Share

Pacar Pengganti Manajer
Pacar Pengganti Manajer
Penulis: Hermes

BAB 1

“Dimana dia? Bakalan aku cincang tu orang!”

Celin menggerutu sambil melihat ke semua sudut cafe.

Celin baru saja menyelesaikan interviewnya di salah satu hotel ternama. Setelah interview, Kamila, salah satu sahabat memintanya bertemu.

Celin menyeringai saat melihat dua orang yang terlihat sangat mirip itu duduk di paling ujung dekat jendela. Saat dia sudah dekat, Celin tidak segan untuk memukul kepala salah satu wanita, tidak terlalu keras karena dia juga memiliki perasaan tetapi bisa membuat wanita yang dia pukul itu menjerit kesakitan.

“Awww!” jerit Kamila sambil memegang kepalanya.

Bukan hanya Kamila yang menjerit kesakitan, Karmel yang menjadi kembaran Kamila pun sangat kaget ketika Celin memukul kepala kembarannya.

Kamila menatap Celin dengan tatapan seperti ingin menerkamnya, sedangkan Celin tanpa bersalah dia duduk di samping Kamila.

“Kenapa kamu pukul kepala aku sih? Kamu mau bikin aku geger otak tau gimana? Tanya Kamila tidak terima kalau kepalanya dipukul.

Celin mengambil minuman yang ada di depan Kamila. “Bagus deh kalau kepala kamu geger otak!” jawab Celin dengan tatapan kesalnya.

“Lagian kamu kenapa sih Lin main pukul kepada kakak aku?” tanya Karmel.

Celin menghela nafasnya.

“Salah kakak kamu sendiri yang udah nakut-nakutin aku!” gerutu Celin.

Kamila yang awalnya merasa kesal karena kepalanya dipukul dia langsung tertawa, dia langsung mengerti apa yang dibicarakan oleh Celin. “Jadi kamu percaya sama omongan aku?” cemooh Kamila sambil tertawa.

“Iya! Gara-gara kamu aku jadi gugup setelah mati tau gak!”

Bagaimana tidak, semalam Kamila mengotori pikirannya tentang betapa mengerikannya interview user. Tetapi pada kenyataannya, tidak semengerikan itu.

“Ya maaf, aku pikir kamu gak bakalan mudah percaya aja sama apa yang aku omongin,” jawab Kamila sambil menahan tawanya.

Celin menganggukkan kepalanya, seharusnya dia tidak percaya dengan Kamila yang memiliki sifat jahil seperti ini. “Yaudah lupain aja! kalian berdua mau ngapain ngajakin aku buat ketemu hari ini?” Kamila dan Karmel saling bertatapan, hal itu membuat Celin penasaran dan curiga. “Ada apa sih?”

Kamila tiba-tiba menggenggam tangannya, Celin semakin dibuat kebingungan. “Aku mau minta bantuan kamu, Lin!”

Celin mengerutkan keningnya. “Bantuan apa?”

“Gini….. Kamu mau gak bantuin aku buat ketemu sama cowok pilihan papah aku?”

Celin menarik tangannya yang digenggam oleh Kamila. “Enggak ah aku gak mau, ngapain juga ketemu sama cowok yang aku sama sekali gak kenal dia!” tolak Celin.

Kamila menggenggam tangan Celin kembali. “Please bantuin aku, kali ini aja!”

“Kenapa kamu gak minta bantuan Karmel aja sih?” tanya Celin sambil menunjuk kepada Karmel yang sibuk meminum minumannya.

Karmel yang mendengar itu pun langsung berbicara. “Aku juga gak mau, ini bukan pertama kalinya aku gantiin kak Kamila buat ketemu sama cowok pilihan papah. Aku gak mau ujungnya aku bakalan bertengkar sama Mike dan aku gak mau hubungan aku hancur cuma gara-gara bantuin kak Kamila!”

