Share

4. Pertarungan Semakin Rumit

Samantha, yang telah lama merasa diperlakukan tidak adil oleh Ivander, memendam dendam yang semakin dalam. Kesempatan untuk melampiaskan rasa frustasinya datang ketika dia memutuskan untuk berbuat kasar pada Anna, mencoba untuk menunjukkan kepada Ivander betapa dia merasa terpinggirkan.

Samantha merasa bahwa Ivander selalu lebih memihak Anna daripada dirinya. Perasaan ketidakadilan ini membuatnya semakin frustasi dan marah.

Sebagai bentuk balas dendam, Samantha dengan kasar mendorong Anna, berusaha untuk menunjukkan kepadanya bahwa dia tidak akan tinggal diam di bawah perlakuan Ivander.

Bbrruukk!

"Kau benar-benar sangat berani, Anna. Kurang ajar pada majikanmu sendiri!" Samantha melontarkan dengan emosi.

Anna bangkit berdiri.

"Majikanku adalah Tuan Ivander, karena dia yang telah menggajiku selama ini. Dan kau harus sadar, bahwa posisi kita sekarang sama, aku dan kamu sama-sama istri, Tuan Ivander!" papar Anna membela diri.

Pllakk!

Tamparan kembali mendarat pada pipi Anna.

"Kau hanya istri yang dinikahi secara siri, dan akulah yang sah di mata hukum sebagai istrinya!"

Anna melepas elusan pada pipinya dan membalas tatapan tajam Samantha.

"Aku tidak perduli, bahkan posisiku sekarang lebih unggul darimu. Aku yang telah memenangkan hati suamiku."

"Jaga bicaramu! Dia hanya suamiku!" Balas Samantha panas kesetanan.

Anna, yang tidak bersedia untuk diperlakukan dengan kasar, berusaha membela diri. Keduanya terlibat dalam cekcok yang semakin memburuk, dan akhirnya Anna mendorong Samantha hingga terjatuh. Dalam prosesnya, lutut Samantha terluka.

Bbrruukk!

Ivander, yang telah lelah dengan pertengkaran mereka yang tak kunjung usai, datang menghampiri keduanya. Dia merasa semakin pusing dengan kedua istrinya yang selalu bertengkar setiap hari. Ivander mencoba untuk menengahi konflik ini, tetapi situasinya semakin rumit.

Ivander masuk ke area ruang makan dan melihat Samantha dan Anna sedang bertengkar.

"Hei, hei, hei! Apa yang sedang terjadi di sini?"

"Samantha, jangan mulai lagi!" Pekik Anna.

"Sudah cukup! Ini sudah terlalu banyak masalah, kita harus menyelesaikan ini dengan dewasa!" Sahut Ivander frustasi.

"kamu lihat Ivander, perempuan ini bahkan sudah berani kasar padaku!" Samantha bangkit perlahan. Kemudian berkata dengan suara serak.

"Aku hanya membela diri," sanggah Anna dengan santai.

"Kau selalu menyerangnya Samantha, kau yang selalu lebih dulu mencari keributan. Jika dia melawan, itu hal yang wajar," tukas Ivander membawa Anna pergi untuk melindunginya dari amukan Samantha selanjutnya.

"Kenapa dia tega sekali?" tanpa sadar air mata Samantha kembali mengalir.

Samantha, yang merasa tertindas dan ingin mendapatkan pembelaan Ivander, bangkit dengan penuh amarah, menunjukkan lukanya pada Ivander.

Dia berharap bahwa Ivander akan berpihak padanya dan melindunginya dari Anna. Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Samantha mengejar keduanya.

Ivander menatap marah pada Samantha.

"Ini sudah cukup! Aku mengerti kamu merasa terluka, tapi kamu tidak bisa terus-terusan berlaku kasar pada Anna!"

"Ivander, kamu seharusnya tidak membela perempuan laknat itu! Dia telah menghancurkan rumah tangga kita!" berang Samantha dengan hatinya yang begitu sakit atas perlakuan Ivander suaminya.

"Aku tidak membela Anna, tapi ini bukan cara untuk menyelesaikan masalah. Kau berubah seperti jelmaan Iblis, Samantha!" hardik Ivander dengan segenap rasa frustasinya, menghadapi istri pertamanya.

Samantha jelas semakin marah dan terluka.

"Tidak, aku tidak ingin mendengarkanmu lagi. Kau sudah terlalu banyak merusak hatiku!" ujarnya dengan hati yang patah. Ivander, dengan alasan bahwa Samantha telah melampaui batas, memilih untuk membela Anna.

Ivander merasa bahwa Samantha telah berbuat kasar tanpa alasan yang jelas, dan dia tidak bisa membiarkan itu terjadi.

