"Wah! Benaran sembuh! Padahal waktu itu Zura ragu dengan komposisinya, hehehe." tawa Azurra lepas tanpa rasa bersalah telah memberikan Gwen salah uji coba.
"Jadi salap itu.........?"
"Hhehe, itu percobaanku yang ke seratus dua belas. Aku namai X 112. Dan siapa sangka hasilnya berhasil. Aku akan kasih tahu papa kalau komposisi yang eksperimen X 112 itu berhasil." Jawab Azurra.
Usai mengatakan itu Azzura pun pergi meninggalkan Gwen yang terbengong sendiri setelah mengetahui fakta di balik salap ajaib pemberian Azzura.
Anne dan Raya pun hanya bisa saling pandang. Mereka berdua saja tidak tahu kapan Gwen diberi oleh Azzura salap itu.
"Astagaa Anne Mary! Apa itu barusan artinya aku sudah menjadi kelinci percobaaan putrimu, Anne?" tanya Gwen yang masih belum bisa percaya, dirinya menjadi kelinci percobaan bocah yang masih ingusan.
"Kalau melihat dan mendengar dari apa yang barusan terjadi, sepertinya iya." Jawab Anne benar- ben
Tiga tahun pun berlalu. Usia Alexander, Axeon dan Axeira telah cukup untuk bersekolah.Dan setelah melalui serangkaifit and proper test, terpilihlah sebuah sekolah internasional untuk menjadi sekolah mereka. Karena tidak mungkin rasanya papa dan mama mereka mendirikan sekolah sendiri untuk ketiga anak kembarnya ini. Cukup satu paud itu saja yang mereka dirikan. Tidak perlu sampai mendirikan SD, SMP dan SMA. Takut nya malah ntar keterusan hingga universitas. Ujug-ujug bisnis keluarga Gavin malah beralih ke bisnis di bidang pendidikan."Kalian apa kan adik kalian????” Teriak Gwen kaget ketika melihat anaknya yang secantik putri di dunia dongeng mendadak jelek tidak terkata."Kaca mata?" TanyaGwen sambil melihat Axeira dengan tatapan yang sudah pasti jauh dari kata takjub."Betul sekali. Dan ini yang ketebalannya mengalahkan tebalnya kaca mata nenek Janet." Dengan bangga Alexander menyampaikan detail kaca mata tersebut pada Gwen.
Tiga tahun pun berlalu. Usia Alexander, Axeon dan Axeira telah cukup untuk bersekolah.Dan setelah melalui serangkaifit and proper test, terpilihlah sebuah sekolah internasional untuk menjadi sekolah mereka. Karena tidak mungkin rasanya papa dan mama mereka mendirikan sekolah sendiri untuk ketiga anak kembarnya ini. Cukup satu paud itu saja yang mereka dirikan. Tidak perlu sampai mendirikan SD, SMP dan SMA. Takut nya malah ntar keterusan hingga universitas. Ujug-ujug bisnis keluarga Gavin malah beralih ke bisnis di bidang pendidikan."Kalian apa kan adik kalian????” Teriak Gwen kaget ketika melihat anaknya yang secantik putri di dunia dongeng mendadak jelek tidak terkata."Kaca mata?" TanyaGwen sambil melihat Axeira dengan tatapan yang sudah pasti jauh dari kata takjub."Betul sekali. Dan ini yang ketebalannya mengalahkan tebalnya kaca mata nenek Janet." Dengan bangga Alexander menyampaikan detail kaca mata tersebut pada Gwen.
"Pa! Alexander berangkat duluan ya !" Pamit Alexander sambil menyambar sebuah roti di atas meja makan."Axeon dan Axeira mana? Bukannya ini hari pertama kalian sekolah? Kalian harus pergi bersama- sama. Papa dan mama juga akan ikut untuk hari perdana kalian." Cerepet Gwen."Nggak tahu Ma." jawab Alexander, cuek."Eh! Kamu berangkat sekolah dengan siapa, Alex?????!" Tanya Gwen tanpa melihat ke arah Alexander."Aku ada janji sama Tian, Ma. Sepertinya TIan udah di depan." Jawab Alexander sambil melangkah pergi."Oh sama Tian? Ya sudah kalau gitu." jawab Gwen, tanpa sadar kalau anaknya telah pergi ke atas, meninggalkan ruang makan.Alexander sempat pada Aiden yang sedang sarapan sambil baca koran. Tapi dia memang tidak mengulang pada Gwen. Karena pikir Alexander, sang ibu sudah tahu dia berangkat dengan Tian. Bukannya tadi ibunya bilang, yang sudah kalau begitu? jadi untuk apa repot-repot memberiahu hal yang sama.A
"Hm- ini tidak aneh sayang. Ini malah sangat luar biasa." jawab Aiden bersorak senang, membuat Gwen tercengang."Papa suka penampilanmu pagi ini! Kau kelihatan sangat sangat cantik!" Seru Aiden lalu menggandeng tangan Axeira berjalan ke meja makan."Ini papanya kembar kesambet setan apa? Kenapa dia malah mengatakan Aira sangat cantik??!" Tanya Gwen dalam hati sambil mengikuti anak dan suaminya ke meja makan."Sayang?! kamu ini kenapa sih?"Gwen menarik tangan Aiden setelah Aiden membantu Axeira duduk."Kenapa apa sayang?" tanya Aiden dengan ekspresi polosnya."Ya! Itu! Axeira?? Kok kamu malah senang dengan penampilan anak kita yang seperti Annabella gitu?" Protes Gwen."Loh apa nya yang salah, sayang! Coba lihat putri kita, dia sangat cantik kan?" tanya Aiden seolah isi pikirannya dan Gwen sedang satu aliran kali ini tentang makna sebuah kecantikan."Are you Serious? Tuan Besar Gavin?" Sorak Gwen yang semakin tidak percaya dengan
