Satu jam sebelumnya…
Para penonton diam membisu dengan tubuh gemetaran tepat ketika Wang Ling terkulai lemas tak berdaya akibat satu pukulan yang diberikan oleh Zhou Fu. Mereka khawatir jika Zhou Fu akan membalas dendam pada mereka karena beberapa saat lalu mereka meremehkan kekuatan Zhou Fu. Jika waktu bisa diputar kembali, mereka ingin berbalik mendukung Zhou Fu sehingga di saat Zhou Fu menang dari Wang Ling, mereka hanya perlu bersorak gembira tanpa merasakan kegentingan yang mencekam.
“Tuan muda, mohon jangan beritahukan kepada semua orang jika selama ini aku berbuat curang. Percayalah, akibat kecuranganku tersebut, desa ini tak pernah diganggu oleh rombongan perampok dari luar,” Wang Ling masih mencoba merengek memohon pada Zhou Fu ketika Zhou Fu memberikan uluran tangan kepadanya.
Zhou Fu nampak mengamati Wang Ling selama beberapa saat, ia sedang membuat penilaian apakah ucapan yang baru saja dikatakan Wang Ling adalah kejujuran atau kebohongan.
“Hem, alasanmu boleh juga, Paman. Tapi kurasa kecuranganmu juga harus dibayar! Akan kurahasiakan kecuranganmu dari semua orang, tapi naikkan hadiahku dua kali lipat!” respon Zhou Fu pada rengekan Wang Ling. Menurutnya, tak ada ruginya merahasiakan kecurangan yang dilakukan Wang Ling, sebaliknya jika ia merahasiakan hal tersebut, ia bisa untung lebih banyak.
“Dengan senang hati, Tuan Muda Zhou! Jika sewaktu-waktu tuan muda sedang berkunjung ke Dozhu lagi, kami akan menyambut tuan muda sebagai tamu kehormatan!” Wang Ling membungkuk dan berterima kasih berulang kali pada Zhou Fu karena telah berbaik hati merahasiakan kecurangannya. Wang Ling pun berbisik pada Zhou Fu untuk memberitahukan seseorang yang bernama Zhang Ye, anggota kelompok Taoqi yang memegang pusaka penyedot energi.
Zhang Ye duduk di barisan penonton, tepat di sekitar Shen Shen berbuat ulah. Begitu Wang Ling memberi tahu lokasi duduk Zhang Ye, Zhou Fu turun dari arena pertandingan dan berjalan mendekat ke arah Zhang Ye.
Para penonton mundur beberapa langkah ketika Zhou Fu mendatangi Zhang Ye. Zhang Ye tak berkutik, tangannya pun gemetaran menyerahkan sebuah pusaka kepada Zhou Fu. Para penonton tak mengerti pusaka apa yang sedang dirampas oleh Zhou Fu.
***
Peran Shen Shen dalam kemenangan Zhou Fu pada turnamen Douzheng amatlah besar. Sebab tanpa bantuan dari Shen Shen, Zhou Fu akan kesulitan mencari sosok anggota Taoqi yang sedang menggunakan pusaka untuk menyedot kekuatan Zhou Fu. Karena itulah, Shen Shen meminta imbalan separuh dari hadiah yang diperoleh Zhou Fu, yaitu sebanyak 10 koin emas dari total hadiah yang didapat Zhou Fu sebanyak 20 koin emas. Itu merupakan hadiah yang cukup besar sebab 1 koin emas saja nilainya sama dengan upah pekerja kasar selama 100 hari bekerja. Jadi, sepuluh koin emas setara dengan upah seorang pekerja yang bekerja penuh selama 3 tahun lebih.
Zhou Fu menerima usulan Shen Shen tanpa banyak protes sebab ia masih belum begitu mengerti perhitungan uang koin. Bahkan jika Shen Shen meminta bagian lebih, Zhou Fu sepertinya juga tidak keberatan.
“Oh ya, apakah tiga keping emas sudah cukup untuk membayar biaya penginapanku kemarin?” Zhou Fu bertanya pada Shen Shen ketika mereka berdua masih berjalan menuju ke penginapan si kakek.
Shen Shen melotot lalu memukul pundak Zhou Fu, “tiga keping katamu? 1 keping saja sudah kebanyakan! Satu koin emas itu setara dengan biaya menginap selama dua bulan penuh di penginapan yang berkelas kau tahu? Kau ini memang terlalu baik atau kelewat bod*h?” Shen Shen bertanya kesal.
“Waaaah, apakah itu artinya saat ini aku adalah orang kaya?” Zhou Fu membuka kembali buntelan kain yang berisi koin emasnya, ia memandangi koin-koin itu dengan mata berbinar-binar.
