Share

Minuman mencurigakan

"Oh, ti-tidak usah. Sa-saya bisa melakukannya sendiri." Seketika itu wajah gadis berlesung pipi itu terlihat memerah karena merasa malu dan juga panik. Sebisa mungkin ia langsung menolaknya.

Dengan degup jantung yang berdetak sangat kencang, kedua tangannya gemetar mendorong dada bidang milik laki-laki tersebut berusaha agar bisa terlepas dari pelukannya.

Sungguh badan Nayla kini terasa panas dingin tidak karuan. Ada perasaan malu, panik, grogi, dan juga ketakutan semuanya bercampur aduk menjadi satu. Karena baru kali ini ia harus berhadapan dengan seorang pria dalam keadaan jarak yang begitu dekat seperti sekarang ini. Sehingga membuatnya menjadi salah tingkah dan tak tau harus berbuat apa sekarang.

"Hahaha ... kamu ini aneh dan lucu banget sih? Kenapa muka kamu jadi tegang banget kayak gitu?" Laki-laki itu malah tertawà seolah-olah sedang meledeknya. Entah mengapa ia merasa sangat senang dan gemas melihatnya.

"Lagi pula kita ini, 'kan udah sah menjadi suami istri. Jadi ... boleh dong, aku bantuin kamu untuk melepas semua pakaianmu ini. Dan pastinya kamu sangat kerepotan untuk melepasnya, bukan?" Masih sambil memeluk pinggang wanita itu, dengan sangat jail laki-laki itu sengaja ingin terus menggodanya.

Dengan sangat gugup Nayla langsung menggelengkan kepala. "Tidak, Tuan. Tidak apa-apa. Saya bisa kok melepasnya sendiri," tolaknya lagi.

"Baiklah, jika kamu tidak mau aku juga tidak akan memaksa. Tapi ... kalau aku melepas maskermu ini boleh, 'kan?"

Degg!

Lagi-lagi kedua mata Nayla terbelalak kaget mendengarnya. Di saat melihat salah satu tangan Arga yang akan melepas maskernya. Dengan segera tangan yang semula sedang mendorong dada bidang laki-laki Itu, seketika langsung berpindah menahan masker yang masih menempel di wajahnya. Lalu secara reflek gadis itu terpekik, "Jangan!"

Sehingga membuat Arga langsung mengerutkan dahinya merasa keheranan dan sekaligus syok melihatnya. "Lah, kenapa tidak boleh?" tanyanya bingung.

"Aduh ... aku harus beralasan apa lagi sekarang?" batin Nayla yang merasa sangat kebingungan.

"Em ... mak-maksudnya jangan sekarang, Tuan. Saya malu wajah saya masih sangat kotor karena make-up nya belum saya bersihkan," jawabnya asal.

"Na-nanti kalau setelah saya mandi pasti saya akan melepas masker ini," lanjutnya lagi.

"Oh, begitu. Em ... baiklah." Walaupun jawaban Nayla terdengar sangat mengada-ada. Tetapi pria itu berusaha untuk memakluminya.

"Ya sudah, sebaiknya kamu mandi sekarang! Dan aku akan menunggumu di sini!" Dengan mendengus kesal, pada akhirnya pria itu melepas pelukannya.

Sehingga membuat Nayla merasa sedikit lega. "Em ... tidak-tidak, Tuan. Biar Tuan saja yang mandi duluan. Nanti setelah itu baru bergantian saya yang mandi."

"Kalau begitu kenapa kita gak mandi bareng saja sekalian," celetuk Arga. Dengan menaikan sebelah alis, lelaki itu tersenyum tengil padanya.

"Hah! Dia mau mengajakku mandi bareng? Matilah aku! Bagaimana cara menolaknya ini? Ya Tuhan, tolonglah hambamu ini!" batin Nayla resah.

Ketika melihat raut wajah Nayla yang kembali tampak panik pucat pasi seperti itu, Arga malah semakin ngakak. Dirinya benar-benar merasa sangat lucu dan terhibur melihat betapa polosnya gadis yang ada di hadapannya ini.

"Hahaha ... bercanda lagi. Serius amat sih? Ya sudah, baiklah aku yang akan mandi duluan. Udah gak betah pingin ganti baju nih."

Lalu, tanpa memperdulikan bagaimana reaksi Nayla yang sudah kalang kabut tidak karuan, lelaki itu langsung saja membalikan badan dan segera berjalan menuju kamar mandi.

"Huff!" Begitu melihat Arga sudah memasuki kamar mandi, sambil mengusap dada gadis itu baru bisa bernafas lega. Sungguh ia seperti habis spot jantung saja. Dadanya terasa kempang-kempis hampir tidak bisa bernafas.

Walaupun yang sebenarnya ia masih panik dan juga ketakutan, tetapi setidaknya kali ini ia masih bisa mengulur waktu agar lelaki itu tidak bisa melihat wajahnya yang sesungguhnya.

"Duh ... mana sih, orang suruhan Nyonya Winda? Kok belum datang juga, sih?" gumamnya mulai resah.

Gadis itu kembali bergerak gusar. Dengan raut wajah yang terlihat sangat tegang, Nayla berjalan mondar-mandiri di depan pintu. Ia sangat berharap ada seseorang yang datang ke kamar tersebut.

