Tak terasa sudah berlalu tujuh hari, dan selama itu Nelvan masih belum mau membuka matanya. Memar di tubuh Nelvan juga sudah berkurang sangat banyak, kemungkinan besar kondisi Nelvan akan segera membaik.
Saat Linda membersihkan tubuh Nelvan dengan handuk basah, Allexin datang dengan senyum lebarnya.
“Linda.”panggil remaja itu, Linda menoleh dan Allexin memamerkan sertifikat kemenangannya, “aku memang kejuaraan turnamen beladiri kemarin. Kau tenang saja, ini legal dan buktinya aku mendapatkan sertifikat penghargaan.” Lanjut Allxin sebelum Linda marah.
“Benarkah?” Linda meletakkan handuk basah ke dalam baskomnya, sertifikat yang di pegang oleh Allexin di ambil oleh Linda, terlihat raut wajah Linda saat membaca nama Allexin tertulis sebagai pemenang di dalamnya.
“Maaf, aku tidak bisa menyemangatimu saat kamu bertanding kemarin.” Ucap Linda merasa bersalah.
Allexin menggeleng, “Bukan m
Allexin menepuk bahu Linda berusaha untuk menenangkan, tapi bukannya berhasil membuat Linda tenang, kakaknya itu justru tambah menangis, tak peduli jika saat ini Linda terlihat sangat memalukan menangis seperti anak kecil yang ingin permen di depan adiknya.Hembusan nafas berkali-kali di hela oleh remaja itu, “Apa benturan di kepalanya sangat keras sehingga dia tidak mengenalmu?” ucap Allexin.Linda menoleh tapi kemudian menangis lagi, Allexin memijit keningnya. “Sudah jangan menangis lagi, aku tau luka di kepalanya waktu itu memang cukup parah tapi tidak menyangka sampai membuatnya tidak mengingatmu. Mungkin saja itu hanya lupa ingatan sementara, kamu tenang saja, dia pasti akan mengingatmu kembali.” Allexin mengusap lengan Linda.Perasaan Linda masih sangat sakit, ia menjaga Nelvan siang dan malam untuk memastikan lelaki itu sadar kembali, namun begitu Nelvan membuka mata dan berbicara, dia justru tidak mengenal Linda. Hal apa lagi yang
Hari sudah cukup pagi, Linda membangunkan Allexin untuk sarapan tapi remaja itu sudah tidak ada. Jika bukan musim dingin Linda tau kemana Allexin pergi, tapi sekarang ia benar-benar tidak tau kemana Allexin pergi di pagi hari begini?Ponsel Linda raih untuk menghubungi Allexin, tapi ponsel Allexin justru berbunyi di kamar yang ternyata sedang di isi daya. Linda duduk dan menunggu sampai Allexin pulang baru mereka menikmati makanan bersama.Pintu terbuka, Linda langsung berdiri mengira jika itu adalah Allexin, tapi ketika yang mucul adalah Mia, Linda langsung berlari cepat berhambur ke pelukan sahabatnya itu.“Mia! Aku sangat merindukanmu!” ujar Linda.Mia tertawa membalas pelukan Linda, “Aku juga sangat merindukanmu.” Jawab Mia.Linda tersenyum lebar, tadinya Linda pikir Mia datang sendirian tapi melihat ada sosok lain di belakang Mia membuat Linda penasaran, pasalnya orang tersebut membawa banyak barang sampai
Beberapa bulan kemudian. Musim telah berganti, gaun putih yang memiliki kain panjang ke belakang menarik perhatian para tamu undangan, veil di kepala Linda juga melengkapi kecantikan dan keistimewaan hari pernikahan yang akan Linda lakukan bersama Nelvan hari ini. Senyum tak pudar dari bibir Linda, satu tangan Linda memegang rangkaian bunga pernikahan dan satu tangan menggandeng tangan Allexin melewati karpet menuju sebuah altar di mana Nelvan telah berdiri di sana dengan seorang pastor. Nelvan memakai tuksedo berwarna hitam, kemeja putih dan juga dasi kupu-kupu berwarna senada dengan tuksedo, Nelvan pun terlihat tersenyum seolah tak sabar untuk segera menggapai Linda. Bagi Nelvan, saat ini Linda terlihat sangat cantik, tak ada wanita secantik Linda di matanya sekarang ini. Dengan balutan gaun pernikahan berwarna putih dan tambahan taburan berlian sungguh memperindah penampilan Linda, Nelvan sampai terharu jika yang berjalan ke arahnya saat ini adalah
Selamat membaca.. Pernikahan tinggal sebentar lagi, semua persiapan termasuk tempat acara di gelar juga sudah siap, waktu sumpah janji pernikahan akan di ucapkan dua jam lagi tapi Nelvan justru melihat dengan mata kepalanya sendiri jika calon istrinya sedang menyiapkan hal yang paling tidak Nelvan duga selama ini. Tadinya Nelvan berniat untuk menemui wanita yang akan menjadi istrinya, setidaknya Nelvan bisa melihat wajah calon istri sebelum berhadapan mengucap sumpah janji pernikahan. Tapi, tanpa sengaja Nelvan mendengar pembicaraan calon istrinya dengan seorang pria dan kedua orang itu berbicara sesuatu yang benar-benar membuat hati Nelvan panas. Nelvan diam di tempat nya saat ini, membiarkan dia orang di dalam sana berbicara. Kalimat yang mereka ucapkan sungguh berhasil membuat emosi Nelvan sampai ubun-ubun. “Ingatlah jika kamu hanya akan mempertahankan pernikahan ini dalam waktu yang tidak akan lama, kuasai hartanya dan setelah itu urus surat c
