Kilat cahaya melaju dengan kecepatan tinggi, petir merah mengiringinya dan membentur perisai lelaki dengan kacamata hingga suara dentuman menggema keras. Dorongan yang sangat kuat hampir membuat Lan Xiaoyan dan Ma Jun terdorong. Mereka mulai memperkuat serangan dan menekan perisai Manajer Li.Lelaki itu membalas balik. Dia terdorong sekali dan membuka matanya lebar-lebar saat retakan kecil mulai menyebar. Perisai darah yang kuat mulai hancur. Lelaki itu melihat seseorang pingsan. Dia menjadi alasan mengapa Lan Xiaoyan berhasil selamat dari serangan sebelumnya."Tiga bajingan ini...." Angin berhembus kuat, kilat merah bercabang mencuat di balik perisainya. Serangan tersebut mulai membuatnya terdorong ke belakang.Tidak sampai di sana, Lan Xiaoyan mengeluarkan kekuatan yang jauh lebih besar. Membuat Manajer Li tercengang. "Dia mau mati-" gumamnya. Pemuda itu sudah menggunakan terlalu banyak kekuatannya. Terjangan dari depan sangatlah kuat hingga membuat kacamata lelaki itu pecah. Ma
"Tidak mungkin..."Dokter Ouyang memelankan langkah kakinya saat tiba di depan lubang yang berasap, melihat seseorang terkapar di sana tak bernyawa. Kacamatanya retak dan dadanya terluka fatal. Bulir air mata menggenang di pelupuk mata lelaki ringkih itu, sekarang tugasnya adalah menyembuhkan korban virus yang ditularkan Black Jade Sword.Lan Xiaoyan dan kawan-kawannya telah berhasil menjatuhkan Black Jade Sword yang telah menjadi mimpi buruk mereka selama bertahun-tahun. Kini Ouyang sangat yakin dia mampu mengobati penduduk Kota Rouhan. Senyum bahagia terbit di bibirnya."Syukurlah..." Dia menyatukan kedua tangannya sembari berdoa.Di belakangnya, Feng Guang menyusul laki-laki itu dengan perlahan. Melihat jasad Manajer Li sekilas dan tersenyum melihat pemuda bodoh yang sedang tergelak bersama teman-temannya. "Entah kenapa terkadang aku merasa sial dan juga beruntung mengangkatnya menjadi muridku."Dokter Ouyang menoleh padanya. "Aku yakin kau sangat bersyukur memiliki murid sepertin
Arc 1 - Benua Laut BiruRibuan tahun lalu, manusia dan bangsa siluman saling hidup berdampingan. Hingga terjadi sebuah pembantaian terhadap Klan Penjaga Langit dan tewasnya Raja Siluman yang disebabkan oleh perebutan Tujuh Pedang Pusaka Langit yang dikatakan dapat 'membalikkan langit dan semesta’. Perang yang dikenal sebagai Perang 1000 hari membuat dataran terbelah dan membaginya menjadi tujuh wilayah berbeda-beda. Perang, diskriminasi ras, wabah dan perbudakan merajalela, oleh karena itu abad tersebut disebut sebagai 'Era Kehancuran '.Setelah Perang 1000 hari berakhir, kehancuran mulai merambat hingga ke Benua Laut Biru, bangsa siluman yang tersisa dibakar hidup-hidup dan dibunuh tanpa terkecuali. Rumor mengatakan bahwa salah satu dari Tujuh Pedang Pusaka tersebut dijaga oleh Naga Es dari Benua Laut Biru sehingga dimulailah perang berdarah di mana ratusan ribu siluman dibunuh. Hal itu mengakibatkan seperempat dari wilayah Benua Laut Biru terpecah. Siluman yang berhasil melarikan d
Badai semakin kuat menyapu pesisir, kabut menebal saat menjelang malam. Di sisi lain semua orang memandang seram ke arah gunung yang dimaksud tetua desa, Gunung Gui Shan.Gui Shan disebut sebagai Gunung Setan, di sana hidup banyak makhluk serta tanaman mistis peninggalan sejarah yang menjadi bukti bahwa dulu manusia dan siluman pernah hidup berdampingan. Tempat itu nyaris tak pernah disentuh setelah banyaknya manusia yang mati. Dari cerita yang beredar, tidak ada satu pun yang berhasil kembali setelah memasuki Gunung Gui Shan. Tujuan mereka kebanyakan untuk mengambil sumber daya di dalamnya, sumber daya itu sendiri berasal dari tanaman dan mahkluk spiritual yang dikatakan tak terbatas sehingga tak heran banyak kultivator di masa lalu berebut untuk masuk ke sana.Meski pun dilihat dari kejauhan, Gunung Gui Shan seolah-olah dihuni oleh setan raksasa yang bersemayam di jurang dalam. Tidak ada yang berani membawa jasad anak kecil itu ke sana. Maka dari itu semua orang memasang wajah cemas
