"Danan" bentak Shasya."Jangan marah, aku baik kok" tawa renyah terdengar dari mulut busuk itu.Perbedaan usia mereka sangat jauh. Namun, kenyataannya Shasya masih terlihat sangat muda walaupun usianya sudah menginjak kepala tiga."Sabar Tante"."Keluar Danan, aku muak melihat wajah munafik seperti mu".Shasya terlanjur marah dia tidak mau Danan semakin memanfaatkan dia.Shasya sudah terlanjur suka pada Rayandra, sayangnya Danan memfitnah Shasya sehingga membuat Shasya menjadi buruk di mata Rayandra.Danan menarik pakaian Shasya, hingga membuat pakaian rumah sakit itu sobek di bagian bahunya."Luka ini, hahahaha, kau tau karena luka mu ini! Aku punya masalah besar" geram Danan."Lepaskan aku Danan".Shasya berusaha melepaskan cekalan tangan Danan yang sangat kuat di bahunya."Aku kesakitan" Shasya meringis, tapi sayang manusia iblis seperti Danan tidak akan mungkin melepaskan Shasya begitu mudah."Kau kesakitan Tante" tanya Danan tertawa terbahak-bahak."Dasar bocah ingusan" geram Sha
Leya menatap pada kemesraan suaminya dan selingkuh suaminya, pura pura baik baik saja itulah yang saat ini Leya lakukan.Leya bukan wanita yang kuat dia juga punya titik lemah yang mungkin tengah dia tutupi.Matanya fokus pada layar ponsel yang hanya menunjukkan layar wallpaper saja.Leya bingung harus melakukan apa lagi, dia tidak berani kalau harus meninggalkan tempat itu."Apa kamu tau" tanya Aldrich yang mampu mengalihkan pandangan Leya.Shasya menatap pada kekasihnya itu, dia menuntut kelanjutan ucapan Aldrich."Apa"."Kalau Rayandra tau kamu ada di sini".Ucapan Aldrich mampu membuat Shasya terkejut, bukan itu rencana dia sebelumnya.Shasya hanya menggelengkan kepalanya saja, menolak ucapan Aldrich barusan."Kamu yang beri tau dia" tanya Shasya."Hmm, dan kamu harus tau kalau Rayandra menyerang markas aku" ujar Aldrich secara perlahan dia tidak mau Leya mendengar ucapannya itu.HahShasya menatap sendu."Maaf karena aku, kamu jadi seperti ini" lirih Shasya."Kamu sayang pada Ray
BrakkTatapan mata tertuju pada Emly yang baru saja datang ke ruangan Shasya.Aldrich memutar bola matanya malas, dia yakin kalau adiknya itu sudah pasti akan membuat keributan di sana.Mata Aldrich mengkode pada Leya agar bicara dengan Emly.Leya menarik tangan Emly agar keluar dari sana."Kak kenapa gak pulang saja? Lihat kakak hanya menonton pasangan gila itu" Emly marah marah pada Leya.Hanya senyuman yang wanita cantik itu tunjukkan."Kamu ini ngomong apa Em? Gak bisa seperti itu karena tuan Al kan suami aku, dan gak mungkin kalau aku biarkan mereka berduaan, lagi pula tuan Al tidak mengijinkan aku pulang"."Ck kakak ini" geram Emly."Tolong jangan lakukan apa pun, bilang saja kalau aku adalah pelayan" pinta Leya."Ya baiklah" ucap Emly mengalah.Mereka masuk ke dalam ruangan Shasya, dengan penuh sandiwara Emly mendekat pada Shasya dan memeluk Shasya layaknya seseorang yang rindu pada kehadiran seorang Shasya."Kak Sya, baik kan" tanya Emly tersenyum."Aku baik, oh ya aku suka ka