Dan benar saja, tak berselang lama terdengar suara ketukkan pintu.

Tok-tok-tok!

Sehingga membuat gadis itu terlonjak kaget dan segera membuka pintu. Begitu membuka pintu ia melihat ada seorang pria berseragam pelayan hotel sedang berdiri di sana.

"Selamat malam, dengan Nona Larissa?" ucapnya sambil tersenyum ramah.

"Iya saya Nay, eh maksudnya Larissa. Anda ...." Gadis itu tampak sedang menebak siapa pria itu.

Sedangkan sang pelayan hotel itu langsung tersenyum lagi padanya. Ia pun mengerti kalau gadis yang ada di hadapannya itu sedang merasa kebingungan.

"Ya, Nona. Saya adalah orang suruhan Nyonya Winda. Dan ini adalah minuman yang sudah disiapkan untuk Nona dan Tuan Arga." Pria itu menyodorkan nampan bundar yang berisikan 2 gelas orange jus kepadanya.

"Oh, baiklah terimakasih." Dengan sangat hati-hati gadis itu segera mengambil 2 gelas minuman itu. Lalu bergegas ingin meletakkannya di atas meja yang ada di tengah ruang kamar tersebut.

Namun, baru saja ia membalikkan badan, si pelayan tadi kembali berkata, "Tunggu, Nona!"

"Ya, ada apa lagi, Mas?" jawab Nayla menoleh ke arahnya.

"Em ... saya hanya ingin memberitahukan kepada Anda. Kalau minuman yang untuk Tuan Arga itu yang ada di sebelah kanan tangan Anda. Awas jangan sampai tertukar!" tukas si pelayan itu.

"Hah, oh ya ya. Baiklah akan aku ingat. Terimakasih?" sahut Nayla sambil mengangguk.

"Kalau begitu saya permisi." Kemudian si petugas hotel itu pun segera undur diri dari hadapannya.

Lalu dengan sedikit gugup, gadis itu segera mendorong pintu dengan sikunya. Setelahnya ia pun bergerak mendekati meja. Namun, di saat ia akan meletakan gelas itu di atas meja, tiba-tiba saja ia mendengar suara pintu kamar mandi terbuka.

Sehingga membuat gadis itu merasa sangat panik dan dengan asal segera meletakan kedua gelas tersebut.

Sedangkan Arga tampak mengernyitkan dahinya. Ia kembali merasa ada kejanggalan dari tingkah laku gadis itu. Entah hanya perasaannya saja atau memang ada yang tidak beres?

Ia melihat dari awal acara pernikahannya tadi, gerak gerik gadis tersebut sungguh terlihat sangat mencurigakan. Mulai dari ia yang terus-terusan memakai masker seolah-olah dirinya tidak boleh melihat wajahnya yang sesungguhnya.

Lalu sekarang, gadis itu tiba-tiba terlihat sangat kaget, tegang dan panik. Entah apa yang selalu membuatnya menjadi seperti itu. Sungguh ini benar-benar aneh bukan? Arga merasa kalau gadis itu seperti sedang sembunyikan ataupun merencanakan sesuatu padanya. Tetapi apa? Ia pun tidak tau dan merasa sangat penasaran saja.

Dengan memakai bathrobe yang sedikit terbuka di bagian dadanya, lelaki itu berjalan mendekatinya. Sehingga membuat Nayla yang melihatnya langsung menundukkan pandangan karena merasa sangat malu ketika melihat dada bidang lelaki itu yang kini sedikit terekspos jelas di hadapannya itu.

Dengan rambut yang masih sedikit basah, lelaki itu tersenyum miring padanya.

"Aku sudah selesai mandi. Sekarang giliran kamu yang mandi. Apa tidak sebaiknya kamu melepas semua pakaianmu itu di sini saja?" tawarnya lagi.

"Hah, tidak-tidak perlu. Biar saya melepaskannya di dalam kamar mandi saja nanti," jawab Nayla.

"Em ... ini, Tu-tuan. Saya telah memesan minuman untuk Tuan." Dengan sedikit kebingungan gadis itu menyambar salah satu gelas. Lalu dengan segera ia menyodorkan gelas tersebut kepada Arga.

Dengan sedikit curiga, Arga pun menerimanya. "Terimakasih. Lalu, minuman kamu mana?"

"O-oh Ini. Saya juga sudah ada kok." Nayla mengambil gelas yang satunya lagi. Kemudian menunjukkannya kepada Arga.

"Oke, ayo kita cerrss ...." Lelaki tampan itu segera menempelkan kedua gelas tersebut hingga berbunyi 'Ting!'. Lalu dengan tanpa ragu ia segera menenggak minuman tersebut hingga habis.

Berbeda dengan Nayla, yang hanya menyeruput beberapa teguk saja. Karena saking paniknya tadi, ia pun lupa minuman mana yang seharusnya ia berikan kepada Arga. Sehingga dirinya kini merasa ragu dan bingung, apakah minuman yang ia berikan padanya adalah minuman yang benar?

"Duh ... semoga saja tadi aku tidak salah mengambil minuman itu," batinnya lagi.

Lalu dengan harap-harap cemas, gadis itu kini tinggal menunggu bagaimana reaksi apa yang akan ditimbulkan oleh minuman tadi.

1 detik.

2 detik.

Hingga tiba-tiba saja ....

Brugg!

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status