“Tuh kan adik aku satu-satunya ini itu tega sama aku Lin, dia gak mau bantuin!” adu Kamila pada Celin.

Celin menggelengkan kepalanya. Dia sangat tidak mengerti dengan jalan pikiran Kamila yang dari jaman sekolah sampai sekarang dia sudah bekerja di perusahaan papahnya, dia sama sekali tidak mau berpacaran.

“Gak! Aku tetap gak mau. Lagian apa susahnya sih kamu temuin dulu, siapa tau kalau kamu udah ketemu dengan dia kamu bakalan suka!”

Kamila menggelengkan kepalanya. “Gak! Kamu tau kan kalau aku itu gak mau pacaran apalagi dengan paksaan seperti ini. Aku mau jatuh cinta sendiri tanpa harus dijodohkan! Jadi please bantuin aku Lin!”

Celin menatap Kamila yang menatapnya penuh harapan, lalu tatapannya berpindah pada Karmel yang ada di depannya. Dia menganggukkan kepalanya kepada Celin.

“Aku gak mau Kamila, kalau misalnya papah kamu tau nanti aku yang bakalan kena omelannya!” Celin memang sudah dekat dengan papah Kamila dan Karmel.

“Aku bakalan ngasih kamu imbalan berapa pun yang kamu minta, aku pasti bakalan ngasih!” bujuk Kamila

Celin merasa tersinggung dengan ucapan Kamila. “Kamu kira aku apaan? Kamu pikir aku mau ngelakuin apapun demi uang gitu?” tanya Celin. “Jangan mentang-mentang kamu banyak uang jadi kamu bisa bayar orang!”

“Enggak bukan gitu maksud aku!” ujar Kamila merasa bersalah pada Celin, dia sama sekali tidak bermaksud untuk menyinggung perasaaan Celin. “Please bantuin aku, kali ini aja!”

“Iya kamu bantuin dulu kakak aku Lin, cuma sekali ini aja kok dan kamu gak bakalan ngelakuin hal yang sama lagi!”

“Kalau papah kalian tau gimana?”

“Kita yang bakalan tanggung jawab!”

((((

Celin berjalan menuju rumahnya, dia terpaksa berjalan karena lokasi rumahnya yang jauh dari jalan. Selama berjalan, Celin terus memikirkan permintaan Kamila yang belum dia setujui.

Celin sebentar lagi akan sampai di depan rumahnya tapi, dia mendengar suara gaduh. Saat Celin melihat asal suara gaduh tersebut, ternyata suara gaduh itu berasal dari dua orang yang ada depan rumahnya.

Yang membuat Celin kaget adalah, dua orang yang menggunakan baju serba hitam itu sedang membentak kedua orang tuanya.

Karena penasaran, Celin langsung menghampiri mereka. “Ada apa ini bu, pak?” tanya Celin pada orang tuanya. “Mereka siapa?”

“Saya gak mau tau, hutang kalian berdua harus dibayar hari ini juga!” tunjuk salah seorang pria bertubuh kekar kepada bapak Celin.

Celin terdiam kaget. Dia sama sekali tidak mengetahui kalau kedua orang tuanya memiliki hutang kepada dua orang pria berjaket hitam ini. “Hutang? Bapak sama ibu punya hutang apa sama mereka?” kedua orang tua Celin diam tidak menjawab pertanyaan. “Berapa hutang kedua orang tua saya?”

“Sepuluh juta dan saya ingin uang saya kembali hari ini juga!”

Celin syok saat mendengar nominal uang yang dipinjam oleh kedua orang tuanya. Uang sepuluh juta sangatlah besar baginya, bahkan sekarang dia tidak mempunyai uang sebesar itu.

“Pak saya mohon, kasih saya waktu untuk melunasi hutang saya. Saya janji akan melunasinya!” bujuk ibu Celin.

Pria yang satunya lagi berdecak pinggang sambil melangkah satu langkah ke depan.