"Kak mau nipu ya" ucap penjaga kasir.Hah..Leya hanya terdiam dia tidak bisa membayar uang untuk makanan itu."Tolong ijinkan saya keluar dulu mbak, saya akan ambil uang dulu" sahut Leya."Silahkan Nona" ucap Manager di cafe itu.Kebetulan sekali kalau manager itu datang jadi Leya bisa minta tolong pada supirnya untuk menelpon Nomor Emly.Sayang seribu sayang, saat ini pak Supirnya tidak ada di sana."Kemana pak supir" gumam Leya.Panik?Leya semakin panik sekarang, baru kali ini gadis itu ke kota. bahkan Leya tidak tau jalanan menuju ke rumah sakit tadi."Mana aku gak punya uang lagi, bagaimana aku membayarnya" gumam Leya yang di rundung ketakutan.Leya masuk lagi ke dalam, dia akan bicara hal yang sebenarnya pada Manager cafe itu, Leya juga sanggup jika harus mendapatkan hukuman."Pak maafkan saya" lirih Leya sambil menunduk.Dia sangat malu sekarang apa lagi banyak yang melihat ke arahnya.Mungkin Leya sudah menjadi tatapan semua mata yang ada di sana."Kenapa Nona" tanya manager
Di rumah sakit saat ini Emly menatap pada jam dinding yang menunjukkan pukul setengah delapan malam."Kemana Leya" gumam Emly."Pelayan Aldrich kenapa lama ya" tanya Shasya menatap pada Emly yang saat ini hanya diam saja.Emly menatap tajam pada Shasya karena tidak suka pada Shasya yang sudah menyuruh Leya untuk membeli makanan.DrttDrttππ"Di mana Leya" suara berat terdengar di telinga Emly."Aku gak tau, tadi dia membeli makanan ke cafe" jawab Emly sambil berjalan ke arah luar ruangan Shasya."Leya hilang" ujar Aldrich."Hah, benarkah di mana dia sekarang? Ini semua gara gara wanita gatal itu, dia menyuruh leya membeli makanan itu, salah kakak juga yang mengurus wanita gatal itu" geram Emly."Jaga ucapan mu Em" bentak Aldrich terdengar nyaring di telpon."Aku gak mau tau cari Leya sampai dapat" geram Emly yang saat ini marah pada Aldrich.Namun, saat ini di ruangan Shasya kedatangan seorang laki laki yang sangat tampan."Rayandra" gumam Shasya.Laki laki itu menatap pada perut S
Pukul sembilan malam tepat...Leya dan Aldrich datang ke rumah sakit itu, mereka berjalan beriringan masuk kedalam ruangan Shasya.Saat masuk tatapan Shasya langsung tertuju pada Leya yang berada di belakang Aldrich."Kenapa kamu lama Leya" tanya Shasya yang membuat nyali Leya menciut.Aldrich menyodorkan makanan pada Shasya yang saat ini terlihat sangat marah."Sudah jangan marah" ujar Aldrich."Aku maunya tadi" sahut Shasya."Adanya sekarang kan"."Maafkan aku Nona" Leya hanya menunduk saja karena takut Shasya akan semakin marah padanya."Mana ATM aku" tanya Shasya.DeghJantung Leya berdetak kencang, dia tidak tau harus menjawab apa? Rasanya Leya ingin lenyap saat itu juga.Leya menatap pada punggung Aldrich yang bahkan tidak menatap padanya sekali pun."Maaf Nona, kartu anda hilang, aku tidak tau jatuh di mana" jawab Leya yang merasa sangat menyesal."What" pekik Shasya yang ingin sekali marah pada Leya yang sudah ceroboh itu."Maafkan aku" ucap Leya lagi."Apa kau tau pelayan, is
Saat ini di mansion yang sangat mewah, terlihat Leya dan anak itu di di Kurung di salah satu kamar yang sangat besar."Aku benarkan kalau anak ini adalah anak yang dahulu menculik aku dan mengaku kalau dia teman tuan Al" gumam Leya.BrakkPintu terbuka menampakkan Dokter dan Granida yang datang ke sana."Kamu" tatapan Granida mampu membuat Leya ketakutan."Dokter obati Arsyila" titah Granida."Baik tuan".Granida menarik Leya yang saat ini duduk di pinggir ranjang, Granida membawa Leya keluar dari tempat itu."Ada apa kamu di sini" tanya Granida."Tuan, dia wanita yang menolong Nona muda" ujar anak buah Granida."Benarkah" tanya Granida terkejut."Maafkan aku" lirih Leya menunduk ketakutan."Terima kasih" sahut Granida.Leya baru bisa berani menatap Granida yang saat ini menatap padanya."Tuan, bisa aku pulang sekarang" tanya Leya."Tunggu sebentar, anakku harus berterima kasih padamu"."Oh baiklah" Leya menganggukkan kepalanya, padahal dia takut jika harus berlama lama di sana.Grani
