Balina menatap Jacob heran. Dia menarik tangannya untuk menjauh dari Elena dan teman-temannya. Dua teman yang ditinggalkan Balina menatap Elena. Salah satunya berkata padanya. “Kau tahu, semua tamu yang datang menghadiri pernikahanmu ini karena menghormati mendiang ayahmu. Mereka hanya menghormati mendiang ayahmu saja, tapi tidak benar-benar mengucapkan selamat berbahagia atasmu. Semuanya kecewa karena kau telah memilih…” “Ayo! Kita susul Balina,” ajak temannya lagi. Dia pun menarik tangan temannya untuk menjauhi Elena dari sana. Elena mengatur napas dan menahan semua hinaan yang datang padanya. Sementara itu, Jacob yang menarik tangan Balina tadi berhenti di sudut ruangan itu. “Kau kenapa?” tanya Balina saat mereka sudah jauh dari Elena dan teman-temannya. “Dari mana kau tahu kalau pengantin pria itu pernah berperang bersama dengan Damian Alarich di daerah perbatasan Utara?” Jacob malah berbalik bertanya kepadanya. “Ada apa memangnya dengan Damian Alarich itu?” Balina bertanya
Kaisar terdiam mendengar suara Damian Alarich di seberang sana. Permohonannya mengingatkannya kembali akan peristiwa di hari itu. Peristiwa saat dia berada di medan perang bersama pasukannya.“Tembaaak!!!” teriak Kaisar memerintahkan pasukannya.Pasukannya langsung menembaki para musuh yang menghadang mereka di hadapan sana tanpa takut. Teriakan Kaisar benar-benar menjadi penyemangat untuk mereka. Kaisar maju paling depan hingga membuat pasukannya ternganga. Dan tidak membutuhkan waktu lama, pasukan musuh di hadapan sana pun bertumbangan.Sementara Damian Alarick dan pasukannya yang berada di sisi lain, berhasil merobohkan pertahanan musuh. Namun ternyata mereka semua terperangkap di dalam jebakan musuh. Mereka dikelilingi musuh di berbagai arah dan tidak dapat berbuat apa-apa lagi selain adu senjata dan pasrah pada nasib, apa akan menang atau kalah.Kaisar yang mengetahui itu di wilayah lain langsung menyelamatkan mereka dengan strategi perang yang dia miliki. Kaisar membawa pasukann
Jacob yang masih penasaran terkejut saat melihat Kaisar mendekatinya. Dia ingin pergi karena takut jika dugaannya benar bahwa Pengantin Pria itu bukan orang sembarangan.“Tunggu!” panggil Kaisar.Jacob berhenti melangkah dan menyembunyikan gemetarnya mendengar itu. Dia menoleh dan dengan refleks memberi hormat padanya. “Maafkan saya! Saya tidak bermaksud mengintip tapi saya tidak sengaja berada di sini.”Kaisar menunjukkan wajah pura-pura heran padanya. “Kenapa kau hormat padaku? Pangkat kita sama.”Jacob terkejut. Dia menurunkan tangannya dengan ragu, namun sikap Pengantin Pria itu membuatnya berubah pikiran. “Ka… Kalau pangkat kita sama, kenapa tadi pasukan persembahan itu hormat padamu?” tanyanya heran.Kaisar sedikit tertawa agar Jacob tidak semakin curiga.“Mereka memberi hormat untuk mendiang Tuan Abraham,” jawab Kaisar. “Dan sebagai ucapan selamat atas pernikahanku dengan anak gadisnya.”Jacob angguk-angguk. Saat dia mulai percaya, seketika dia menyesal sudah hormat padanya tad
“Oh ya, saya sudah tahu siapa anda,” ucap Vander pada Kaisar dengan wajah menyimpan ketidaksukaannya.Paman Lionel dan Elena tampak terkejut. Kaisar pun merasa curiga jika pria itu sudah tahu siapa dirinya.“Kau mengenal dia sebelum ini?” tanya Paman Lionel mencoba memastikan.“Aku tahu dia anak pungut Tuan Abraham, bukan?” jawab Vander sedikit tersenyum kecut. Vander pun mendekatkan wajahnya ke telinga Paman Lionel. “Anak pungut yang menyusahkan keluarga kalian.”Paman Lionel tertawa mendengar itu. Sementara Kaisar menyimpan lega meski mencoba menahan emosi karena turut mendengar bisikannya pada Paman Lionel dengan nada menghina. Dia pikir Vander sudah tahu siapa dirinya. Elena tampak sudah tidak nyaman berada di sana. Dia pun tampak kasihan dengan Kaisar yang sejak awal pesta dimulai, penghinaan-penghinaan dihujani kepadanya.Paman Lionel pun menarik tangan Kaisar untuk menjauh sedikit dari Vander dan Elena.“Sebaiknya kau sambut saja tamu-tamu lainnya,” pinta Paman Lionel. “Ini kes
