Share

Bab 4

Aku menelusuri jalan kecil di samping perpustakaan menuju area pertokoan dan restaurant yang berada beberapa blok di belakangnya. Jalan Maple di belakang perpustakaan adalah kawasan yang terkenal dengan restaurant dan café berdesain interior unik dan makanannya yang enak. Karena Ren sedang pergi mengurus asuransinya, untuk siang ini aku harus mencari makan siang sendirian.

Ada sebuah café mungil bercat mint yang baru buka. Kubaca papan tulis berisi menu yang ada di luar café saat kulihat sosok yang aku kenal berjalan keluar dari dalam café.

“Noah.”

Noah mengangkat kepalanya dari handphone yang diutak atiknya sambil berjalan. 

“Axel. Sedang apa kamu disini? “

“Aku mencari makan siang. “

Noah menatap papan menu yang ada di hadapanku. 

Cream soup dan garlic bread-nya enak.”

“Burgernya? “

“Mau coba? “

“Bukannya kamu mau pulang? “

“Aku masih lapar. Ayo. “

Kami masuk ke café disambut seorang pramusaji yang sepertinya adalah mahasiswi pekerja paruh waktu. 

“Selamat datang kembali.” Senyumnya mengembang lebar ke arah Noah. Noah tersenyum lalu duduk di kursi dekat jendela. “Kami mau double cheeseburger. Yang satu tanpa tomat. Yang satu extra saus pedas. Lalu cream soup dan garlic bread.” Noah mengalihkan pandangannya dari menu. “Minum? “

Orange juice. “

“Dua orange juice. “ 

Gadis itu mengangguk dengan senyum lebar lalu pergi. Aku geleng-geleng melihat sikapnya. Meskipun aku sudah sering melihat sikap lawan jenis kami setiap kali mereka berhadapan dengan Noah, tapi tak urung aku masih merasa lucu melihat tingkah gadis tadi.

Noah memang tampan. Tidak hanya kaum wanita yang terang-terangan menunjukkan kekaguman mereka, kami kaum lelakipun mengakuinya. Noah memiliki tubuh tinggi dan langsing namun berotot dengan pembawaan yang sangat percaya diri. Menjurus angkuh. Ia juga memiliki lidah yang tajam yang semakin menambah kesan angkuh pada dirinya.

“Ah, sepertinya hari ini hujan lagi.”

Aku menghentikan lamunanku dan ikut menatap keluar jendela. Awan gelap menggantung di langit sebelah barat. Kualihkan pandanganku ke Noah. Wajahnya terlihat masam. Noah memang sangat tidak suka hujan.

“Apa sih yang membuatmu tidak suka hujan? “

“Siapa yang bilang aku tidak suka hujan?”

“Kamu selalu mengomel setiap kali musim hujan. “

“Apa itu artinya aku tidak suka hujan? “

“Kalau bukan lalu apa?”

“Aku hanya tidak suka basah. “

“Apa kamu kucing? “ 

Noah menyeringai sebagai jawabannya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status