'Kamu tidak apa-apa? Sepertinya kamu menangis dan sedang menyesali sesuatu," ucap Darwin setelah Clara berhasil mengehentikan tangisannya seketika. Dia mengelap air matanya, merapikan rambutnya setelah itu dia mengumpulkan nyali kembali agar bisa terlihat baik-baik saja. "Maaf, aku tiba-tiba terserang sakit kepala hebat. Jadi aku ke sini agar orang-orang tidak ada yang melihat saya. Saya cukup terkejut karena justru bertemu dengan Tuan di sini. Maafkan saya," jawab serayu. Dia semaksimal mungkin ingin terlihat baik-baik saja di depan Darwin. Tapi laki-laki itu justru melihat Clara dengan tatapan yang berbeda. "Apa kamu sedang memendam sesuatu? Kamu terlihat seperti orang yang sedang bersedih." Deg!! Pertanyaan itu seketika membuat tubuhnya gemetar hebat. Dia menggertakkan giginya dengan kuat. 'Bagaimana bisa dia berbicara seperti itu?' kata Clara dalam hatinya. "Maaf saya harus pergi." Tak ingin semakin mencurigakan di depan Darwin, Clara memutuskan untuk segera pergi dan mening
"Oh ya? Lalu kenapa sangat sulit sekali untuk menarik beliau?" "Ya itulah kendalanya. Dia tidak mau mengangkat telepon dari kami.. Alasannya sibuk dan tidak berminat. Aku bahkan pernah membuat sayembara pada siapapun yang berhasil membuat dia bekerja dengan ku, tapi sampai detik ini belum ada yang berhasil membujuknya," sambung Maureen kembali. Rasa penasaran Clara amat tinggi mengenai siapa sosok kepala jaksa yang dimaksud Maureen. Dan itu menumbuhkan rasa semangat untuk semakin ingin membantu dan menarik perhatian dari Maureen padanya. "Boleh kah saya yang membantunya? Siapa sosok jaksa hebat itu?" "Hahaha? Kamu, mau sok menaklukkan kepala kejaksaan itu? Berani apa kamu?" Maureen justru malah mentertawakan Clara dengan konyol. "Saya ingin mencobanya Nyonya, barangkali saya berhasil!" Meski geram, Clara tetap sabar menghadapi olokan Maureen yang sepertinya sangat merendahkan Clara. "Namanya Jaksa Agam Danuar. Dia telah menyelesaikan studinya di China setalah bekerja dan hampir
Tidak ada hal lain yang dipikirkan Clara saat ini, selain menarik orang-orang itu ke dalam genggaman tangannya.Bagaimanapun dia harus berhasil."Saya baru mengenal bar ini, dan beberapa hari terakhir, saya tidak sengaja melihat anda Tuan. Ternyata anda lah Tuan Darwin yang terkenal hebat itu.""Oh ya? Saya pikir hanya saya saja yang paling kuno karena menyukai Bar malam. Apalagi penampilan musik, benar-benar payah bukan?"Dia tertawa sedikit dan dibalas oleh senyuman manis oleh Clara."Ah, katanya ada yang perlu kamu sampaikan, apa itu?" sambung Darwin kembali.Clara memutar pandangan di seluruh area dan seperti memberi kode bahwa percakapan itu sangat serius. Tidak boleh ada yang mendengarnya kecuali mereka berdua."Kalau begitu, ikutlah ke dalam!" ajaknya.Laki-laki itu kemudian mengajak Clara untuk masuk ke dalam Bar dan berbicara di sebuah ruangan VIP yang sengaja dia pesan.Berjalan di belakang Darwin, dan diajaknya masuk berdua di dalam bar malam, tentu Darwin sudah mulai membu
'Tak bisa aku pungkiri bahwa parasnya tampan dan menggoda. Baiklah, aku harus bersiap untuk segera menaklukkan hatinya.' Clara berbicara dalam hati."Tuan, apakah tuan di sini karena sebuah masalah? Kenapa raut wajah Tuan seperti seseorang yang sedang kesepian?" Pertanyaan itu seketika mengubah raut wajah Darwin. Dia terdiam sambil menundukkan kepala, tangannya ditarik kembali dan menyimpan sapu tangan itu di meja."Tidak, saya baik-baik saja."Jawaban yang tidak selaras dengan raut wajahnya."Apakah aku boleh menghibur Tuan dengan musik?""Benar, kamu yang memainkan musik dengan sangat indah di acara waktu itu. Dari mana kamu belajar musik Biola?"Clara dengan sengaja menaruh tangannya di atas tangan Darwin. Ia berpikir bahwa bercerita dengan posisi seperti itu pasti akan memberikan makna lebih dalam bagi pendengarnya."Saya kesepian hari itu, seseorang yang saya kenal mengenalkan musik yang bisa merubah suasana hati. Musik itu berasal dari instrumen Biola yang menenangkan. Dia ber
"Rayu, bingkisan dari Spanyol telah tiba, ada di meja ruangan rahasia kita. Saya sedang memenuhi panggilan asosiasi korban Golden Ang." Begitu membaca pesan dari Ibu Laura, Clara segera mengemudikan mobilnya dan menuju ruang rahasia. Sambil memegang stir mobil, ia sambil merenungkan kata-kata dari Tuan Darwin tentang pertemuan private antara mereka berdua. 'Di mana lokasinya? Apa di studio itu? Haruskah aku mengubahnya menjadi tempat yang lebih bermakna?' Clara berpikir keras tentang itu. Tak lupa, dia juga membagi pikirannya untuk menemukan cara agar bisa bertemu dengan Jaksa Agam. Entah nanti dia harus mengungkapkan identitas nya atau tidak, itu menjadi urusan belakang. Yang paling penting, dirinya bisa bertatap muka dengan Jaksa high class itu. ** "Halo Nyonya, saya mau menyerahkan sesuatu. Di mana saya bisa bertemu dengan Nyonya?" "Galeri, saya tinggu di sana." "Baiklah, saya akan tiba dengan cepat." Clara melepas earphone miliknya setelah sambungan telepon itu terputus.
