak tahu apa yang menari-nari dalam benaknya. Dia benar-benar menahan hasrat untuk menarik Audrey ke sofa dan melakukan banyak hal menyenangkan berdua saja."Your very welcome. Aku pergi sekarang, Audrey. Bye!" sahut Jonas segera membalik badan kekarnya dan membulatkan tekad melangkah dengan kaki panjangnya ke pintu lalu menuju ke lift.Selepas kepergian bosnya, Audrey segera mandi cepat dan berganti pakaian yang lebih casual karena dia aka
Running trade bursa Eropa bergerak cepat di layar laptop Jonas Benneton. Pria itu memperhatikan pergerakan harga saham perusahaannya yang listing juga di bursa benua biru selain di bursa Dow Jones Amerika Serikat. Di tangannya segelas cognac dengan es batu yang mencair terguncang perlahan.Malam itu terasa sepi dan sendiri seperti biasa karena dia tak pulang ke mansion house untuk bersama istrinya. Setelah penolakan kasar Isabella MacConnor beberapa malam lalu, Jonas enggan tinggal di sana lagi. Lebih payahnya justru dia merindukan Audrey, tetapi tidak memiliki akses untuk bersama dengan wanita itu selain menemuinya besok di kantor."Hmm ... saham Grup Benneton semua bergerak naik, good!" gumam Jonas lalu meneguk cognac dingin dari gelas kristalnya.Tiba-tiba ponselnya berbunyi, ada panggilan telepon masuk. Jonas pun melihat id caller di layar HP itu, ternyata Harry Thompson. Dia berharap ada kabar tentang tawarannya untuk Audrey dan segera menjawab, "Halo, Harry. Ada apa?""Halo, Jon
"Tolong tanda tangani di sini dan di sini, Miss Audrey Newman!" ujar pegawai firma hukum yang disuruh untuk meminta tanda tangan persetujuan surat kontrak antara Jonas Benneton dengan wanita itu.Dengan patuh tanpa membaca isi surat perjanjian itu Audrey langsung menanda tanganinya. Dia hanya fokus pada uang satu juta dolar yang diperlukan untuk biaya rumah sakit Dicky. "Baiklah. semua sudah lengkap. Miss Audrey, Mister Harry Thompson, saya permisi!" pamit pria bernama Andrew Longhorn itu lalu bergegas menyalami mereka berdua dan meninggalkan kantor pemilik Majestic Executive Club.Setelah itu Harry pun berkata, "Audrey, klien exclusivemu itu ingin berkencan lagi Jumat malam ini di Hotel Royal Aston Premiere. Dia menitipkan nomor ponsel yang bisa kamu hubungi setiap kali kalian akan bertemu. Jangan lupa pakai penutup mata bila menemuinya, Dear!" Audrey tertawa kering, dia sebenarnya juga penasaran seperti apa paras 'Bunny'. Kondisi ini memang sama sekali tidak ideal. Akan tetapi, di
Ponsel Jonas yang terus menyala layarnya karena panggilan telepon masuk itu akhirnya disambar dengan kesal oleh pemiliknya. Jonas harus menginterupsi permainan panasnya bersama Audrey. Dia mendengkus kesal, buru-buru mengenakan celana boxer lalu bergegas keluar kamar menuju balkon. Pintu penghubung tertutup berdebam di belakangnya.Angin malam yang hangat dari jalanan kota Houston bercampur aroma asap kendaraan dan aspal itu menyusup ke dalam kamar Hotel Royal Aston Premiere. Audrey mendengar suara pintu ditutup dengan sembarangan, tetapi dia tetap berdiam diri tergolek di atas ranjang dalam kondisi tanpa busana. Partner ranjangnya yang baru saja menerbangkannya ke langit ketujuh entah memiliki urusan penting apa dan tiba-tiba meninggalkan dirinya."Halo, ada apa, Bella?" jawab Jonas berusaha menekan emosinya yang meluap-luap. Sialan sekali wanita itu, selalu mendorongnya menjauh dan saat dia sedang menikmati kencan panas bersama Audrey malah mengganggu begini.Suara ketus itu terdeng