"Katanya dehidrasi, dan dia sering pingsan" ujar Leya.Hah...KrettVan terkejut sampai mengerem mobilnya dengan mendadak, Kepala Leya sampai terbentur pada kursi yang ada di depannya."Tuan, kenapa" tanya Leya."Maafkan aku, oh ya Leya kata kamu dia dehidrasi" tanya Van."Ya, tapi kasihan tuan, ibunya sudah meninggal" ucap Leya.DrttDrttSuara telpon menghentikan Van yang tadinya mau bicara pada Leya."Dari Aldrich" ujar Van.ππ"Ya" tanya Van."Tuan, kata tuan Aldrich, anda di suruh segera pulang" ujar anak buah Van."Ya baiklah" ucap Van.ππVan melajukan kembali mobilnya menuju ke rumah sakit, setelah mereka sampai dengan cepat Van dan Leya masuk ke dalam ruangan Shasya.Leya menatap pada Aldrich yang saat ini ada di sana tengah duduk.Leya hanya berdiri mematung di sana, dia ragu harus melakukan apa sekarang."Ada apa Al" tanya Van yang langsung mendekat pada Aldrich.Aldrich menatap pada Van yang saat ini menatap ke arahnya."Adzan kan bayi itu" pinta Aldrich."Hah, bayi" V
Hari ini adalah hari pernikahan Granida dan Clara, mungkin sudah lima hari sejak Aldrich pingsan, Granida berharap kalau Aldrich bisa datang tapi sayangnya Aldrich masih pingsan dan sepertinya kondisinya kurang baik sekarang.Kata Dokter, kesehatan Aldrich semakin menurun apa lagi tidak ada makanan yang masuk kedalam tubuh Aldrich, bahkan Aldrich tidak bergerak sama sekali di atas tidur.Granida juga meminta Leya untuk datang tapi sayangnya Leya tidak akan datang karena dia cemas pada kondisi Aldrich, sekarang saja Aldrich tengah dirawat di rumah sakit ternama, kabarnya Leya dan Emly sering kali terlibat sebuah pertengkaran yang membuat keduanya salah paham.Van sudah kehabisan akal untuk memisahkan Leya dan Emly apa lagi ada Sinta juga yang menjadi pendukung Emly, keadaan keluarga itu sekarang sangat kacau. Tapi Granida juga tidak bisa melakukan apa pun, dia tadinya ingin menunda pernikahannya, tapi tidak mungkin karena persiapannya sudah selesai.Granida sudah mengucapkan janji suci
Emly sejak tadi menangis dan mengadu pada Sinta tentang masalah yang baru saja dikatakan oleh Van padanya, Emly merasa kalau dia tidak salah bahkan dia juga merasa kalau Sinta juga tidak akan mungkin melakukan hal seperti itu pada Aldrich."Kamu percayakan sama Tante?" tanya Sinta memastikan kalau Emly masih berada di pihaknya.Emly menganggukan kepalanya karena memang dia sangat percaya pada Sinta."Tante, aku gak suka Leya berkata seperti itu pada Tante, jahat sekali mulutnya." Emly mengusap air matanya yang sejak tadi berjatuhan membasahi pipinya."Sudahlah lagian Tante juga tau kalau Leya memang sangat membenci Tante sejak pertama Tante datang kesini," ucap Sinta."Aku akan buat perhitungan padanya!" geram Emly. Tangannya terkepal kuat karena emosinya yang dia tahan.Emly langsung keluar dari kamar Sinta, dia akan menuju ke kamar Leya. Sekarang Emly sudah sangat marah pada Leya apa lagi dalam pikiran Emly, yang salah itu adalah Leya karena Leya sudah mengijinkan Aldrich pergi pada