'Walaupun aku seperti berjalan di atas rantai, menggenggam batang kaktus, menangis darah, hingga remuk seluruh tulang-tulangku, aku tidak akan pernah mengakhiri balas dendam ini. Aku biarkan ambisi ku meledak bagaikan lahar panas yang memancar dari ujung gunung berapi.'Clara sedang menatap ponselnya, ia ragu untuk memencet nomor telepon yang satu itu. Dia paham sekali bahwa sekali saja dia menampakkan wajahnya di depan jaksa Agam, maka bersiaplah bahwa keberadaannya pasti akan terbongkar.Jaksa Agam jelas akan mengingat wajah Clara, meski sudah berpisah belasan tahun.Meski nama Serayu telah dikubur dalam-dalam oleh wanita itu, tidak menutup kemungkinan nama itu juga yang selalu di kenang oleh Jaksa Agam.Tapi, mau tidak mau rencananya harus berhasil bagaimana pun caranya.Toh masih ada kemungkinan laki-laki itu juga tidak mengenali Clara, walaupun kecil.Akhirnya, Clara menekan tombol telepon pada layar ponselnya dan beberapa detik kemudian seseorang di seberang sana menjawabnya."
"Permisi, paket!" teriak seseorang dibalik pintu apartemen milik Agam.Tinggal seorang diri tidak membuat dia harus memiliki rumah mewah.Walaupun uangnya kini berlimpah, tetapi Jaksa Agam lebih mengutamakan untuk berdonasi pada orang-orang yang tidak mampu.Terlebih pada anak-anak yatim piatu yang berada di panti asuhan seperti dirinya saat kecil.Agam lebih memilih apartemen kecil karena dia juga jarang berada di rumah. Apalagi ketika dia sedang menyelediki kasus, ia akan lebih sering menghabiskan waktu di rumahnya."Dengan Bapak Agam Danuar?" tanya kurir paket tersebut saat Agam sudah membukakan pintunya"Benar. Paket untukku?""Iya Pak, tertera nama pengirim adalah dari Serayu."Tentu saja Agak tak bisa untuk tidak membuka kedua matanya lebar.'Serayu' Nama itu membekas selama 14 tahun dalam ingatannya. Nama yang unik itu tidak banyak yang punya."Terima kasih!" katanya sambil menerima kotak paket tersebut.Segera dia masuk ke dalam rumahnya dan membuka bungkusan itu.Isinya, sebu
Lokasi yang dimaksud pertemuan antara Serayu dan Agam dalam surat itu adalah di sebuah taman bunga yang sering disebut taman Incidio park, yang terletak di kawasan Cibubur Jakarta Timur. Taman itu kini terselenggara sebuah acara grand opening berdirinya sebuah hotel terbesar ke dua di Jakarta Timur. Event dibuka khusus umum, alhasil semua warga berbondong-bondong telah hadir memenuhi kawasan taman. Mereka tentu sangat antusias untuk merayakan malam pesta kembang api. Perayaan ini terjadi sebagai salah satu trik marketing tersendiri untuk hotel yang sebetulnya tidak mungkin didatangi oleh rakyat menengah ke bawah. Sebentar saja Agam tiba di taman tersebut, sudah terlihat berbagai macam kembang api sudah meledak indah di langit dengan runtutan cahaya warna-warninya yang memukau. Dari kaca mobil, Agam memperhatikan letupan kembang api itu. Tapi dia belum memutuskan untuk turun dari mobil. Hati kecilnya percaya bahwa yang mengirimkan hadiah itu adalah Serayu, tapi pikirannya sendiri m