"Bu, ada masalah, Anda harus segera datang." Suara asistennya terdengar cemas.Sofia tak punya pilihan lain selain bangun, lalu berganti pakaian dan kembali ke hotel. Sesampainya Sofia di parkiran, asistennya sudah menunggu di sana."Ada apa ini?" Sofia panik melihat sikap asistennya."Satu jam yang lalu, tamu di kamar 2510 menelepon resepsionis, katanya kalung emas mereka hilang. Mereka menuduh petugas kebersihan yang mencurinya. Aku sudah tanya ke kedua petugas yang membersihkan kamar mereka, petugas kebersihan tidak melihat kalung apa pun. Tamu itu sudah lapor polisi, sekarang polisi sedang memeriksa lokasi," asisten ini menjelaskan sambil mengikuti Sofia masuk ke hotel."Kamar 2510?" Sofia mengangkat alisnya, itu adalah kamar yang ditempati Yaga dan Ella.Sesampainya di atas, Sofia melihat Yaga dan Ella yang duduk di dalam kamar. Selain mereka berdua, ada 3 orang polisi serta 2 orang petugas kebersihan yang sedang diperiksa."Tok, tok." Begitu mendengar suara ketukan pintu, semua o
Sofia tidak terkejut, dia sudah menduga Yaga akan bereaksi seperti ini."Kami sudah melakukan semua yang kalian minta. Faktanya bukan karyawanku yang mencuri kalung kalian. Pertama-tama, kalian yang menuduh dan memfitnah karyawanku. Tindakan kalian memberikan dampak yang buruk bagi reputasi dan nama baik hotel kami. Kami akan menuntut kalian atas tuduhan pencemaran nama baik."Seketika raut wajah Yaga dan Ella pun berubah.Begitu melihat respons mereka, Sofia pun tersenyum lembut sambil memberikan pengertian. "Sebenarnya tindakan kalian tidak separah itu, tidak akan sampai dipenjara. Paling hanya perlu membayar uang ganti rugi."Saking emosinya, Yaga sampai menggertakkan gigi dan wajahnya memerah. Tiba-tiba Yaga mengambil asbak yang ada di atas meja dan melemparkannya ke arah Sofia.Sofia tidak sempat mengelak, asbak yang berat itu pun mengenai bahunya."Ah ...." Sofia merintih kesakitan."Bu Sofia!" teriak asisten dan kedua petugas kebersihan yang berdiri di dekatnya. "Anda tidak apa-
"Kamu pesan makanan di luar? Setiap hari?" Liam bertanya dengan nada sinis."Tidak setiap hari. Aku pesan makanan di luar karena bahuku lagi sakit," Sofia menjelaskan."Bahumu luka?" Liam langsung mengalihkan tatapannya ke arah bahu Sofia."Tulang bahuku yang di sebelah kanan retak." Sofia menunjuk lengan kanan dengan menggunakan tangan kiri. "Paling beberapa hari juga sembuh.""Kok bisa?" Ekspresi Evano terlihat sangat serius, berbeda dengan biasanya.Sofia terpaksa berbohong. "Tidak sengaja menabrak tembok.""Hmm? Benaran menabrak tembok? Tidak ada hubungannya sama keluarga suamimu?" Evano tidak langsung memercayai jawaban Sofia.Sofia terkejut mendengar pertanyaan Evano. Jika bukan karena Evano terlihat kebingungan, Sofia mungkin akan berpikir kalau Evano telah mengetahui semuanya."Katakan sejujurnya. Kalau mereka yang memukulmu, ini bisa dijadikan bukti untuk meminta ganti rugi." Evano mendesak Sofia.Meskipun Yaga adalah adiknya Glen, insiden kali ini sama sekali tidak ada hubung
Sofia baru keluar dari rumah sakit setelah melakukan pemeriksaan.Jalanan di sepanjang rumah sakit macet sehingga agak sulit mendapatkan taksi. Sofia sudah memesan taksi online dan sedang menunggunya di tepi jalan.Sesaat taksi sampai, Sofia baru membuka pintu, tetapi seorang pria paruh baya malah menyerobotnya dan langsung masuk ke dalam mobil yang dipesan Sofia."Sini, sini, cepat! Cepat masuk!" teriak pria paruh baya.Sofia mengerutkan alis, suara pria ini terdengar tidak asing. Ketika menatap ke kursi belakang, ternyata pria paruh baya itu adalah Pak Hutomo, ayahnya Glen.Kalau ada Pak Hutomo, berarti ada Bu Hutomo ....Ternyata benar, dari kejauhan terlihat Bu Hutomo yang membawa beberapa tas sambil menggandeng Vera. Mereka sedang berlari ke arah mobil.Vera terlihat kesal dan berteriak, "Pelan-pelan! Aku masih sakit, nggak bisa lari-lari!"Bu Hutomo langsung memperlambat langkahnya sambil meminta maaf. "Aduh, maaf, maaf. Itu ayahmu juga, ngapain sih buru-buruin kita, aku kan jadi