Lelaki itu dikenal dengan sebutan Pertapa Empat Musim dan menjadi seorang nomor satu di antara Tujuh Pilar Langit yang berada atas Feng Guang. Dia adalah Xiao Liong, orang yang begitu disegani dan dihormati di Tanah Para Dewa."Serahkan kitab itu. Atau kami akan membunuhmu seperti para leluhurmu." Xiao Liong terkenal tidak menunjukkan belas kasih bahkan kepada sesama rekannya. Feng Guang menarik kembali kekuatannya setelah menumbangkan lebih dari dua ratus prajurit istana. "Saat ini kau telah menjadi buronan serius dan harus segera dimusnahkan. Jangan dendam padaku jika pada akhirnya tanganku lah yang harus mengakhiri hidupmu.""Aku takkan membiarkan manusia seperti kalian memiliki harta peninggalannya. Jika tujuan kita berbeda, maka satu-satunya jalan adalah bertarung."Xiao Liong memejamkan matanya sejenak. Tangannya yang memegang pedang di pinggangnya masih bertahan, menunjukkan dia ragu untuk bertarung dengan lelaki itu. Namun bagaimana pun Xiao Liong berbicara, Feng Guang akan t
Salah satu pendekar lanjut usia menganggukkan kepala sambil mengelus jenggot putihnya, "Tidak salah lagi. Ini seperti yang diramalkan dalam syair itu. Dunia akan kembali pada 'masa itu'."Murid dari perguruannya sedikit terkejut sehingga salah satu dari mereka bahkan terang-terangan bertanya. "Masa itu? Syair? Apa yang sedang Guru bicarakan?"Lelaki tua itu hanya tersenyum dengan sepasang bola mata yang telah memutih menatap ke arah Feng Guang. "Ini hanyalah kisah lama ... Anak muda seperti kalian pasti tidak akan mengerti. Seandainya aku bisa hidup lebih lama untuk tetap mengikuti perkembangan ini, hahaha..."Pertanyaan mereka tidak terjawab, para murid itu hanya bisa kembali menatap ke arah panggung eksekusi di mana suara Mo Xiaohan menjadi satu-satunya perhatian di ruang terbuka itu."Seperti yang kalian tahu, bangsa siluman adalah ancaman bagi dunia manusia. 900 tahun lalu, pengkhianat dari Klan Shan telah melakukan dosa besar dan menyimpan 7 pusaka langit demi memperkuat klannya.
"Aku datang!!"Seorang pemuda meloncat dari atas pohon tinggi sambil menyeringai usil, kedatangannya membuat para serigala ambil langkah seribu memasuki semak-semak, bahkan beberapa dari mereka berenang melewati sungai ketakutan.Pemuda itu menoleh kanan kiri yang tiba-tiba kosong. "Oi, oi, kenapa semuanya lari? Memang aku berbuat salah apa pada kalian?"Salah satu serigala yang belum begitu jauh bersuara. "Groaaar!"Pemuda itu berkacak pinggang sembari menaikturunkan alisnya. "Haaaa? Aku tak ingat kapan aku memakan kalian ..." Dia mengatup mulutnya saat melihat bekas api unggun di dekat pohon dan beberapa tulang hewan. Satu-satunya makhluk yang memangsa dan memasak para binatang buas di gunung ini hanyalah dirinya, si puncak rantai makanan, Lan Xiaoyan. Meskipun serigala-serigala itu tidak seperti serigala pada umumnya dan berukuran tiga kali lipat dari tubuhnya, mereka selalu berlari ketakutan saat melihat Lan Xiaoyan.Lan Xiaoyan mendecakkan lidah, baru berjalan beberapa meter per
Kondisi Feng Guang terlihat buruk, terutama karena pendarahan hebat serta luka fisik yang dialaminya setelah pertarungan di Tanah Para Dewa. Bisa dikatakan saat ini lelaki itu amat sangat membutuhkan pertolongan tapi yang dia lihat saat ini, bocah yang baru dikenalnya tak lebih dari lima menit itu justru lebih memilih mengejar singa daripada memedulikan keselamatannya. Denyutan perih berulang kali membuatnya meringis, Feng Guang tidak bisa menggunakan kekuatan apa pun untuk membantu mengurangi rasa sakit itu, satu-satunya pilihannya adalah menunggu Lan Xiaoyan kembali.Cukup lama Lan Xiaoyan menghilang, Feng Guang khawatir bocah itu melupakan dirinya. Namun tak lama dia melihat anak itu kembali menggotong buaya besar di belakangnya. Dia terluka cukup parah untuk mengalahkan binatang buas itu.Lan Xiaoyan menangkap ekspresi Feng Guang sambil berbicara bingung. "Ada apa, Pak Tua Feng? Kenapa kau kaget seperti itu? Apa kau tidak bisa memakan ikan?"Feng Guang bergumam pada dirinya send