Van akhirnya bisa menemui Leya, dia akan memberi tahukan semuanya pada Leya, tapi sayangnya saat Van akan masuk ke kamar Aldrich terlihat kalau diluar ada Sinta yang tengah menelpon seseorang.Van merasa semakin curiga apa lagi Sinta berbicara dengan berbisik-bisik di telponnya."Apa jangan-jangan dugaan aku ini benar? Tante Sinta yang melakukannya? Jahat sekali dia!" geram Van.Van masih memantau Sinta hingga Sinta pergi dari sana dan sekarang adalah saatnya Van untuk masuk kedalam dan membicarakan semuanya pada Leya.Setelah semuanya terbongkar Van tak akan melakukan apa pun pada Sinta hanya saja Van mau Sinta merasakan apa yang Aldrich rasakan."Aku mencurigai Tante Sinta." ujar Van sambil menganggukkan kepalanya karena dia yakin dengan ucapannya itu."Kenapa kakak begitu yakin?" tanya Leya yang sebenarnya senang sekali karena Van akhirnya menyadari hal itu."Aku merasa kalau dia terlibat sangat aneh," papar Van.**Aldrich menatap pada tantenya yang baru saja pulang entah dari man
"Aku kurang tau. Tapi aku mencurigai seseorang!" "Siapa?" sela Leya. "Aku curiga pada Tasya." ujar Van. Leya menganggukan kepalanya. Tapi dia tidak percaya kalau Tasya yang akan melakukan hal itu, apa lagi dia tau sekali kalau Sinta yang melakukannya, hanya saja Leya tak bisa bicara sekarang karena Van pasti akan mengklaim kalau Leya memfitnah Sinta. "Apa jangan-jangan, Nyonya Sinta." ucap Saga yang langsung menatap Van dan Leya. "Hah, jangan memfitnah Saga. Kau tak punya bukti!" Van berucap dengan nada ketus. "Aku memang tak punya bukti, tapi dari racun itu menunjukan kalau obat itu tidak ada di apotek mana pun. Dan Nyonya Sinta dulunya pernah bekerja di rumah sakit, bisa saja dia meracik obat itu sendiri." ungkap Saga mengungkapkan semua kejanggalan yang dia rasakan. "Bisa jadi, tapi kita gak punya bukti." bantah Van. "Kak Van, kita bisa punya bukti kalau kita bisa bekerja sama." Leya berucap dengan penuh harap, Leya tak bisa menemukan bukti sendirian makannya dia
"Kata anak buah ku, Tasya diusir dari villa Aldrich." ujar Rayandra pada istrinya Risa. Risa menatap pada suaminya yang saat ini terlihat sangat kacau, Rayandra baru saja pulang dari pekerjaannya dan sepertinya Rayandra mempunyai masalah yang berat, tapi dia tidak bicara pada Risa. Risa mendekat pada suaminya, Risa memegang tangan Rayandra. "Ada apa?" tanya Risa. Rayandra menggelengkan kepalanya. "Tidak, bagaimana keadaan anak kita?" tanya Rayandra mengusap perut Risa yang masih sangat rata. "Sepertinya baik-baik saja." jawab Risa. Risa mendengar Rezha yang saat ini menangis, dia langsung menggendong Rezha dan memberikan susu pada bayi itu. Walaupun Risa bukanlah ibu kandungnya tapi Risa sangat sayang pada Rezha. "Bisa aku minta sesuatu?" tanya Rayandra menatap pada Risa yang saat ini menunggu lanjutan dari ucapan Rayandra. "Bisakah kamu jauhi Danan, aku tidak suka padanya." paparnya. "Kenapa? Apa dia salah?" tanya Risa. "Tidak, hanya saja aku baru tau kalau dahulu Danan lah
Flashback on Di markas preman. Aldrich dan semua anak buahnya datang ke sana, mereka masuk kedalam markas yang sangat besar yang beranggotakan lima belas orang itu. Jika saling menyerang, tentu saja Aldrich lah yang akan menang. tapi sekarang yang paling penting adalah bernegosiasi agar mereka tidak lagi menganggu Aldrich dan anak buahnya untuk mengantar barang melewati jalan kawasan mereka. "Dimana ketua kalian?" tanya Aldrich dengan tatapan tajam yang membuat orang-orang yang melihatnya takut melihat Aldrich yang berwajah garang. Seorang pria paruh baya berjalan mendekat kearah Aldrich. "Ada apa?" tanyanya menatap Aldrich dari atas sampai bawah. "Kamu?" tanya Aldrich yang mendapatkan anggukan kepala dari pria paruh baya itu. "Bagus kalau begitu, aku datang untuk bernegosiasi bersama dengan kalian!" tegas Aldrich berusaha untuk tetap tenang dan tidak emosional. "Nego? Untuk apa?" tanya pria itu. "Perkenalkan nama aku, Aldrich. Kau tau Blooder?" tanya Aldrich menatap pada se
