Share

26 - Tangis Ibu

Semua heboh karena ibu kembali pingsan. Seperti biasa saat ada percekcokan, sakit ibu pasti kambuh lagi.

"Kalau ibu sakit lagi, semua gara-gara kamu, Rum!" bentak Mbak Sinta dengan ketusnya. Dia berusaha merebut ibu dari pundakku. Minta tolong pada Mas Rudy dan Mas Angga agar membopong ibu ke kamar.

Kini, hanya tersisa aku dan Mas Huda di sini. Sementara ketiga saudaraku yang lain sibuk mengerubuti ibu di kamar. Ada yang mengipasi, memijit, membawakan air putih dan ada pula yang hanya menangis saja. Siapa lagi yang nangis terus kalau bukan Mila.

Dia menatapku dari sudut ranjang ibu. Aku yang kini hanya bisa tertunduk lesu. Tak bisa berpikir jernih untuk melerai masalah ini. Aku sendiri bingung, kenapa Mbak Sinta bisa sebenci itu padaku.

Padahal jelas, selama ini aku cukup tahu diri. Tak ingin merepotkan siapa pun sejak dulu, berharap disayangi dan diperlakukan sama dengan yang lainnya.

Namun ternyata usaha dan pengorbanan yang selama ini kulakukan hanya sia-sia belaka. Kebencian itu
Locked Chapter
Ituloy basahin ang aklat na ito sa APP

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status