Anna, meskipun merasa sakit akibat luka pada lututnya, diam-diam mentertawakan Samantha yang kalah dalam pertengkaran ini.

"Tuhan, apakah aku begitu pantas menerima semua ini?" Samantha bermonolog dalam hati sembari berjalan ke arah balkon kamarnya.

Samantha, yang merasa semakin terpinggirkan dan marah karena tidak mendapatkan dukungan yang diharapkan dari Ivander, merasa bahwa dia harus melakukan sesuatu untuk membalas dendam.

Namun, setiap kali dia mencoba, Ivander selalu melindungi Anna. Situasi semakin rumit dan tegang.

"Ivander, aku menyesal telah meninggalkanmu dulu. Aku minta maaf, aku mengaku salah padamu. Tolong, jangan terus bersikap seperti ini padaku."

Samantha memandang langit dengan hati yang pilu.

"Langit, suamiku sudah tidak ingin mendengarkan apapun lagi dari bibirku. Bisakah engkau, menolongku, untuk menyampaikan semua rasa bersalah ini? Aku masih mencintainya."

"Apakah aku sudah tidak pantas untuknya?" Samantha menangis tergugu, "Apakah begini sakit hatinya, saat aku pergi meninggalkan dia?"

"Mengapa aku begitu egois dan jahat, kala itu?"

Samantha, dengan mata yang bengkak karena menangis begitu lama, akhirnya memutuskan untuk masuk ke dalam kamar dan menutup pintu balkon.

Ivander, yang merasa bersalah atas perbuatannya, akhirnya menyadari bahwa dia telah melakukan kesalahan terhadap Samantha. Namun, perasaannya terhadap Anna tetap kuat, dan dia enggan untuk menghampiri Samantha yang sedang di dalam kamar.

Malam itu, Ivander tidur bersama Anna, membuat Samantha semakin terasing. Mereka melakukan hubungan sah suami istri sejak kedatangan Samantha beberapa waktu lalu, yang tidak terlaksana.

Ivander masuk ke kamar dan tersenyum pada Anna.

"Hei, sayang, apa yang sedang kamu lakukan di sini?"

"Hanya bermain-main dengan pakaian, Ivander. Aku mencoba menemukan pakaian yang sempurna untuk malam ini," ungkap Anna sambil tersenyum lebar.

"Apa, pakaian tertentu yang kamu rencanakan?"

"Apa kau benar-benar tidak mengerti?" Tanya Anna menggoda dengan nakal.

"Apa maksudmu, sayang?" Ivander balik bertanya dengan balas menggoda.

"Sesuai rencana yang sudah kita buat tadi pagi, malam ini aku berkenan menyerahkan diriku, untukmu suamiku," ucap Anna merajuk manja pada Ivander.

Ivander tertawa.

"Ah, itu baik sekali, Sayang. Kita akan melakukan olahraga panas malam ini," balas Ivander dengan senyuman sumringah.

Samantha, yang menguping keduanya di kamar Anna, merasa semakin terasing dan tertekan, merasa semakin kesepian.

Pagi-pagi, Samantha bangun dan melihat Ivander keluar dari kamar Anna dengan rambut yang masih basah setelah mandi. Ivander sangat terkejut melihat Samantha, dan tidak tahu bagaimana harus menjelaskan situasi ini.

"Ternyata mereka, benar-benar habis bercinta semalam," gumam Samantha dalam hati.

Samantha, meskipun hatinya hancur, berusaha untuk tetap tegar. Dia bersikap seperti biasanya, mencoba untuk menyembunyikan rasa sakitnya dan tidak menunjukkan betapa tersiksa hatinya.

Namun, hubungan dalam rumah tangga mereka semakin rumit dan rumit. Belum lagi, Samantha harus menghadapi kenyataan bahwa uang bulanannya mendadak harus dibagi dua dengan Anna. Ini adalah pukulan telak bagi Samantha, yang merasa semakin tertindas dalam rumah tangganya sendiri.

"Kenapa? Dia kan, hanya istri siri, sedangkan aku yang istri sah!" kilah Samantha tidak terima.

"Aku punya dua istri, dan aku harus bersikap adil, Samantha!" tegas Ivander.

"Aku tidak setuju, dan aku tidak ikhlas!" Samantha memandang Ivander dengan jengkel.

"Terserah, aku yang punya gaji dan aku yang berhak atur! Aku kepala rumah tangga di sini, kalau kau masih terus mempermasalahkan. Kau masih ingat, apa yang akan ku lakukan padamu, Samantha? lebih baik kita berpisah," Ivander menatap Samantha dengan penuh kemenangan.