Leya terlihat sangat panik, pagi ini dia dikejutkan dengan pesan kalau Aldrich pingsan dari semalam, Leya yakin kalau suaminya itu tidak meminum obat yang dia berikan. Leya merasa kalau racun dalam tubuh Aldrich belum hilang karena sekarang saja Aldrich pingsan karena telat meminum obat itu. Leya menatap ke arah gerbang yang terlihat kosong, dia menanti Aldrich untuk dibawa pulang, katanya mereka masih dalam perjalanan menuju ke sana. Leya menyiapkan sebuah obat yang sudah dia larutkan kedalam air, Leya juga berjaga-jaga takutnya Sinta akan melakukan hal yang macam-macam padanya. "Kak," panggil Emly dari ambang pintu kamar Leya. "Kak, benar katanya kak Aldrich pingsan?" tanya Emly yang langsung mendekat pada Leya dengan tatapan khawatir. Leya menganggukan kepalanya. "Katanya 'Ya' tapi kita lihat saja nanti, semoga saja dia baik-baik saja." jawab Leya. "Kenapa kakak berangkat malam hari?" tanya Emly. "Katanya ada pekerjaan penting, aku gak tau dia pergi kemana." papar Leya. "A
Aldrich sengaja mengumpulkan semua pelayan yang ada di Villanya itu, hanya ada Tasya dan Bu Ani sedangkan semua anak buahnya berada diluar Villa untuk memastikan tidak terjadi macam-macam didalam Villa tuannya itu. Mereka sudah tau kalau Aldrich mengumpulkan semua orang, maka ada masalah yang terjadi disana. "Apa yang kamu lakukan?" tanya Aldrich menatap tajam pada Tasya. Semua orang hanya diam saja tanpa ada yang bertanya alasan Aldrich mengumpulkan mereka, mereka seolah-olah takut pada Aldrich padahal dibelakang Aldrich banyak sekali yang mau mencelakai Aldrich. Hal seperti itu memang sudah biasa bagi Aldrich, tapi jika Aldrich tau siapa orangnya maka tak akan ada ampun bagi mereka yang sudah mengkhianatinya. "Jawab aku!" bentak Aldrich kembali bertanya pada Tasya yang hanya diam saja. "Kak, percuma bicara padanya." ujar Emly yang saat ini duduk di sofa bersama dengan anak-anak. "Tasya, apa harus aku cambuk dahulu lalu kau akan bicara?" tanya Aldrich menatap tajam pada
Tasya yang saat ini sedang berjalan kearah paviliun langsung terkejut saat ada seseorang yang langsung menarik tangannya, Tasya juga meringis kesakitan saat orang itu mendorong Tasya sampai tubuhnya mentok di tembok."Argh!" ringis Tasya kesakitan."Diam! Tasya, sebaiknya kau cepat pergi dari sini!" usul kekasih Tasya dengan tegas."Paul, aku datang kesini karena kamu 'kan? Jadi, kenapa aku harus pergi? Kamu juga jarang ada disini? Aku merasa aman disini!" protes Tasya membantah setiap kata yang Paul minta."Lalu, siapa yang meminta kamu membuat masalah dengan wanitanya Rayandra, kamu harus tau kalau Rayandra itu musuh tuan Aldrich. Kalau saja Rayandra marah dia pasti akan marah pada tuan Aldrich bukan padamu." terang Paul, dia berusaha agar Tasya sadar dan mau pergi dari sana.Hal ini memang kesalahan Paul yang sudah membawa Tasya masuk kedalam sana, tapi saat itu situasinya berbeda karena Paul tak terima kalau Tasya dinikahkan dengan laki-laki pilihan Ayahnya Tasya.Paul merasa kala