"Ck! Ternyata selain muka badak! Telinganya pun telinga kuali!" Ujar anak bule itu, mengatai Axeira sekali lagi."Hei! Jaga omongan mu! Kau sudah mengatai ku dua kali! Pertama kau bilang aku ini muka badak! Dan yang kedua, kau mengatakan telingaku telinga kuali! Kau pikir siapa diri mu, hah?" Balas Axeira sengit."Aku? Aku adalah anak pemilik sekolah ini. Aku tidak suka di sekolah ini ada badut. Badut yang mambuat pelajaran tidak bisa berjalan sebagaimana mesti karena keadaan kelas yang ribut," balas anak bule itu sama sengitnya dengan Axeira."Memangnya salahku apa? Kalau mereka ribut, ya hak mereka!! Mulut - mulut mereka! Suara - suara mereka! Ya terserah mereka! Kalau kau tidak suka ya larang pakai mulut mu!" Cerepet Axeira lagi."Memang mulut - mulut mereka! Suara - suara juga suara mereka! Dan benar terserah mereka! Tapi karena penampilanmu yang menyakitkan mata itulah yang membuat mulut mereka tertawa dan suara mereka memenuhi ruang kelas ini sehingga aku tidak bisa belajar yang
"Kamu tidak apa- apa? Apa ada yang sakit? Kamu kenapa ke kelasku?"Christian memberondongi Axeira dengan banyak sekali pertanyaaan.Axeira yang tadinya hanya sekedar malu tidak sampai ada itikad untuk menangis, setelah ditanya seperti itu olehChristian malah nangis kejer. Dia menangis sejadi- jadinya di depanChristian dan kakak nya Alexander."Loh? Kok malah nangis?" TanyaChristian yang jadi kaget karena Axeira menangis. Dia bingung apa yang menyebabkan Axeira menangis. Seingatnya dia hanya menanyai Axeira tiga pertanyaan saja setelah mereka bertabrakan tadi. Kamu tidak apa- apa? Apa ada yang sakit? Kamu kenapa ada di kelasku? Tidak mungkin karena pertanyaan- pertanyaan itu Axeira jadi menangis. Itu kan hanya pertanyaan- pertanyaan standar. Bukan Pertanyaan dalam BAP sebuah kasus kriminal.Atau apa mungkin Axeira menangis karena tadi dia jatuh dan pantatnya terasa sakit? Tapi kalau benar itu, kenapa dia baru menangis? Ada gitu, orang
Roman wajah Axeira auto berubah!Axeira yang tadi nya sedang menangis tersedu- sedu mendadak diam.Kalau tadi dia kesal denganChristian dan Alexander, kali ini semua rasa kesalnya beralih ke bocah bule yang ternyata bernama Asher Ruiz.Semakin Axeira dengar dan cermati dengan seksama semua kata- kata yang keluar dari si bocah bule sesat ini, semakin Axeira bisa menarik kesimpulan bahwa semua kata- kata dari si bocah bule sesat ini bukan kata- kata orang yang datang untuk menolong orang lain. Melainkan kata- kata yang membuat orang lain ingin adu mekanik dengannya saat ini juga. Karena apa? karena semua kata- kata yang Asher Ruiz lontarkan menyulut emosi Axeira!"heeeeee!!!Kau bule sesaaat!!!!! apa katamu??" teriak Axeira sambil menarik rambut si bocah bule ke samping sampai kepalanya oleng ke samping kemudian dia menjerit kesakitan."Axeira!!" Teriak Alexander cemas! Dia tidak menyangka adiknya akan menjadi bar- bar seperti itu.
"Aku dengar putra ku berkelahi dengan seorang anak perempuan. Makanya aku segera kemari. Tunggu! Jangan bilang kalau anak perempuan yang berkelahi dengan anakku adalah anakmu?" tanya Martin langsung bisa menyimpulkan situasi yang terjadi.Aiden pun langsung menoleh ke arah dua bocah yang duduk di sofa yang letaknya tidak begitu jauh dari mereka berdua."Sepertinya tebakanmu benar, Martin. Anak perempuan yang berkelahi dengan anakmu, adalah anak ku." Ujar Aiden sambil menghela nafas."Sebaiknya kita masuk dulu untuk mengetahui apa sebenarnya yang terjadi? kenapa dua bocah ini malah berkelahi seperti itu." Ajak Aiden kemudian."Kau benar! Ayo.." balas Martin.Kini kedua papa muda ini telah berdiri di belakang anak - anak mereka masing- masing sambil memegangi pundak anak mereka masing- masing."Apa yang sebenarnya terjadi bu? Kenapa dengan dua anak ini?" Tanya Martin Ruiz ke ibu wakil kepala sekolah tanpa memihak pada siapa pun. Meskipun