“Jika tak percaya ucapanku, ayo kita temukan rumah makan yang paling bagus dan mari makan makanan yang mahal!” Shen Shen menarik tangan Zhou Fu untuk mengajaknya mencari rumah makan termewah di Dozhu.
***
Zhou Fu dan Shen Shen sedang duduk menunggui pesanan mereka dibuat. Rumah makan yang mereka datangi tak begitu ramai pengunjung, mungkin karena itu adalah rumah makan mahal yang mana hanya orang-orang tertentu saja yang bisa memasukinya. Tak heran, suasana dalam rumah makan tersebut terbilang cukup sunyi. Tak ada jamuan musik dan tari-tarian sebab sepertinya ada satu rombongan yang sedang membicarakan sesuatu yang penting.
Baik Shen Shen maupun Zhou Fu awalnya tak begitu menghiraukan obrolan dari salah satu rombongan itu, hingga di satu titik, mereka menyebut nama Yang Zi. Shen Shen menginjak kaki Zhou Fu dan memberi isyarat agar Zhou Fu juga turut mendengarkan obrolan mereka.
“Harga kepala nona Yang Zi sangatlah besar, bahkan lebih besar dari pada harga yang pernah diberikan kepada nona Shen Yang,” ucap salah seorang dari rombongan tersebut.
“Wajar jika Yang Zi dibandrol lebih mahal, sebab bagaimanapun Yang Zi adalah sedikit dari jajaran puteri bangsawan yang memiliki ilmu bela diri!” ujar temannya menimpali.
“Bukan! Bukan karena dia bisa ilmu bela diri. Harga kepala nona Yang Zi menjadi mahal karena ia tak sengaja mendengar rencana rahasia itu. Tepat sebelum nona Yang Zi dieksekusi, ia sempat mendengar operasi rahasia yang seharusnya tidak ia dengar. Itulah mengapa beberapa orang yang terlibat merasa harus menghabisi nona Yang Zi bagaimanapun caranya,” salah seorang yang lain mengklarifikasi.
“Apa? Memangnya rahasia apa yang ia dengar?”
“Aku juga kurang begitu mengerti, yang jelas kudengar itu ada hubungannya dengan kehidupan di balik tembok raksasa.”
“Tuan-tuan, selamat menikmati hidangan khusus dari kami…” seorang pelayan datang ke meja rombongan tersebut sembari memberi isyarat ke beberapa pelayan lain untuk segera meletakkan aneka menu hidangan ke meja makan.
Zhou Fu mengepalkan tangannya sebab pelayan tersebut berhasil memotong pembicaraan penting yang sedang ia dengar. Di lain sisi, Shen Shen terdiam membisu.
“Jangan khawatir, keluargamu sepertinya sangat terkenal. Kita bisa mendapatkan banyak informasi di tempat-tempat lain,” Zhou Fu berbisik pada Shen Shen yang terlihat kehilangan nafsu makan.
“Ngomong-ngomong, mengapa ketua menugaskan kita menyisir pulau-pulau kecil seperti ini, bukankah kabar kematian nona Shen Yang sudah diberitakan di seluruh negeri Caihong?” satu orang dari rombongan itu melanjutkan obrolan mereka, membuat Shen Shen dan Zhou Fu kembali memasang telinga untuk siaga.
“Dasar bodoh! Makanya jangan hanya melamun ketika diberi tugas!” salah satu anggota memukul kepala rekannya, lalu lanjut berbicara, “Nona Shen Yang memang sudah dikabarkan meninggal karena keberadaannya tak diketahui dalam waktu yang cukup lama. Tetapi, anehnya ada yang ditutup-tutupi oleh Sekte Sungai Utara. Tiga orang yang bertugas menghabisi nona Shen Yang tidak kembali sampai detik ini.”
“Ya, kurasa Patriark Sun Mingjin sengaja menutupi hal tersebut demi menjaga reputasi sektenya. Bukankah memalukan jika tersebar kabar tiga anggotanya gagal mengeksekusi gadis biasa yang bahkan sedang tersesat jauh dari rumahnya sekaligus tidak menguasai ilmu bela diri!”
“Jadi, kedatangan kita menyisir pulau-pulau kecil di sekitar sini adalah untuk mendapatkan informasi tentang keberadaan tiga pendekar dari sekte Sungai Utara. Bahkan, jika ternyata kita bisa menemukan keberadaan nona Shen Yang, baik hidup maupun mati, bayaran yang akan kita dapat akan sangat mahal!”
Semua orang dalam rombongan tersebut manggut-manggut mengiyakan. Mereka pun melanjutkan makan siang mereka yang sudah tersaji dengan lengkap di meja.
“Sebelum mereka menemukanmu, aku akan membuat mereka kehilangan nyawa!” Zhou Fu berbisik sangat pelan di telinga Shen Shen.
