"Crash!!" Penyihir tengkorak terpelanting cukup jauh. Tongkat sihir berbatu merahnya terjatuh, dengan mudah Rama mengambilnya dan memainkan tongkat itu ditangannya. "Lihatlah, benar bukan! aku telah mengalahkanmu!" kata Rama dengan senyuman di wajahnya."Kekekekek...!" penyihir tengkorak terkekeh,"Aku mengaku kalah, kau cukup hebat ketika melawanku, tapi apa kau mampu melawan pemilik asli gua terkutuk ini nanti?!"kata penyihir tengkorak lagi."Aku bahkan belum menaiki semua tingkat, mengapa aku harus pusing memikirkan hasil akhirnya?""Hahaha...! Kau unik, kau benar-benar unik! Mungkin pemilik gua ini akan menyukaimu nanti!"Penyihir tengkorak lalu menghilang, bagai debu karena telah mengakui kekalahannya. Rama terpaku, menatap tongkat sihir ditangannya. "Apa aku menang dengan mudah kali ini?" kata Rama. [Benar, kau telah menang Tuan Muda][Penyihir tengkorak putih mengakui kekalahannya, kini apakah kau mau menyalin kemampuan penyihir tengkorak putih?][Iya/Tidak]"Apa kemampuan pe
[Kau telah mendapatkan berkah dari peri penjaga][Berkah dari peri penjaga adalah kemampuan menciptakan tiruan][Apakah kau ingin menerima berkah peri ini?][Iya/Tidak]Melihat kemampuan Ara membuat peri penjaga melongo dan tercengang, bagaimana bisa sebuah sistem memberikan pilihan pada berkah yang ia berikan, selama ini manusia bahkan mengharapkan berkah peri yang mereka berikan. Tapi manusia bernama Rama itu mampu menerima maupun tidak kemampuan itu. Peri penjaga merasa sangat direndahkan. "Apa-apaan itu, mengapa kau ikut memberikan pilihan ketika aku dan dia mengajukan kontrak?" Peri penjaga terlihat tidak terima setelah mendengar penjelasan Ara. [Tuanku memiliki hak ingin menerima atau tidak kemampuan yang kau berikan] jawab Ara tanpa ekspresi dan itu membuat peri penjaga merengut kesal."Kalian berdua tenanglah, tentu saja aku akan menerima berkah dari peri penjaga, akan sangat tidak sopan jika menolak kemampuan luar biasa seperti itu," sahut Rama. Peri penjaga terlihat sena
"Ara, apakah harta di gua ini nyata atau hanya ilusi?" tanya Rama tanpa mengalihkan kewaspadaannya dari peri kekayaan. Peri itu memiliki tubuh seorang seperti seorang Raja, dengan aura yang elegan, bijak dan tegas.[Harta ini nyata Tuan Muda]"Kalau begitu, masukkan semua harta ini ke dalam kotak penyimpanan!"[Baik Tuan Muda]Ara mulai memasukkan semua harta yang ada di gua tingkat ke 8, tentu saja peri kekayaan langsung terlihat panik melihat hartanya terhisap suatu ruang hampa yang tidak nampak di matanya. 'Astaga!! Manusia ini memiliki penyimpanan seperti cincin ku, kalau begini bisa habis semua hartaku!'pikir peri kekayaan dengan sorot mata yang mulai panik. "Siapa kau sebenarnya?" tanya peri kekayaan. "Aku? Panggil saja Rama!" jawab Rama dengan santai dan senyuman mengejek ke arah peri kekayaan. "Sial*n!! Anak muda ini akan merampokku di depan mataku sendiri!!" umpat peri kekayaan, ia tak bisa tinggal diam. Kini peri kekayaan merapalkan sebuah mantra, tangannya bergerak mem
"Weerrr...!! Weerrr...!! Weeerrr...!!"Monster lebah emas bertebaran di segala penjuru, mulai mengarahkan racunnya kepada Rama."Hah!! Banyak sekali kalian?!" Rama berdiri dan memutar pedang suci kembarnya, segera menghalau monster lebah emas yang mulai mengarah kepadanya."Wush!! Wush!! Wush!! Crash!! Crash!! Crash!!" Rama mulai paham dengan gerak-gerik para monster, selain jumlah mereka yang banyak. Pola serangan mereka teratur, hingga Rama dengan mudah melancarkan serangan kepada monster lebah. "Wush!! Crash!!" Beruntung Rama mempunyai teleportasi dari Baxia, membuat Rama mudah menebas para monster lebah.[Tuan Muda, gunakan guardian healing agar tenagamu tetap terjaga] Ara memberikan sebuah baju rompi berwarna hijau keemasan. "Ara, warna rompi itu terlalu kuno ya?" komentar Rama, sebenarnya Rama hanya mengisi canda disaat ia harus bertarung. [Aku bisa mengubahnya menjadi warna merah muda]"Astaga, warna tadi saja!! Aku hanya bercanda Ara!!" Rama menyahuti Ara sembari menebas pa