“Minggu lalu kalian berdua meminta waktu satu minggu dan kalian berjanji akan melunasi hutang kalian. Tapi sekarang kalian malah minta waktu lagi?” pria itu menggelengkan kepalanya.

“Saya tidak mau tau, pokoknya hari ini kalian harus membayar hutang kalian!”

Celin langsung mendekati pria itu lalu menggenggam tangannya.

“Pak saya mohon pak, beri kami waktu untuk melunasi hutang orang tua saya pak. Saya janji, kali ini saya akan melunasinya, tolong beri saya waktu pak!” kata Celin dengan tatapan sendunya, berharap mendapat kasian dari orang itu.

Pria itu menarik tangannya paksa. “Baiklah saya kasih waktu kalian satu minggu untuk melunasi hutang kalian. Kalau tidak saya akan mengambil semua barang yang ada di dalam rumah kalian!”

Setelah berhasil mengacak-acak rumahnya, orang-orang itu pun pergi dengan wajah menyeramkan.

Celin menatap tajam kedua orang tuanya yang tepat duduk di sampingnya. Celin sungguh tidak menyangka kalau kedua orang tuanya meminjam uang pada rentenir.

“Bapak sama ibu gak mau jelasin sama aku?” tanya Celin sambil melipat kedua tangannya di dada. “Bagaimana bisa kalian punya hutang sama rentenir? Tolong jelasin sama aku pak, bu!”

Adik Celin yang bernama Kevin itu menyadari kalau kakaknya sedang menahan emosinya, dia langsung mendekat dan duduk disamping kakaknya.

“Kak sabar kak, ibu sama bapak pasti ada alasannya!” ucap Kevin.

“Diem Vin!”

Celin geram melihat kedua orang tuanya yang masih terdiam, lalu tatapannya berpindah pada bapaknya.

“Pak!”

“Kami emang punya alasan kenapa kami meminjam uang pada rentenir itu!” kata Rahman bapak Celin.

“Kamu tau usaha warung makan kita sekarang ini sepi, kamu juga tau kalau bapak sama ibu harus membiayai adik kamu yang masih sekolah. Itu alasan kami kenapa harus minjam ke rentenir!”

Celin menggelengkan kepalanya, dia tetap tidak bisa menerima. “Tapi kan bapak sama ibu bisa bilang sama aku!”

“Bagaimana? Kalau pun kami berbicara tentang hal ini sama kamu, kamu belum bisa bantu kami Celin. Itu semua percuma saja! Ibu tidak masalah kamu marah, karena itu sudah hak kamu sebagai anak tertua!”

Celin tiba-tiba merasa bersalah kepada kedua orang tuanya. Di saat semua yang berusia seperti dirinya sudah mendapatkan pekerjaan, tetapi dirinya sampai saat ini pun belum diterima di perusahaan.

Celin menghela nafasnya, lalu dia mendekat kepada kedua orang tuanya. Dia memeluk kedua orang tuanya dengan sangat erat.

“Bu, pak. Maafin Celin, karena Celin belum bisa bantu kalian. Bahkan sampe saat ini Celin masih mencari kerja!” kata Celin sambil meneteskan air matanya. Dia merasa bersalah karena sempat berfikir yang tidak baik kepada kedua orang tuanya.

“Celin janji, setelah ini Celin bakalan bantu bapak sama ibu buat ngelunasin hutang itu!”

Detik itu, Celin langsung teringat dengan ajakan Kamila, tetapi dia juga merasa ragu dengan ajakan temannya itu, dengan melakukan hal seperti itu sama aja dengan dia menipu orang lain dan juga papah Kamila.

Celin mengambil handphone-nya, lalu pergi ke luar dari rumah untuk menelepon Kamila. Celin sangat terpaksa melakukan hal ini demi kedua orang tuanya.

“Mila, aku mau bantuin kamu. Tapi aku juga mau kamu bantuin aku!”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status