Sofia adalah orang yang mudah luluh. Melihat Glen yang berjanji dengan sepenuh hati, Sofia pun bersedia kembali bersama Glen. Ditambah, Sofia juga belum sepenuhnya rela berpisah dari Glen.Kemudian Glen dan Sofia pun menikah, mereka membeli rumah di Kota Haita. Kedua orang tuanya Glen pernah meminta untuk tinggal bersama, tetapi Glen langsung menolaknya.Setelah Glen menolak permintaan tersebut, kedua orang tuanya Glen malah menyalahkan Sofia. Kedua orang tuanya Glen menuduh Sofia telah mencuci otak putranya. Semenjak itu, kedua orang tuanya Glen semakin membenci Sofia.Kedua orang tuanya Glen berharap bisa segera menggendong cucu, tapi Sofia sendiri tidak mau mempunyai anak. Tahun baru kemarin, saat Glen dan Sofia pulang ke rumah Keluarga Hutomo, Bu Hutomo ingin membawa Sofia ke dokter kandungan, tapi Sofia menolak dengan tegas.Melihat Sofia yang tak kunjung hamil, kedua orang tuanya Glen menyarankan Glen untuk menceraikan Sofia.Sesaat mendengar ucapan Bu Hutomo, Glen malah memarahi
Sofia seperti dihipnotis, dia hanya bisa mematung di tempat. Otaknya menyuruhnya pergi, tetapi sekujur tubuhnya tidak bisa bergerak."Cit ...." Mobil tersebut mengerem secara mendadak.Setelah suara yang memekakkan telinga, tiba-tiba suasana di sekitar terasa sunyi. Sebagian pejalan kaki menutup mata mereka karena ketakutan.Beberapa menit sudah berlalu, tetapi Sofia masih membeku di tempat. Dia tidak bisa mendengar atau melihat apa pun. Kepalanya terasa kosong dan linglung.Semua orang terkejut, ternyata Sofia tidak tertabrak. Untungnya mobil tersebut berhenti tepat waktu.Insiden ini mengakibatkan kemacetan di jalan raya. Banyak kendaraan yang berhenti untuk mencari tahu apa yang terjadi."Nona, kamu nggak apa-apa?""Bisa berdiri?""Apakah otaknya terbentur?"Para pejalan kaki menghampiri Sofia untuk menanyakan keadaannya. Jantung Sofia berdegup sangat kencang, dia belum bisa mencerna apa yang terjadi.Tak berapa lama, seorang pria datang dan mengulurkan tangannya. "Ayo, aku bantu."
"Nggak apa-apa, aku baik-baik saja," jawab Sofia."Bahumu ...." Pria asing menunjuk tangan kanan Sofia."Bahuku sudah luka sejak seminggu yang lalu. Tadi dokter membersihkan lukanya dan diperban ulang. Bukan salahmu, kok," Sofia menjelaskan.Namun pria ini masih mencemaskan kondisi Sofia. "Dokter tidak memberikanmu obat? Sini, resepnya! Biar aku yang tebus."Sofia menggelengkan kepala. "Nggak ada.""Kamu bisa jalan? Perlu dipapah? Di luar macet banget, pasti susah dapat taksi. Aku antar pulang, ya!" Pria asing memberikan tawaran.Kebaikan pria ini malah membuat Sofia curiga. "Tidak perlu, aku minta temanku jemput saja."Pria ini menyadari Sofia yang menolak dan menjaga jarak, dia pun segera menjelaskan, "Jangan salah paham, aku nggak ada maksud lain. Aku hanya mencemaskan keadaanmu. Kalau kamu nggak mau diantar, aku akan menemanimu sampai temanmu datang."'Gawat!' pikir Sofia. Tadi Sofia cuma asal mencari alasan, tak ada seorang pun yang akan datang menjemputnya.Sofia hanya memiliki s
"Oh ...." Liam tidak tertarik mengobrol lebih panjang.Namun Niel tidak terpengaruh dengan sikap Liam yang dingin. Niel terlihat sangat antusias dan berkata, "Aku tidak menyangka bisa bertemu Pak Liam di sini. Pak Liam, aku sangat mengidolakan Anda.""Masih tidak mau pergi?" Liam mendesak Sofia, lalu membalikkan badan dan langsung pergi.Melihat Liam yang hendak meninggalkannya, Sofia pun bergegas mengejarnya.Sofia mengejar Liam, sedangkan Niel mengejar Sofia. "Pak Liam temanmu?"Teman? Tentu saja bukan! Namun Sofia sudah terlanjur mengatakan kalau temannya yang akan datang menjemputnya. Hanya saja Sofia tidak tahu, kenapa bukan Evano, tetapi malah Liam yang datang ....Sofia terpaksa berbohong, lalu menganggukkan kepala. Kedua mata Niel sontak berbinar-binar, lalu menarik tangan Sofia, "Kamu bisa tolong mengenalkan aku sama Pak Liam?""Hah?" Sofia melirik Liam yang berjalan jauh di depan sambil menjawab dengan ragu-ragu, "Aku harus tanya Pak Liam dulu."Ketika tidak mendengar langkah