“Sepertinya kau tahu banyak tentang bisnis,” ucap Vander menyembunyikan keterkejutannya pada Kaisar.“Aku hanya suka membaca dan mengikuti berita nasional saja,” jawab Kaisar beralasan.“Oh,” sahut vander, kemudian dia menatap Elena dengan tatapan genitnya, “Apa karena kau menganggapnya cerdas kau memilihnya untuk menjadi pendampingmu?”Elena terdiam. Dia tidak tahu harus menjawab apa atas pertanyaan Vander itu.“Mungkin dia pernah menjadi OB di sebuah perusahaan dan tahu banyak karena sering mencuri dengar,” ucap Paman Lionel yang kembali meremehkan Kaisar. “Kata siapa dia cerdas?”Kaisar baru saja hendak bicara, namun Elena berkata duluan pada pamannya. “Bukan kah paman sudah tahu kalau Kaisar memasuki dunia militer?“Itu hanya rumor saja bukan? Mungkin dia hanya ingin menyelamatkan namanya saja, padahal pangkat tentara tingkat rendah sama sekali tidak akan membuatnya pantas berada di sampingmu,” geram Paman Lionel yang tidak dapat lagi menahan emosinya.Kaisar kembali menahan emosi
Kaisar cukup terkejut dengan permintaan Elena. Padahal mereka sudah sepakat tidak akan melakukan apapun di dalam pernikahan itu.“Baiklah,” ucap Vander. “Kita bisa atur waktu pertemuannya nanti setelah kalian selesai berbulan madu.”Paman Lionel menyimpan geram mendengar itu.Elena berdiri lalu meraih tangan Kaisar dan berkata pada Paman Lionel dan Vander. “Aku rasa sudah cukup, kami harus menyambut tamu lainnya. Terima kasih atas niat untuk bekerjasama dengan Abraham group.”Elena pun mengajak Kaisar pergi dari sana. Vander memandangi Kaisar dengan menahan geramnya. Paman Lionel tahu jika tamunya sangat kecewa.“Maafkan sikap Kaisar padamu, Tuan Muda,” ucap Paman Lionel.“Tidak apa-apa,” jawab Vander lalu berdiri. “Saya harus pamit. Terima kasih sudah menyambut kedatangan saya dengan baik.”Paman Lionel berdiri. “Terima kasih juga sudah datang di acara resepsi pernikahan Elena.”Vander mengangguk lalu pergi keluar dari sana.Sementara Bastian yang masih bersama Rose di tempat dudukny
Malam itu semua keluarga mendiang Abraham berkumpul di meja makan yang panjang. Para pelayan tampak sibuk menghidangkan menu makan malam. Kaisar dan Elena duduk berdekatan menghadap Paman Lionel dan istrinya. Paman Mason dan istrinya juga duduk di sebelah Elena dan Kaisar, sementara Bibi Lili duduk agak jauh bersama suaminya. Bastian, Rose dan Raka juga sudah duduk di sana. Para sepupu Elena ini tampak diam, lebih tepatnya seperti tidak suka dengan keasingan itu. Asing karena sekarang mereka harus melihat Kaisar untuk menemani makan malam setiap harinya.“Memangnya kalian akan bulan madu kemana?” selidik Paman Lionel pada Elena.“Kami akan berbulan madu di Pulau Naga,” jawab Elena.“Pulau Naga?” tanya Paman Lionel. “Bukan kah itu sangat jauh dari sini. Kalian harus terbang selama tiga jam ke sana. Kenapa tidak di dekat-dekat sini saja? Misalnya di villa pegunungan milik mendiang ayahmu.” Ya, meski mereka sudah tahu bahwa Kaisar adalah anak kandung Tuan Abraham, tapi Paman Mason dan ya
Lionel, Mason dan Lili tampak duduk di teras rumah. Sejak tadi mereka memandangi ke arah gerbang yang cukup jauh dari pandangan mata.“Mana? Katanya mereka tak akan bisa menaiki Private Jet itu? Kenapa sampai jam segini mereka belum pulang juga?” tanya Mason pada Lionel penasaran.“Tunggu saja! Paling sekarang mereka masih di jalan,” jawab Lionel.“Apa mungkin mereka langsung mencari tempat terdekat untuk berbulan madu atau mencari tiket pesawat untuk ke pulau Naga?” tanya Lili.“Kita tunggu saja,” jawab Lionel. “Elena tak akan mau menaiki pesawat umum. Dia sudah terbiasa menaiki Private Jet sejak dulu. Kau mungkin ingat saat Private Jet tidak bisa diterbangkan karena ada kerusakan teknis? Elena sampai meminta Kak Abraham untuk menunda kepergian hingga Private Jet bisa diterbangkan.”Lili mengangguk.