Selamat membaca... ____ Ke esokan harinya Bella datang ke mansion, saat itu Nelvan sedang duduk di sofa ruang baca memegang sebuah buku tebal dengan kaca mata bertengger di hidung mancungnya, bola mata hazel milik Nelvan melirik ke pintu saat Bella datang menghampiri. “Nelvan, kau-“ tangan Bella di tahan oleh Nelvan dengan sebelah tangan sebelum perempuan itu berhasil memukul wajahnya, perlahan kepala Nelvan menoleh sedikit mendongak menatap Bella. “Apa yang kamu lakukan di sini?” ucap Nelvan dengan tenang, Bella menarik tangannya dari Nelvan. “Kenapa kamu membatalkan acara pernikahan kita, kau tau betapa malunya aku di depan semua para tamu undangan yang hadir? Kenapa tidak kamu katakan sejak awal jika kamu tidak ingin menikahiku, apa kau sudah tidak lagi mencintaiku seperti dulu?” Nelvan berdecih pelan dia sama sekali tidak peduli seberapa besar rasa malu yang Bella rasakan karena yang memulai masalah in
Selamat membaca.. ____ Sebuah rumah yang begitu besar, pekarangan yang sangat luas bagaikan taman istana yang sering muncul di serial disney, bibir Linda terbuka takjub melihat pemandangan dari rumah besar itu. “Mereka kaya sekali tapi kenapa gajinya cuman dua ribu dolar ya?” gumam Mia, Linda menoleh melihat sahabatnya setelah melihat luas rumah dari orang yang di panggil Tuan Muda, tapi Linda tidak mengatakan apapun karena dia juga tidak tau. Ada sekitar delapan orang yang lolos seleksi tahap awal dan sekarang adalah waktunya untuk berhadapan langsung dengan si pemilik rumah yang akan memilih satu dari delapan orang calon maid. “Apa menurutmu wajah tuan muda itu seperti pangeran disney yang tampan? Dia sangat kaya tapi aku penasaran apakah wajahnya juga setampan pangeran?” Mia bergumam lagi di samping Linda. “Kita akan melihat tuan muda itu nanti jadi bersabarlah, kita hanya perlu menunggu beberapa menit lagi,” bisi
“Kamu mau kemana pagi-pagi begini?” tanya Allexin, adik dari Linda yang baru berusia lima belas tahun. Linda menoleh ketika selesai memakai sepatu, “Aku akan bekerja untuk biaya sekolahmu jadi belajarlah dengan baik agar suatu hari nanti kamu harus membayarku atas apa yang sudah aku lakukan hari ini.” jawabnya. “Kamu tidak perlu bekerja keras untukku, aku akan berusaha mencari kerja sendiri” Allexin menahan tangan Linda, “pekerjaan untuk perempuan sepertimu di luar sana sangat berbahaya, aku tidak mau terjadi sesuatu denganmu,” lanjut Allexin khawatir. Linda melepaskan tangan remaja itu dari lengannya sembari tersenyum kemudian Linda menatap Allexin, “Kamu tidak perlu khawatir, saat ini aku akan membayar sekolahmu dan hal yang perlu kamu lakukan adalah fokuslah dalam belajar, kau harus lebih sukses dari kakakmu ini, kau paham? Kalau begitu aku akan berangkat bekerja,” Linda menepuk wajah Allexin lalu keluar dari rumah mereka yang tidak begitu luas. “B
Waktu telah menunjukkan pukul sebelas lewat dua puluh menit, sedangkan Linda bahkan belum bisa menyelesaikan seper enam rumah besar itu seorang diri, ia sudah merasa cukup lelah hanya merampungkan beberapa bagian di rumah tersebut dan masih banyak lagi yang belum ia bersihkan. Linda baru saja ingin duduk karena lelah bekerja tapi seruan nelvan membuat Linda langsung terlonjak kaget. “LINDA!” “Iya Tuan Xander, tunggu sebentar!” Linda meletakkan kain yang pakai untuk bersih-bersih ke atas meja lalu berlari menghampiri suara yang memanggilnya berada. Setelah tiba di hadapan Nelvan, Linda mengatur nafasnya beberapa detik, “Anda membutuhkan sesuatu?” tanya nya. “Siapkan makan siang.”perintah Nelvan. “Anda ingin saya memasak apa hari ini?” Linda melihat Nelvan menoleh ke arahnya, “Apapun asal tidak membuatku mati kelaparan.” jawab Nelvan bernada dingin. Linda mengangguk dengan cepat lalu kembali ke dapur menyiapkan masakan, untungnya ia tela