=====================
Follow author di IG: @Banin.snY0utube Channel: iPus ChannelDi kanal Y0utube author juga sering bikin konten tentang rekomendasi novel-novel bagus lho... Salam, terima kasih...Shen Shen sibuk menutupi wajahnya dengan helaian-helaian rambutnya yang panjang. Sebisa mungkin ia tak ingin wajahnya tertangkap oleh lima orang yang beberapa saat lalu membahas tentang dirinya dan Yang Zi. Ketika Zhou Fu mengatakan padanya bahwa Zhou Fu akan menghabisi mereka semua, Shen Shen menginjak kaki Zhou Fu sembari menggeleng-gelengkan kepala. “Percaya padaku, kita lebih baik diam saja dan tidak memberi reaksi!” Shen Shen berbicara nyaris tanpa suara. “Sialan, harusnya aku tak perlu izin padamu tadi!” Zhou Fu mencengkeram tangannya kuat-kuat. Geram karena ia gagal berkelahi. Padahal akan sangat menyenangkan jika ia bisa berkelahi. Apa daya, Shen Shen melarangnya dan ia harus menuruti apa kata perempuan tersebut. Sejatinya, Zhou Fu sudah memegang janji pada kakeknya untuk menurut pada Shen Shen jika ia dicegah untuk berkelahi. ‘Janji, bagaimanapun sulitnya ditepati tetap harus ditepati. Dengan demikian, kau akan disebut pria sejati’ begitulah kata-kat
Pria yang mencengkeram pakaian Zhou Fu itu menarik tangannya dan membuat wajahnya hanya berjarak satu kepalan tangan dari wajah Zhou Fu. Pria itu kian menyeringai lebar ketika mendapati tubuh Zhou Fu tak mengeluarkan aura apapun yang menandakan bahwa Zhou Fu adalah remaja biasa tanpa ilmu bela diri sedikit pun.Braaaakkk……Tubuh Zhou Fu dihantamkan ke meja makan hingga membuat punggungnya berbenturan dengan aneka hidangan yang tadinya ia makan bersama Shen Shen. Seluruh hidangan di meja itu pun kini telah berantakan tak berbentuk. Meja makan pun pecah terbelah menjadi dua bagian. Zhou Fu terjatuh ke lantai dengan posisi telentang sedang Shen Shen seperti orang kebingungan dan ketakutan. Tangan Zhou Fu mengepal semakin kuat, tapi sebagian tubuhnya masih menyimpan kesabaran.“Hei perempuan, apakah kau juga ingin mendapat giliran seperti kekasihmu yang lemah ini?” Pria itu maju selangkah mendekati Shen Shen, tangan pria itu menjul
Desa Shuiyang adalah desa yang lebih maju daripada desa Dozhu sebab sepertinya Shuiyang menjadi pusat perekonomian di pulau Jidong. Berbeda dengan Dozhu yang dipadati rumah penduduk, bangunan-bangunan di Shuiyang lebih didominasi oleh penginapan, rumah makan, toko oleh-oleh dan tempat-tempat hiburan.Zhou Fu memilih untuk tidak terburu-buru agar ia bisa sedikit lebih menikmati perjalanan pertamanya di luar pulau terpencil. Segala hal yang ia lihat merupakan sesuatu yang baru dan ia merasa perlu untuk mengenalkan dirinya dengan hal-hal baru yang ditemuinya tersebut. Lagipula, kapal baru akan berangkat malam nanti, sementara hari itu masih baru beranjak senja. Tentu Zhou Fu masih memiliki beberapa jam sebelum kapal berangkat berlayar.Di lain sisi, Shen Shen sedang dimasukkan ke dalam sebuah tempat hiburan oleh tiga pria yang menculiknya. Satu pria membawa Shen Shen masuk sementara dua lainnya seperti berjaga-jaga di luar bangunan. Si pemilik tempat hiburan tampak begitu
“Jika kapal tersebut sudah melaju sekitar satu jam sebelumnya, berapa jauh jarak antara kapal ini dan kapal tersebut?” Zhou Fu bertanya untuk memastikan satu hal.Petugas kapal nampak berpikir beberapa saat lalu menjelaskan beberapa kemungkinan jarak kapal yang dimaksud Zhou Fu. Ia tak bisa memberi satu jawaban pasti karena laju kapal bisa dipengaruhi oleh beberapa hal.“Hem… Dengan jarak seperti itu, kukira aku masih bisa memanfaatkan kekuatanku,” Zhou Fu menjawab penjelasan petugas kapal dengan anggukan kepala pelan sembari dua tangan menyilang di dada. Ia sedang menghitung berapa kecepatan yang ia butuhkan untuk bisa menyusul kapal Shen Shen dengan cara berlari di atas air.Kemampuan berlari di atas air biasanya baru dikuasai oleh pendekar-pendekar yang sudah berusia di atas tiga puluh tahun karena hal tersebut berhubungan dengan kemampuan seseorang dalam menaikkan tingkatan tenaga dalamnya. Zhou Fu termasuk remaja yang beruntun