Rama menatap Ular Naga raksasa yang berada di depannya. Ular Naga itu memiliki sisik berwarna putih tulang dengan kilau yang indah. Rama bahkan terlihat kecil di hadapan Ular Naga itu. "Apa aku harus melawan Ular Naga raksasa itu?" gumam Rama, namun tak ada jawaban dari Ara. Biasanya kelinci putih itu akan memberikan intruksi kepada Rama. Nyatanya Rama hanya sendirian bersama Ular Naga raksasa yang kini berada di hadapannya. Ular Naga raksasa itu mendekatkan dirinya, Rama bersiap dan waspada kalau-kalau diharuskan melawan Ular Naga raksasa. Meskipun Rama merasa nyalinya agak menciut saat ini."Akhirnya kita bertemu Rama," kata Ular Naga raksasa, sebelah matanya kini berada di depan Rama. Mata itu begitu indah, jernih dan murni. Rama bahkan hampir terhanyut pada tatapan Ular Naga raksasa. "Siapa kau?" tanya Rama. "Aku adalah jiwa dari pusaka Naga yang ada di tubuhmu," sahut Ular Naga."Saat ini kau melihat gambaran dari tubuhku, namun seperti yang kau tau, aku kini bersatu bersama j
Rama mulai sadar, ia merasakan sakit yang teramat sangat di tubuhnya, di kepalanya. Rompi guardian healing kemudian melebur menjadi satu kedalam tubuh Rama, menghilangkan rasa sakit yang baru saja ia derita. "Aku masih disini rupanya?" kata Rama sembari memegangi kepalanya. "Kau sudah sadar?" kata Ular Naga raksasa, ia kembali menatap Rama dengan lembut. "Apa yang terjadi?" tanya Rama kemudian, kepala dan tubuhnya sudah tidak sakit berkat guardiant healing. "Kau mengalami tekanan mental, namun tubuhmu belum terbiasa sehingga kau pingsan," jelas Ular Naga raksasa. "Ah, ternyata begitu..." Rama tersenyum maklum menyadari tubuhnya belum sekuat dugaannya. "Rama, menurutmu apa yang akan terjadi di masa depan?" tanya Ular Naga. Rama termenung, mengapa Ular Naga mengajukan pertanyaan seperti itu. "Menurutku kematian," sahut Rama. "Mengapa kau mengatakan kematian?""Setiap manusia itu tertipu dan lalai, mereka pikir bisa hidup lama, sehingga tidak memaksimalkan diri di hari ini, pada
'Tuan Muda, apakah kali ini kita akan mengambil kembali sumber daya di alam Jien?' tanya Lilian yang sedang berkamuflase. 'Ia, kita harus menghabiskan sumber daya itu, agar alam Jien jatuh miskin!'sahut Baxia. "Tuan Muda, serahkan ransel-ransel itu, biarkan aku membawa semuanya!!" Fatta yang mengikuti Rama sebagai pengikut kemana-mana, membuat mereka terkenal sebagai duo pengangkut. Rama meminta Fatta untuk berada di kotak penyimpanan, tapi Fatta menolak, sangat tidak sopan membiarkan Tuan Mudanya menjadi pesuruh manusia lain. Begitu menurut Fatta. "Fatta, biarkan aku membawanya!" sahut Rama, "lagipula kau juga sedang membawa banyak barang!"Bakrie dan Fahmi langsung terkekeh, "lihatlah kedua anak muda ini, bahkan menjadi pengangkut saja mereka sangat bersemangat!!" kata Bakrie memuji. "Benar, jaman kita dulu malah dorong-dorongan ketika jadi pengangkut!!" kata Fahmi pula. "Paman, Tuan Muda tidak seharusnya menjadi pengangkut," sahut Fatta kesal, namun ia tetap menjaga kesopanan
Fatta tersenyum setelah Rama mengeluarkan senjata pamungkasnya, kapak kembar besar yang terlihat hampir seukuran tubuhnya. "Apa itu tadi?" tanya Bakrie yang terkejut dengan senjata Fatta. "Dia bahkan terlihat membawa senjata itu dengan santai!! Apa senjata itu ringan karena sudah diberi sihir?" tanya Fahmi juga ikut menyaksikan. Leon mulai mengayunkan pedang apinya,"Wush!!"ia bergerak dengan lincah dan cukup baik, tidak terlihat seperti kesulitan mengingat Leon cukup berumur.Junan juga merapalkan mantra untuk membuat beberapa pasukan Jien terpental jauh,"Haaaappp!! Wush!!" Junan membentangkan tangannya untuk memaksimalkan tenaga sihir yang ia kerahkan. "Brakht!! Sing!!" Hendra memutar tombaknya dan mulai memukuli para Jien yang maju menyerangnya. "Blar!! Blar!! Blar!!" Begitu pula Satria yang mulai menembakkan senjata apinya yang sudah diberi sihir. Ririn berada di tengah dan bersiap memberikan support kepada pahlawan yang terlihat akan melemah, Ririn adalah salah satu support