Hingga pada akhirnya, berita yang mengguncang Samantha datang. Anna mengumumkan dengan bangga bahwa dia telah berhasil mengandung anak dari Ivander. Mereka sangat senang dan bahagia.

Samantha, yang mendengar berita tersebut, hanya bisa terdiam dan pasrah. Di dalam kamar, dia kembali menangis, karena selama pernikahannya dengan Ivander, dia belum juga diberikan seorang anak.

Ini adalah pukulan keras bagi Samantha, yang merasa semakin terpinggirkan dan tidak berarti. Belum lagi, Samantha menyadari bahwa mereka sudah lama tidak melakukan hubungan intim.

Rasa kehampaan dan kesedihannya semakin dalam. Samantha merasa bahwa Anna lebih unggul darinya dalam segala hal, bahkan dalam hal ini.

"Sayang, aku punya berita yang sangat membahagiakan! Aku hamil!" Anna berlari memeluk Ivander. "Cup ..." Kemudian mencium suaminya tersebut.

"Sungguh? Itu luar biasa! Aku sangat senang mendengarnya, Anna," sergah Ivander segera memeluk Anna di depan istri pertamanya.

Samantha dalam hati merasa cemburu.

"Kenapa bukan aku yang bisa memberinya berita seperti itu?" tuturnya dalam hati yang penuh nelangsa.

"Aku tahu ini mungkin agak rumit mengingat situasi kita, tapi aku merasa ini adalah berkah," Anna bercakap tanpa rasa bersalah dan gusar, pada sosok lain yang benar-benar sudah telah ia sakiti.

"Kita akan menemukan cara untuk menghadapinya bersama, Anna. Ini adalah berita yang luar biasa, dan kita akan menjalani perjalanan ini bersama-sama," ujar pelan Ivander pada Anna.

"Mengapa Anna bisa mendapatkan segalanya?" batin Samantha yang sebenarnya sudah menangis sejak tadi.

"Terima kasih, Ivander. Aku merasa lebih tenang karena kamu mendukungku. Kita akan menjadi orang tua yang baik, aku yakin," ujar Anna seraya merajuk manja.

Ivander menatap Anna dengan cinta.

"Kita akan melakukan yang terbaik untuk anak kita, Anna. Ini adalah awal yang baru bagi kita!" seru Ivander dengan semangat berapi-api.

"Aku merasa tertinggal dalam semua ini," batin Samantha yang merasa cemburu.

Tapi Samantha belum menyerah. Dia mencoba untuk mengajak Ivander melakukan hubungan intim agar dia juga memiliki anak.

Namun, Ivander menolak dengan alasan sakit hati, mengungkit Samantha yang dulu pergi meninggalkannya dalam keadaan susah.

"Kamu sadar tidak? Kamu sudah tidak cantik, dan aku sudah tidak memiliki nafsu pada tubuhmu!" tegas Ivander.

"Kita sudah lama tidak berhubungan, Ivander," kukuh Samantha.

Ivander tertawa mengejek memandang Samantha.

"Sungguh kamu tidak punya malu, Samantha. Kau dulu pergi meninggalkanku, tidak perduli padaku, bahkan dulu kamu berkali-kali menolak tawaranku dalam berhubungan badan. Sekarang, posisi kita terbalik ... Dunia benar-benar berputar."

"Kenapa kamu selalu mengungkit semua hal itu, bukankah sudah berlalu?" ucap Samantha dengan pelan.

"Apakah kamu sudah benar-benar tidak ingin denganku, lagi?" Sambung Samantha menahan sedihnya.

"Bahkan, jika kau jual diri di luar sana, tidak ada laki-laki yang akan melirikmu. Apalagi aku, yang setiap hari melihatmu, membuatku muak," cibir Ivander dengan penuh penghinaan.

Sementara Samantha begitu mencelos mendengarnya.

"Tuan Ivander, beri aku kesempatan!" mohon Samantha dengan sedih.

"Cih," Ivander pergi begitu saja.

Samantha hanya terdiam, dan memandang langit malam di balkon kamarnya. Dengan penuh rasa kecewa, dia juga telah sadar akan kesalahannya selama ini. Dia masih berharap bahwa keajaiban akan berpihak padanya dan Ivander akan kembali mencintainya seperti dulu.

Namun, hari-hari Samantha terus berlalu dengan penuh kepahitan, melihat suaminya semakin menyayangi Anna.

Sekarang, posisinya bahkan telah berbalik. Samantha yang akhirnya menjadi pelayan di rumah suaminya sendiri, dan melihat keduanya saling bermesraan.

"Dunia memang tengah bekerjasama dalam menghukumku," batin Samantha dengan sakit.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status