"Aakh ... mmhh!" Audrey mengerang sambil meremat seprai dengan kedua tungkai kaki panjangnya yang terentang. Entah sudah berapa kali dia mendapatkan klimaks sepanjang malam ini, tetapi bagian intimnya terasa kebas hingga dia cemas besok pagi tak dapat berjalan dengan normal karena ulah Bunny.Napas pria yang terdengar memburu diselingi geraman maskulin membuat Audrey mengetahui pasangannya masih berhasrat menggapai puncak kenikmatan sekali lagi."Honey ... ougghh!" pekik Jonas ketika dia menyembur dengan deras usai melesakkan batang keperkasaannya dalam-dalam ke liang basah milik partner kencan butanya."Kurasa kali ini cukup, cairan yogurt segar produksiku terkuras habis dari pabriknya!" canda Jonas seraya menjatuhkan badan kekar bermandikan peluh itu di samping Audrey yang tidak enggan memeluknya.Wanita itu menyusurkan jemari lentiknya di wajah Jonas perlahan seolah ingin mengetahui bentuk paras pasangannya malam ini. "Kenapa menyentuh wajahku seperti ini, Honey?" tanya Jonas pen
Dua bibir yang beradu itu menimbulkan suara berkecipak pelan memecah keheningan ruangan 8x12 meter persegi di jelang tengah malam. "Gabe, aku akan menahan pikiranku agar tidak menolak sentuhanmu. Percayalah!" bujuk Isabella sembari menatap keindahan binar mata turqoise milik pria tercintanya.Akan tetapi, Gabriel tidak berpikiran sama dengan kakak iparnya yang sedang menindih tubuhnya di atas ranjang. "Oya? Hmm ... aku ada ide bagus, Bella. Cobalah buka sabuk celanaku dan lihat barang berhargaku di dalam sana. Kalau kau tidak mual dan merasakan serangan rasa panik artinya memang kau sudah sembuh total dari trauma masa lalumu!" tantang dokter ahli jiwa itu seraya menyunggingkan senyum percaya dirinya.Wajah Isabella menegang sekilas, dia tak menyangka Gabriel akan sefrontal itu menguji keyakinannya. Dia menghela napas lalu berkata, "Fine. Aku pasti lulus. Tunggulah!" Wanita itu mengecup sekali lagi bibir merah muda kenyal yang memabukkan itu sebelum melarikan mata dan tangannya ke ges
"Audrey, tinggalkan kami berdua. Kamu tunggu di luar ruangan CEO!" titah Jonas ketika bertukar pandang dengan asisten pribadinya yang sama sekali tak mengenal istrinya.Dia segera berdiri dan membawa tasnya seraya menyahut, "Permisi, Mr. dan Mrs. Benneton!" Audrey melangkah keluar dari balik meja kerjanya dan melewati Isabella.Namun, lengannya tiba-tiba dicekal oleh istri bosnya. Mata Isabella yang jeli mengenali tanda bekas keintiman seksual berwarna merah merah di leher dan menyebar di sekitar dada Audrey sekalipun disembunyikan dengan rambut lebat coklat keemasan yang terurai."Hey, apa kau yang melayani napsu gila suamiku tadi malam?!" hardik Isabella dengan nada menuduh kepada Audrey."Ehh ... ti—tidak, Ma'am!" Audrey sontak merona wajahnya. Dia tak enak dengan situasi janggal ini, pelakunya bukan bosnya melainkan Bunny. Kasihan sekali Jonas, pikir Audrey karena harus menanggung kesalahan pria lain.Jonas bergegas menghampiri kedua wanita yang saling bertentangan itu, dia menegu
"Well done, Mister Benneton!" ucap Gerald Potts setelah meeting menghasilkan keputusan yang dapat diterima baik oleh kedua belah pihak. Jonas bangkit dari kursinya dan menjabat uluran tangan kliennya. "My pleasure, Mister Potts. Anda bisa mengirimkan dokumen kontrak penjualan kaleng kemasan dengan harga terbaru ke email corsec perusahaan kami. Terima kasih!" balasnya seraya mengantar pria berambut pirang bermodel spike itu ke lift. Di belakang mereka Audrey dan Trevor mengikuti bos mereka. Hari telah lewat tengah hari, jam kerja kantor di akhir pekan telah usai. Para karyawan juga telah pulang kerja sebagian besar.Ketika kembali ke lantai 20 dengan lift, Jonas bertanya kepada Audrey, "Apa kamu ada kesibukan siang ini? Aku lapar dan ingin mengajakmu makan di restoran Perancis langgananku kalau kau tidak keberatan, Audrey Darling.""Ohh, saya tidak ada janji lain, Sir. Baiklah, saya akan ikut makan siang menemani Anda!" jawab Audrey sopan, dia juga merasa perutnya keroncongan karena