“A… Apakah itu artinya ada tamu lain di kapal ini?” salah seorang penculik Shen Shen bergumam khawatir, tangannya yang sudah membuka selongsong pedang nampak terlihat gemetaran antara takut dan kedinginan.Lima orang pendekar yang menculik Shen Shen memang memiliki kemampuan bela diri yang tak terlalu tinggi. Hal tersebut terbukti ketika tubuh mereka tidak bisa menahan sergapan aura dingin yang masih menggelayut entah dari mana datangnya.“Bbbbocah, bagaimana kau bisa masuk ke kapal ini? Apakah kau membawa orang lain bersamamu?” si pemimpin kelompok bertanya pada Zhou Fu yang berdiri dengan tatapan siaga.“Aku baru saja hendak bertanya pada kalian, siapa yang melepaskan aura dingin ini. Jelas ini bukan milik kalian berlima,” jawab Zhou Fu tak kalah penasaran dengan lima pendekar penculik Shen Shen.“Dia tampak sama sekali tak terpengaruh dengan hawa dingin ini, apakah dia memang kuat atau dia adalah kawan d
Rao Guohoa adalah salah satu pendekar berpengaruh di organisasi Kelelawar Merah, sebuah organisasi hitam yang memiliki markas di wilayah bebas hukum di daratan Caihong. Negeri Caihong merupakan sebuah negeri yang memiliki daratan paling luas di antara yang lain, di dalamnya ada sebuah wilayah khusus yang disebut sebagai wilayah bebas hukum Caihong. Wilayah bebas hukum Caihong adalah sebuah daratan luas yang dipisah oleh sungai Juda. Sungai seluas tiga kilo meter itu berhasil membuat daratan yang dibelahnya menjadi sebuah wilayah terisolir. Wilayah tersebut kemudian menjadi lokasi bersarangnya beberapa sekte dan organisasi hitam.Daratan Caihong sendiri memiliki jarak setara dengan berjalan kaki selama enam bulan dengan pulau Jidong. Keberadaan Rao Guohoa di sekitar pulau Jidong menandakan jika organisasi Kelelawar Merah sudah berhasil melakukan perluasan wilayah dan kemungkinan besar Rao Guohoa diangkat menjadi pemimpin di wilayah baru.Tak diketahui dengan jelas
Sesaat ketika Rao Guohoa melepaskan serangan terakhirnya, Zhou Fu sempat melihat jika Rao Guohoa terkulai tak sadarkan diri. Karena tubuhnya berada di udara, Rao Guohoa pun jatuh dari ketinggian dengan laju kecepatan yang tinggi. Pedang Rao Guohoa terjun bebas mendahului pemiliknya, dan Zhou Fu menangkap pedang tersebut dengan sempurna.Anehnya, Zhou Fu tak mendengar suara tubuh tercebur air. Mata Zhou Fu pun menyisir ke segala arah, tetapi hanya remah-remah kapal yang nampak. Jika tubuh Rao Guohoa jatuh ke air, tentu telinganya mendengar meski jika pada saat yang bersamaan kebetulan matanya tak sedang melihat. Baik mata maupun telinga Zhou Fu, tak menangkap kejadian Rao Guohoa jatuh ke air.“Perempuan itu masih hidup,” Zhou Fu berbisik pada Shen Shen begitu menyadari ada aura dingin yang sekelebat melewati tubunya. Bulu kuduk Zhou Fu berdiri, bukan karena takut tetapi karena aura dingin yang lewat itu nyatanya lebih pekat dari beberapa saat sebelumnya.
Jika dilihat dari atas awan, Dengguang akan nampak seperti sebuah titik yang berada di tengah-tengah beberapa pulau. Karena lokasinya yang strategis, Dengguang dikelola oleh seorang saudagar kaya untuk dijadikan sebagai sebuah persinggahan sementara untuk kapal-kapal yang mengalami keadaan darurat. Tak hanya bermanfaat ketika ada kapal yang mengalami keadaan darurat, Dengguang juga biasa digunakan sebagai tempat beristirahat sementara untuk kapal-kapal yang melakukan pelayaran jarak jauh.Di Dengguang, seorang penumpang kapal bisa turun dari suatu kapal dan berganti menaiki kapal lain jika memang ada yang ingin melakukan perubahan arah perjalanan. Semua orang bebas berlayar ke mana saja asal mereka memiliki uang yang cukup untuk membayar biaya perjalanan.“Tuan muda, kita sudah hampir sampai ke Dengguang,” salah seorang petugas kapal membangunkan Zhou Fu dengan sangat sopan. Jika saja Zhou Fu tidak sedang tidur dalam kondisi siaga, ia tak akan terbangun han